Atasi Sampah Makanan dengan EnvmissionSuite, 5 Daerah jadi Percontohan

Selasa, 10 Desember 2024 09:02 WIB

Penulis:Nila Ertina

Ilustrasi
Ilustrasi (ist)

JAKARTA, WongKito.co – Perusahaan startup teknologi hijau (green-tech) di Indonesia, Envmission meluncurkan EnvmissionSuite, sebuah solusi teknologi dalam mengatasi persoalan limbah makanan atau food waste yang saat ini semakin menjadi perhatian publik di Indonesia.

Saat ini, Indonesia menjadi salah satu penyumbang food waste terbesar di dunia, yang diperkirakan mencapai 23–48 juta ton setiap tahunnya. Selain merugikan sektor ketahanan pangan, limbah ini juga berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca (GRK), yang memperburuk perubahan iklim global.

Dengan peluncuran EnvmissionSuite, Envmission berkomitmen untuk memberikan solusi komprehensif yang tidak hanya menargetkan pengurangan limbah makanan, tetapi juga mendukung transisi menuju ekonomi sirkular.

“Peluncuran EnvmissionSuite mencerminkan komitmen Envmission dalam memberikan solusi keberlanjutan yang praktis dan inovatif bagi perusahaan dan masyarakat. Kami percaya bahwa melalui kolaborasi dan teknologi, kita dapat menciptakan perubahan nyata untuk masa depan yang lebih hijau,” kata Chief Product Officer Envmission,  Muhamad Rangga Bermana dalam acara peluncuran, di kawasan Senayan, Senin (9/12/2024).

Baca Juga:

Pemanfaatan teknologi berbasis data dan pendekatan perilaku, EnvmissionSuite membantu perusahaan, institusi, dan masyarakat menciptakan sistem pengelolaan limbah yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Layanan yang menyasar segmen perusahaan atau institusi (bussiness to bussiness) ini dapat digunakan setelah pengguna menghubungi Envmission, lalu pengguna akan diberikan link untuk registrasi.

Saat ini EnvmissionSuite telah hadir di lima daerah, di antaranya Bogor dan kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) dengan kapasitas limbah sebanyak 2 ton per minggu. 
Ke depan EnvmissionSuite terus mendukung perusahaan, komunitas, dan organisasi masyarakat maupun pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan praktik keberlanjutan melalui ekosistem digital yang terintegrasi. Solusi ini meliputi pengelolaan limbah, analisis risiko iklim, pengembangan proyek karbon, dan pelaporan keberlanjutan.

Fitur atau layanan EnvmissionSuite dirancang untuk memenuhi kebutuhan keberlanjutan perusahaan dan organisasi, yaitu:
1. Fitur Utama yang Sudah Tersedia:
○ EnvMeter: Alat untuk pengelolaan limbah dan perhitungan emisi GRK Scope 3 yang sesuai dengan standar Greenhouse Gas Protocol. EnvMeter membantu organisasi memahami dan mengelola jejak karbon mereka secara efektif.
○ Ecopilot: Platform pengelolaan proyek keberlanjutan yang memfasilitasi perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan inisiatif keberlanjutan dengan mudah dan akurat.
2. Pengembangan Proyek Karbon: Mendukung organisasi dan perusahaan dalam menciptakan proyek karbon offset yang sesuai dengan standar internasional, seperti Joint Crediting Mechanism (JCM).
3. Produk yang Akan Dikembangkan:
○ EnvInsight: Platform analisis risiko iklim dan skenario mitigasi yang dirancang untuk membantu lembaga keuangan dan perusahaan dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mengurangi risiko terkait perubahan iklim.
○ EnvReport: Alat pelaporan keberlanjutan yang mematuhi standar global, termasuk IFRS, GRI, dan CDP, sehingga membantu organisasi menyampaikan laporan keberlanjutan yang transparan dan kredibel.
Pengelolaan limbah menjadi nilai tambah

EnvmissionSuite mengintegrasikan teknologi yang memungkinkan limbah makanan diubah menjadi sumber daya yang bernilai tinggi, seperti biofuel, biochar, dan syngas. Dengan teknologi ini, Envmission tidak hanya mendukung pengelolaan limbah yang lebih baik, tetapi juga berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan iklim dan pencapaian target keberlanjutan nasional.

Baca Juga:

Yuli Prasetyo Nugroho, Kasubdit Ditjen Kementerian Lingkungan Hidup kehadiran EnvmissionSuite untuk turut andil dalam pengelolaan limbah melalui solusi teknologi memang dibutuhkan. Menurut Yuli, EnvmissionSuite ke depan dapat dikembangkan dengan menghubungkan antara pihak yang menghasilkan limbah makanan dengan pihak yang ingin memanfaatkan limbah tersebut untuk berbagai kebutuhan seperti pakan ternak dan lain-lain.

Sedangkan Deftrianov, Kepala Bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup Bappeda DKJ mengatakan Pemda DKJ mengapresiasi kehadiran Envmission. Saat ini Pemda DKJ telah bekerjasama dengan beberapa start up bidang lingkungan yang memiliki fokus berbeda-beda.

“Kami tertarik berkolaborasi, nantinya kami akan bertemu dengan rekan-rekan Envmission untuk menindaklanjuti solusi teknologi yang dimiliki untuk mengatasi limbah makanan di Jakarta,” kata Deftrianov, dalam diskusi dan peluncuran yang digelar bersama Indonesian Institute of Journalism.

Saat ini timbulan sampah di Jakarta mencapai 8000 ton per hari. Sekitar 40% merupakan limbah makanan. Mengutip data Bappenas tahun 2021, Deftrianov, sepanjang 2000 – 2019, limbah makanan mencapai 23-48 juta ton per tahun. Secara nilai, sampah makanan tersebut mencapai Rp 213 triliun – Rp 551 triliun atau setara 4%-5% PDB Indonesia.(ril)