Begini Prediksi OJK Soal Pertumbuhan Kredit Perbankan di 2025

Kamis, 30 Januari 2025 18:23 WIB

Penulis:Susilawati

Ilustrasi kredit perbankan.
Ilustrasi kredit perbankan. (Freepik)

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2025 masih akan berada dalam tren positif. Faktor utama yang mendukung hal ini adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat serta ekspektasi penurunan suku bunga domestik.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit adalah pergerakan suku bunga global, khususnya dari Amerika Serikat. 

“Perkiraan sebelumnya menunjukkan bahwa suku bunga AS akan turun secara agresif. Namun, dengan situasi terkini, penurunannya cenderung lebih moderat dan masih berada di level yang relatif tinggi,” ujarnya melalui jawaban tertulis, dikutip Kamis, 30 Januari 2025.

Meski demikian, Dian menilai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih cukup baik dapat menarik minat investasi ke dalam negeri. “Kami berharap ini dapat mendorong aliran dana masuk, meningkatkan investasi, memperluas usaha, dan pada akhirnya mendongkrak permintaan kredit,” tambahnya.

Baca juga:

Selain itu, penurunan suku bunga domestik yang diproyeksikan terjadi pada tahun ini juga diperkirakan dapat membantu menurunkan biaya dana perbankan. Namun, penurunan tersebut diharapkan tetap cukup menarik bagi nasabah penyimpan (saver) untuk menempatkan dananya di perbankan.

Sehingga, dapat meningkatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). “Jika penghimpunan dana positif, maka ketersediaan likuiditas akan terjaga dan menjadi sumber utama dalam penyaluran kredit perbankan,” jelas Dian.

Risiko Global yang Perlu Diwaspadai

Meski prospek pertumbuhan kredit terlihat positif, OJK tetap mewaspadai sejumlah risiko global yang dapat mempengaruhi perekonomian nasional. Dian menyoroti beberapa faktor ketidakpastian yang harus diperhatikan, seperti melambatnya penurunan suku bunga global akibat meningkatnya laju inflasi serta volatilitas pasar keuangan dan perdagangan global.

Selain itu, fluktuasi harga komoditas dan dampak dari “Trump Effect” juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi. “Ketegangan geopolitik yang masih berlanjut juga dapat menimbulkan ketidakpastian bagi pasar keuangan dan perekonomian global,” ujar Dian.

Pertumbuhan Kredit Tetap Kuat di Akhir 2024

Pertumbuhan kredit perbankan tetap kuat pada November 2024, mencatatkan peningkatan sebesar 10,79% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp7.717 triliun. Meski demikian, angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2024 yang mencapai 10,92% yoy atau senilai Rp7.657 triliun.

“Kinerja intermediasi perbankan masih menunjukkan tren positif dengan risiko yang tetap terjaga hingga November 2024,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulan Desember 2024 di Jakarta, Selasa.

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perbankan juga mencatat pertumbuhan sebesar 7,54% yoy pada November 2024, mencapai Rp8.836 triliun. Angka ini meningkat dari bulan sebelumnya, di mana pertumbuhan DPK sebesar 6,74% yoy atau senilai Rp8.751 triliun. Dian menambahkan bahwa giro menjadi faktor utama dalam peningkatan DPK pada bulan tersebut.

Likuiditas perbankan tetap terjaga dengan baik. Rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) tercatat sebesar 112,94%, sementara rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) berada di angka 25,57% pada November 2024. 

Sebagai perbandingan, pada Oktober 2024, rasio AL/NCD dan AL/DPK masing-masing sebesar 113,64% dan 25,58%. “Rasio AL/NCD dan AL/DPK masih jauh di atas ambang batas minimal, yaitu masing-masing 50% dan 10%,” jelas Dian.

Dari sisi kualitas kredit, rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terkendali dengan NPL gross tercatat sebesar 2,19% pada November 2024, turun tipis dari 2,20% pada bulan sebelumnya. Sementara itu, NPL net berada di level 0,75%, sedikit membaik dari 0,77% pada Oktober 2024.

Loan at Risk (LAR) juga menunjukkan perbaikan dengan turun menjadi 9,82% pada November 2024, dari 9,94% di bulan sebelumnya. Dian menyoroti bahwa rasio LAR saat ini sudah lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi, yang tercatat sebesar 9,93% pada Desember 2019.

Dari sisi profitabilitas, perbankan masih menunjukkan kinerja yang stabil. Return on Assets (ROA) tercatat sebesar 2,69% pada November 2024, sedikit lebih rendah dibandingkan Oktober yang mencapai 2,73%. Meski demikian, industri perbankan tetap menunjukkan ketahanan dan stabilitas yang baik.

Modal perbankan juga tetap kuat, dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) berada di level 26,92% pada November 2024. Meski sedikit menurun dari 27,02% pada Oktober, Dian menegaskan bahwa CAR yang tinggi ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Di sisi lain, layanan kredit buy now, pay later (BNPL) yang disediakan oleh perbankan terus mengalami pertumbuhan signifikan secara tahunan. Pada November 2024, baki debet BNPL mencatat kenaikan 42,68% yoy, menjadi Rp21,7 triliun, meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 47,92% yoy pada Oktober 2024.

Jumlah rekening pengguna BNPL juga meningkat menjadi 24,51 juta pada November 2024, naik dari 23,27 juta di bulan sebelumnya. Dian menyatakan bahwa tren ini mencerminkan ekspansi perbankan dalam kredit berbasis konsumsi melalui layanan paylater yang semakin diminati masyarakat.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 30 Jan 2025