Minggu, 26 Februari 2023 18:33 WIB
Penulis:admin
Editor:Redaksi Wongkito
PALEMBANG, WongKito.co - Generasi muda Indonesia cenderung toleran menurut riset yang dilakukan INFID atau International NGO Forum on Indonesian Development bersama Lembaga Demografi FEB UI pada 2021. Penelitian tersebut dilakukan di 18 provinsi dengan total 1200 responden di rentang usia 18-40 tahun.
Dalam siaran resmi INFID 14 Juli 2022, Alfindra Primaldi selaku koordinator penelitian menyampaikan, hasil riset menunjukkan ada indikasi sikap positif terhadap inklusivitas agama. Lebih dari 65% responden milenial dan lebih dari 70% responden Gen Z mendukung tempat ibadah untuk agama minoritas di sekolah, lebih dari 80% setuju diberikan pelajaran tentang agama-agama di Indonesia.
Hak beragama juga mendapat dukungan positif, yaitu 97% setuju bahwa semua warga negara, apapun agamanya, harus memiliki hak yang sama di hadapan negara, termasuk kesempatan untuk bekerja atau membuka usaha. Dukungan untuk keragaman juga memuaskan. Sebanyak 99% responden mendukung untuk mempertahankan keragaman suku, budaya, dan kelompok agama.
Terkait keberagaman, belum lama ini WongKito.co berkesempatan mewawancarai beberapa pengurus OSIS SMA Negeri 3 Palembang yang masuk dalam generasi Z. Saat ditemui, mereka tidak berseragam sekolah hari itu tapi berpakaian panjang putih dilengkapi kerudung maupun peci. “Baru selesai acara Peringatan Isra Miraj yang digelar sekolah,” jelas Aisha Jingga Kinaya, Sekretaris Umum OSIS.
Dia mengatakan, sekolahnya cukup baik dalam memfasilitasi peringatan besar keagamaan seperti ini. Adapun dari pengurus OSIS sendiri berupaya memfasilitasi kegiatan-kegiatan lain yang bukan hanya berkaitan dengan agama Islam saja, tapi juga agama lain. Dicontohkannya, saat perayaan Paskah pengurus OSIS mencoba membuat lomba unik menghias telur.
“Kami pengurus OSIS menghindari intimidasi terhadap minoritas, sebab di beberapa kelas pasti ada siswa yang beragama lain selain Islam. Harus saling memahami, tidak ada bully,” tegas Jingga.
Baca Juga:
Hal senada disampaikan Agnes Monica, pengurus OSIS lainnya. Dari OSIS sendiri, kata dia, saat ini sudah menerapkan toleransi beragama dengan membuka peluang siswa beragama di luar Islam untuk menjadi pengurus. “Dari masa kepengurusan di angkatanku, kami sudah terpikir untuk merekrut anggota OSIS baru yang beragama lain karena mayoritas di sekolah beragama Islam. Sekarang sudah terwujud, tiga agama bisa berbaur dan saling toleransi di kepengurusan,” tuturnya.
Keberagaman ini menurut Agnes menjadi pelajaran berharga baginya mengenai toleransi dan saling menghargai. “Saat peringatan Isra Miraj siswa non muslim diperbolehkan untuk ikut. Saya melihatnya teman-teman ini menghargai kami yang muslim. Bahkan ada yang tetap ingin tinggal di kelas saat pelajaran agama Islam,” ujarnya.
“Lalu, ada juga momen lain ketika ada sosialisasi dari kampus Islam. Saat menyanyikan lagu Indonesia Raya yang jadi pemandu lagunya teman yang Kristen. Saya kaget, kukira bakal teman muslim yang jadi dirigen.”
Bukan Hanya Perbedaan Agama Tapi Juga Keberagaman Budaya
Pengurus OSIS SMAN 3 Palembang, Frizkhaylla Octara Ramadhani mengingatkan, Indonesia ada semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda namun tetap satu. Dari sana kita semua seharusnya bisa menerapkan toleransi, menghargai perbedaan agama maupun keragaman budaya. “Di Indonesia cukup banyak keragaman budaya, jadi kita harus saling menghargai satu sama lain,” kata dia.
Dengan keberagaman, para siswa ini mengaku belajar banyak dengan saling membuka ruang diskusi dari sekedar tanya jawab ringan. Ada pertanyaan yang diterima dari teman non muslim bagaimana cara menyucikan diri setelah haid. Untuk perbedaan budaya juga demikian, mereka gantian bertanya soal angpao saat perayaan Imlek lalu. “Pertanyaan-pertanyaan seperti itu justru mempererat kami, dan jawabannya menjadi pelajaran baru,” ulas Amalia Zaskiannisa, pengurus OSIS lainnya.
Muhammad Zidane Alif menambahkan, terkait keberagaman ini semua harus paham bahwa siapapun berhak untuk menjalankan yang mereka percayai. Sebagai anak muda sebaiknya tidak memilih dalam berteman. “Kita sama-sama belajar, harus saling rukun,” ucapnya menutup obrolan kami. (*)