Minggu, 17 April 2022 21:12 WIB
Penulis:Nila Ertina
RAMADAN kali ini, umat muslim dapat mengobati rasa rindu beribadah di masjid karena pemerintah sudah memberikan kelonggaran setelah dua tahun protokol kesehatan ketat selama pandemi COVID-19.
Karena itu, tak heran kalau sejak awal ramadan masjid-masjid ramai didatangi jamaah untuk beribadah tarawih maupun ibadah lainnya. Namun, tahukah Anda kalau ada masjid di Indonesia yang telah berusia 730 tahun.
Ayo simak berikut ini deretan masjid tertua di Indonesia dan sejarah singkatnya.
Masjid Raya Baiturrahman Aceh (1292)
Pada urutan pertama ada masjid Raya Baiturrahman Aceh. Masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Aceh yang menjadi simbol agama, budaya, dan perjuangan masyarakat.
Baca Juga:
Hal ini karena, masjid Baiturrahman tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan dan saksi kejayaan Kerajaan Aceh, tetapi juga pernah dijadikan markas pertahanan terhadap serangan para penjajah.
Masjid Raya Baiturrahman dibangun oleh Sultan Iskandar Muda, raja Aceh periode 1607-1636, pada 1612 M.
Dalam sejarahnya, masjid ini sempat dibakar Belanda, dan dapat selamat ketika diterjang dahsyatnya tsunami 2004.
Beberapa sumber sejarah menyebut bahwa Masjid Raya Baiturrahman didirikan pada 1612, semasa Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).
Akan tetapi, ada pula yang meyakini bahwa masjid ini telah dibangun lebih awal, yakni oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah pada 1292 yang berarti telah berusia 730 tahun.
Masjid Sekayu Semarang (1413)
Pada urutan selanjtnya ialah Masjid Taqwa Sekayu yang konon merupakan masjid tertua di Jawa Tengah.
Walaupun berdiri delapan tahun lebih dulu, namun sebenarnya pembangunan masjid ini terikat langsung dengan pembangunan Masjid Agung Demak.
Dulunya Kampung Sekayu tempat berdirinya masjid merupakan tempat penampungan kayu-kayu jati pilihan yang dikumpulkan untuk pembangunan Masjid Agung Demak.
Saat itu, Kyai Kamal ditugaskan untuk memimpin proyek mencarikan kayu-kayu jati pilihan tersebut.
Pada era kejayaan Masjid Sekayu memiliki peran strategis sebagai pusat peribadatan, persebaran ilmu, dakwah, kegiatan sosial, dan tempat bersosialisasi masyarakat.
Baca Juga:
Hingga kini, masjid itu telah melewati proses pernbaikan sebanyak 6 kali. Bahkan pada pemugaran yang dilakukan pada tahun 1987, nama masjid diubah dari yang awalnya bernama “Pekayuan” menjadi “Masjid Sekayu”.
Masjid Wapauwe Ambon (1414)
Mesjid Wapauwe adalah sebuahwarisan sejarah Indonesia yang menjadi bukti masuknya Islam ke tanah Maluku untuk pertama kalinya.
Menurut sejarah yang tertulis, Islam pertama kali masuk ke Indonesia timur dengan melalui pintu gerbang Maluku. Para pedagang Arab dari Gujarat, India masuk dan banyak melakukan pergangan rempah serta menyebarkan agama Islam.
Keberadaan Mesjid ini sendiri sebenarnya merupakan dampak dari datangnya para pedagang Arab tersebut.
Pada awalnya, Mesjid ini dibangun oleh pemerintahan Kesultanan. Diberi nama Wawane dikarenakan letaknya yang berada di lereng gunung Wawane. Namun, pada akhirnya berpindah ke daerah Kaitetu yang banyak ditumbuhi pohon mangga berabu.
Wapa dalam bahasa setempat berarti Mangga berabu, itulah sebabnya hingga kini Mesjid ini disebut Wapauwe yang berarti Mesjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.
Masjid Agung Demak (1420)
Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dibantu para Walisongo pada abad ke-15 Masehi.
Masjid ini masuk dalam salah satu jajaran masjid tertua di Indonesia. Lokasi Masjid Agung Demak terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Berada tepat di alun-alun dan pusat keramaian Demak, Masjid Agung Demak tak sulit untuk ditemukan. Masjid Agung Demak adalah simbol arsitektur tradisional Indonesia yang khas serta sarat makna.
Tetap sederhana namun terkesan megah, anggun, indah, dan sangat berkarismatik. Atap masjid berbentuk linmas yang bersusun tiga merupakan gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan.
Baca Juga:
Empat tiang utama di dalam masjid yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh Walisongo. Masing-masing di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Apel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga.
Masjid Ampel Surabaya (1421)
Masjid Agung Sunan Ampel menjadi salah satu kawasan yang paling dicari. Selama Ramadhan, jumlah pengunjung meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa yang rata-rata mencapai 2.000 orang.
Pengunjung akan semakin banyak pada saat ’maleman’ (malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 Ramadhan) dengan jumlah di atas 10 ribu orang, bahkan dapat mencapai 20 ribu orang.
Selain niat ingin menjalankan salat dan dzikir di tempat yang tenang, banyak yang datang untuk ziarah ke makam Sunan Ampel.
Bahkan wisman yang datang juga ada yang berasal dari China, Prancis, Belanda, Italia, Malaysia, Saudi Arabia, Jepang, Brunei Darussalam, Filipina, Jerman, Yunani, Selandia Baru, Korea, dan Jepang.
Umumnya mereka melihat bentuk bangunan masjid Ampel yang dibangun sejak 1421, kemudian mereka juga berziarah ke makam Sunan Ampel.
Masjid Ampel didirikan tahun 1421 oleh Sunan Ampel, dibantu sahabat karibnya Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji, serta santrinya. Masjid ini dibangun di atas sebidang tanah seluas 120 x 180 meter persegi di Desa Ampel (sekarang Kelurahan Ampel), Kecamatan Semampir Surabaya atau sekitar 2 km ke arah Timur Jembatan Merah.
Tidak disebut kapan selesainya pembangunan Masjid Ampel ini. Sunan Ampel juga mendirikan Pondok Pesantren Ampel.
Sejak tahun 1972 Kawasan Masjid Agung Sunan Ampel telah ditetapkan menjadi tempat wisata religi oleh Pemkot Surabaya.
Masjid Sunan Ampel dibangun dengan gaya arsitektur Jawa kuno dan nuansa Arab Islami, dengan alkuturisasi budaya lokal dan Hindu-Budha lewat arsitektur bangunannya.
Di masjid inilah saat itu sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan wali dari berbagai daerah di Jawa untuk membicarakan ajaran Islam sekaligus membahas metode penyebarannya di Pulau Jawa. (*)
Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 17 Apr 2022