Panggung Rakyat Palembang Suarakan Kesenjangan Ekonomi hingga Lapangan Kerja

Panggung Rakyat di bawah Jembatan Ampera Seberang Ulu Palembang, Jumat (5/9/2025) sore. (ist)

PALEMBANG, WongKito.co - Para pedagang pasar, ojek online, serta warga di seputar bawah Jembatan Ampera Seberang Ulu Palembang, berkumpul dan menonton panggung rakyat yang digelar, Jumat (5/9/2025) sore. 

Acara refleksi masyarakat sipil ini diisi dengan pembacaan puisi, musik, mimbar bebas, hingga lapak buku. Mereka yang hadir terhanyut dengan suasana terutama ketika lagu Ibu Pertiwi dan Indonesia Pusaka dinyanyikan. 

Dalam kesempatan berorasi, Akademisi Fisip Unsri Ferdiansyah Rivai mengatakan, panggung rakyat digelar guna memastikan bahwa ruang publik seperti kolong jembatan masih milik warga. Selain itu untuk memastikan negara masih tempat yang damai bagi semua warga yang memiliki keresahan. 

“Disayangkan saat ini kita hidup di tengah elit yang tidak peduli dengan kesenjangan ekonomi yang sangat besar. Kita melihat menteri menulis hartanya dirampas, padahal kebijakannya puluhan tahun sudah merampas ekonomi kita. Ada 10-50 orang yang kekayaannya sama dengan 100juta orang, tidak ada keberpihakan dengan kelas pekerja, dan kelas menengah terus dipajaki, itulah yang membuat kita turun ke jalan,” ujarnya.

Beberapa warga pun turut menyampaikan orasi. Salah satunya, Andi Wijaya yang menyuarakan keresahannya sebagai warga sipil.

“Pemerintah menyebut bakal enak ke depannya, akan ada banyak lapangan kerja. Sampai hari ini aku masih menganggur, bukan karena tidak mau kerja tapi lapangan kerja tidak ada. Tolonglah pemerintah perhatikan pengangguran, ada banyak juga gelandangan, bukan karena malas tapi tidak ada lapangan kerja,” kata dia.

Aktivis Perempuan, Ade Zuhcri menyampaikan, memang banyak program pemerintah yang tidak mendukung ekonomi rakyat. Karena itu, masyarakat perlu bersama-sama bersatu dalam memperjuangkan keadilan. Dia juga mengingatkan agar pendidikan tetap dijunjung agar memutus rantai kemiskinan.

 “Kita bersuara bukan karena iri, tapi harta yang mereka punya ada bagian dari rakyat tertindas,” imbuh Ade.

Sopian Hadi (60), tukang sol sepatu di bawah Jembatan Ampera Seberang Ulu, mengaku sangat mendukung acara ini. Sebab menurutnya, rakyat kecil seperti dirinya dapat mendengarkan sekaligus bersuara tentang kondisi negara hari ini. Lapak Sopian kebetulan tepat ke arah panggung rakyat sehingga dia dapat mengikuti acara dengan tetap menjalankan aktivitas sol sepatunya. 

“Pejabat di negara ini pembohong rakyat, banyak janji saja tapi mereka akhirnya memperkaya diri sendiri. Wakil Rakyat juga tutup mata,” ujarnya. “Saya cukup mendengarkan, sudah terlalu tua untuk maju bicara di depan."

Hingga akhir acara, panggung rakyat terpantau berjalan tanpa ada gesekan. Semua yang hadir meninggalkan lokasi dengan tertib sebelum pukul 18.00 WIB seiring pedagang yang mulai menutup lapak masing-masing. (yulia savitri)

Editor: Redaksi Wongkito
Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories