Anak Padi: Lumbung Padi Kami Kini Terkubur Tambang Batubara dan PLTU

Jumat, 24 September 2021 13:59 WIB

Penulis:Nila Ertina

Anak Padi
Anak Padi (Anak padi)

LAHAT, WongKito.co - Sekelompok anak muda yang tergabung dalam Yayasan Anak Padi memeringati Hari Tani Nasional dengan mengelar aksi simpatik di kebun mereka yang kini tidak produktif lagi akibat perusahaan tambang batubara dan PLTU.

Kordinator Program dan Kampanye  Anak Padi, Reza mengatakan kekinian kondisi pertanian di Desa Muara Maung sangat memprihatinkan. Tidak Produktif lagi.

"Lumbang padi kami kini terkubur oleh aktivitas pertambangan batubara dan pengoperasian PLTU," kata dia dalam siaran pers yang diterima, Jumat (24/9/2021).

Dia mengungkapkan sebelum maraknya beroperasi perusahaan tambang dan PLTU hasil pertanian dan perkebunan warga cukup untuk memenuhi kebtutuhan hidup.

Kondisi sekarang lahan pertanian warga mengalami perubahan dimana lahan sudah tandus karena terkena limbah dari pertambangan dan PLTU batubara, ungkap dia. .

Salah satu penyebab lahan di desa tersebut tidak lagi produktif, Reza menambahakan dampak dari sisa abu pembakaran batubara yang keluar dari cerobong PLTU dapat mengakibat tanah tandus  karena abu tersebut banyak mengadung zat logam berbahaya bagi manusia, hewan dan tumbuhan, sedangkan dampak dari eksploitasi batu bara ialah cuaca yang tak menentu sehingga mengakibatkan hasil panen, tambah dia.

Amat Supri (70), pemilik lahan pertanian di dekat PLTU batubara mengatakan dulu sebelum beroperasi tambang dan PLTU hasil panen bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari bahkan lebih, dalam satu kali tanam padi saya mendapatkan hasil panen 700kg beras.

Terkini, hasil panen hanya sekitar 300kg  sehingga tidak  mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari, kata dia.

Dia menjelaskan, selain menanam padi petani juga menanam jagung, kacang–kacangan dan sayur hasilnya pun tidak sesuai harapan.

Sebelumnya, hasil panen kacang hijau bisa mencapai 100 kg lebih tapi ketika PLTU beroperasi hanya sekitar 40 kg meskipun dengan perawatan optimal, ujar dia.

Selain dampak dari PLTU warga desa Muara Maung juga di resahkan dengan limbah batubara akibat aktivitas pertambangan di hulu Sungai Kungkilan.

Aksi peringatan Hari Tani Nasional diisi dengan diskusi dan membentangkan spanduk dengan beragam tulisan menolak tambang dan PLTU batubara, serta mengajak anak muda agar  tetap melestarikan lingkungan untuk generasi yang akan datang.

“Pertanian adalah warisan nenek moyang kami, dari bertani kami bisa sekolah bahkan sampai ke jenjang yang lebih tinggi, namun kondisi lahan pertanian saat ini sangat meprihatinkan jika eksploitasi batubara dan aktivitas PLTU terus dijalankan  maka lumbung padi desa kami hanya menjadi sejarah untuk cerita di masa yang akan datang," kata Reza menambahkan.(*)