Catatan Akhir Tahun: Perempuan Terdesak Industri Ekstraktif

Rabu, 31 Desember 2025 14:32 WIB

Penulis:Nila Ertina

Editor:Nila Ertina

Ilustrasi
Ilustrasi (Ist)

HASIL penelitian yang dilakukan Yayasan LBH APIK Sumatera Selatan pada tiga desa di Kecamatan Gumay Talang, Lahat yaitu Desa Sugih Waras, Desa Tanjung Baru dan Desa Endikat Ilir telah terjadi perubahan signifikan berbagai aspek kehidupan di daerah tersebut.

Kehadiran  perusahaan tambang batu bara PT. Batu Alam Selaras atau PT.BAS, yang memiliki izin usaha pertambangan (IUP) selama 30 tahun, yang telah diterbitkan sejak 2008, berperan agresif dalam mengubah kehidupan masyarakat lokal.

Catatan LBH APIK Sumsel, dari tiga desa yang menjadi basis penelitian mereka, mayoritas dahulu mengantungkan kehidupan dari alam, berkebun kopi, menanam karet, sayuran dan berbagai buah-buahan.

Desa-desa yang berada di kawasan zona I perusahaan tambang batu bara dan desa-desa lainnya, yang mencapai 15 desa secara geografis berada di wilayah dataran rendah atau menengah, di area perbukitan.

"Kehadiran PT BAS telah berperan besar dalam perubahan hidup masyarakat lokal,  menimbulkan masalah sosial, lingkungan, ekonomi dan kesehatan yang menjadi pemantik kasus kekerasan berbasis gender (KBG)," kata Ketua YLBH APIK Sumsel, Maryani Marzuki, belum lama ini.

Baca Juga:

Dia menjelaskan sejak beroperasinya tambang batu bara di wilayah tersebut, ditemukan terjadi peningkatan kasus kekerasan rumah tangga (KDRT) akibat dari perubahan gaya hidup masyarakat setempat, khususnya laki-laki.

Dimana, kaum pria mulai mengenal tempat hiburan malam sehingga memicu perselingkuhan, bahkan ditemukan praktik poligami yang jumlahnya  terus bertambah.

Selain itu, pola kehidupan yang merubah menjadi konsumtif  juga berdampak pada maraknya masyarakat lokal yang kini terjebak dalam permainan judi online.

"Kami menemukan banyak pria dan pemuda yang gandrung main judi online," ujar Maryani.

Ia bercerita judi online ini berpengaruhi besar dalam memicu kekerasan berbasis gender, dia mencontohkan pemain kekurangan modal untuk judi online, biasanya akan memaksakan pasangan atau istri memenuhi kebutuhan modal tersebut.

Di sisi lain, kekerasan ekonomi telah terjadi dampak dari hilangnya mata pencarian utama dari kebun atau pertanian karena lahan sudah dijual ke perusahaan, juga berpengaruh terjadinya KBG.

Hal itu, dibenarkan Ida salah seorang warga Desa Sugih Waras, ia mengungkapkan sudah jarang masyarakat di desanya yang memiliki kebun kopi atau kebun karet karena sudah dijual ke perusahaan.

"Kebanyakan warga menjual dengan harga murah, karena bujuk rayu pembeli. Biasanya, hasil penjualan lahan kebun dibelikan kendaraan bukan dibelikan kembali dengan kebun," kata dia.        

Eksistensi Srikandi Gumay Talang

Adalah Deli Lisnani, Ketua Srikandi Gumay Talang yang mengungkapkan upaya membangun kesadaran masyarakat terdampak tambang batu bara terus dilakukan organisasi yang dipimpinnya.

Diawali dengan keresahan masyarakat lokal yang terganggu aktivitas tambang batu bara di lingkar terdekat, karena debu, kebisingan dan lumpur batu bara. "Kami berkumpul dan menyampaikan keresahan yang  tidak digubris tersebut," kata dia.

Tahun 2023 Srikandi Gumay Talang memimpin aksi menyampaikan keresahan masyarakat terkait dengan aktivitas tambang batu bara dan menyampaikan beragam tuntutan, seperti meminta perusahaan menganti beragam kerusakan akibat pertambangan dan angkutan batu bara, dan mempekerjakan warga lokal.

"Kami mendatangi perusahaan dan sekitar 2.000 massa pengunjukrasa dari 14 desa terlibat dalam aksi tersebut," kata Deli.

Hingga kini kata Deli, hanya satu tuntutan kami yang dikabulkan perusahaan. "Dan itu pun hanya menjadi buruh harian menyapu jalan dengan pembayaran tak pasti," kata dia.

Diakui Deli kehadiran perusahaan tambang batu bara telah mengubah kehidupan masyarakat desa, baik secara ekonomi, lingkungan, sosial dan Kesehatan.

Namun permasalahan KBG yang sebenarnya semakin meresahkan justru masih sangat minim tersosialisasikan, ia mencontohkan kasus poligami dan pernikahan dini menjadi catatan penting dampak dari hadirnya industri ekstratif di daerah tersebut.

Bertahan Melawan  

Tak hanya di wilayah Gumay Talang, Kawasan Merapi Area juga telah terlebih dahulu menjadi area eksploitasi tambang batu bara terluas di Kabupaten Lahat.

Yayasan Anak Padi Lematang menjadi satu-satunya organisasi yang hingga kini bertahan melawan industry ekstraktif tambang batu bara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Ketua Yayasan Anak Padi, Sahwan belum lama ini  mengungkapkan perempuan dan anaklah yang paling rentan terdampak dari praktik industry ekstraktif.

"Limbah tambang mencemari air dan udara dengan logam berat serta tingkat keasaman air yang tinggi mengancam kesehatan pada perempuan dan anak. Karena sistem biologis perempuan lebih sensitif," kata dia.

Upaya advokasi terhadap permasalahan sosial dan lingkungan secara konsisten terus dilakukan. Termasuk bagaimana membangun perspektif masyarakat lingkar tambang dalam menghadapi keresahan akibat rusaknya bentang alam, air dan tanah karena tercemat limbah batu bara dan PLTU.

"Kami terus berada dan bersama masyarakat korban," tegas Sahwan.(Nila Ertina FM)