Minggu, 22 Juni 2025 18:58 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA – Tabrakan kosmis besar antara Milky Way atau galaksi Bima Sakti dan tetangganya yang paling dekat, Andromeda, mungkin tidak sepasti yang selama ini diyakini para ilmuwan. Tabrakan antara dua galaksi ini sebelumnya diperkirakan akan terjadi sekitar 4,5 miliar tahun lagi.
Perkiraan tersebut bahkan memunculkan istilah Milkomeda untuk menyebut galaksi baru hasil penggabungan dua galaksi raksasa itu. Namun, penelitian terbaru yang dipimpin oleh astrofisikawan Till Sawala dari Universitas Helsinki justru meragukan kepastian skenario tersebut. Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Astronomy.
Penelitian terbaru menunjukkan kemungkinan dua galaksi spiral ini akan bertabrakan dan bergabung dalam 10 miliar tahun ke depan ternyata jauh lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya. Faktanya, kemungkinannya sekitar 50:50.
Baca juga:
“Temuan utama kami adalah bahwa tabrakan antara Bima Sakti dan Andromeda, yang sebelumnya diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar 4,5 miliar tahun, ternyata jauh dari pasti,” kata pemimpin tim sekaligus peneliti dari Universitas Helsinki, Til Sawala, kepada Space.com.
“Kami menemukan peluang terjadinya tabrakan tersebut dalam 10 miliar tahun ke depan hanya sekitar 50%. Singkatnya, prediksi yang sebelumnya hampir pasti kini berubah menjadi peluang setara seperti lemparan koin.”
Sawala dan rekan-rekannya sampai pada kesimpulan ini setelah melakukan simulasi perjalanan Galaksi Bima Sakti selama 10 miliar tahun ke depan di alam semesta.
Simulasi terbaru ini didasarkan pada data astronomi yang lebih mutakhir dari Teleskop Luar Angkasa Hubble dan misi pelacakan bintang Gaia milik Badan Antariksa Eropa (ESA). Tim peneliti juga memasukkan estimasi terbaru mengenai massa galaksi-galaksi kerdil di sekitar Bima Sakti, yang melalui pengaruh gravitasinya turut memengaruhi pergerakan galaksi kita di jagat raya.
“Perbedaan utama antara riset kami dengan studi sebelumnya adalah kami menggunakan data yang lebih baru dan lebih akurat, serta mempertimbangkan sistem yang lebih lengkap, termasuk pengaruh Awan Magellan Besar, yaitu galaksi satelit terbesar milik Bima Sakti,” ujar Sawala.
Tim peneliti menemukan bahwa ketika pengaruh Awan Magellan Besar diperhitungkan, kemungkinan terjadinya tabrakan dengan Galaksi Andromeda justru menurun. Namun, dengan penyesuaian ini, kemungkinan Bima Sakti akan memakan galaksi kerdil satelit tersebut justru meningkat.
Berdasarkan penelitian ini, hampir dapat dipastikan bahwa Bima Sakti akan bergabung dengan Awan Magellan Besar dalam waktu sekitar 2 miliar tahun ke depan.
Bicara soal milky way, di Indonesia memiliki beberapa tempat yang bisa untuk melihat keindahan galaksi Bima Sakti ini.
Berikut beberapa tempat melihat milky way di Indonesia:
Gunung Bromo menawarkan keindahan milky way yang menakjubkan, berpadu dengan udara sejuk khas pegunungan. Pemandangan galaksi di kawasan ini menjadi salah satu spot terbaik untuk menikmati keindahan milky way secara langsung.
Menurut Kemenparekraf, waktu terbaik untuk menyaksikan keindahan milky way di wilayah ini adalah pada bulan Juli. Namun, jika ingin pengalaman yang lebih maksimal, disarankan berkunjung di akhir September. Menariknya, kawasan ini juga kerap menjadi tempat munculnya hujan meteor yang bisa diamati hampir setiap bulan, mulai dari Maret hingga Oktober.
Ranu Kumbolo menjadi salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan milky way karena lingkungannya masih alami dan bebas polusi. Lokasinya yang terpencil dari sumber cahaya buatan membuat suasana tetap natural, ditambah dengan keindahan alam yang memukau dan bisa dinikmati secara langsung.
Pada malam hari, keindahan tempat ini semakin memukau dengan gemerlap bintang-bintang dari Galaksi Bima Sakti yang menghiasi langit. Pemandangan menakjubkan ini dapat dinikmati langsung dengan mata telanjang, tanpa memerlukan bantuan apa pun.
Selain tempat yang telah disebutkan, Jember juga memiliki tempat untuk melihat milky way lho! Pesona Bima Sakti semakin menawan berkat keberadaan formasi karang yang menghiasi tepian Pantai Tanjung Papuma. Bersama deburan ombak, melihat milky way semakin menyenangkan.
Danau Segara Anak adalah kawah yang terletak di lereng Gunung Rinjani. Para pengunjung yang ingin menyaksikan pesona milky way biasanya mendirikan tenda di sekitar tepian danau. Untuk menikmati keindahan Bima Sakti yang memukau di kawasan timur Indonesia ini, pastikan langit malam dalam kondisi cerah.
Selain dikenal sebagai salah satu destinasi wisata populer di Indonesia. Diaeng yang memiliki suhu sejuk serta pemandangan indah Galaksi Bima Sakti menjadikan kawasan ini menawarkan keindahan alam yang memukau. Keberadaan candi-candi di sekitarnya turut menambah daya tarik dan keunikan tempat ini.
Sebagian besar pantai di daerah ini menjadi lokasi ideal untuk menyaksikan keindahan Bima Sakti di Yogyakarta. Beberapa pantai yang dikenal menghasilkan pemandangan milky way terbaik antara lain, Pantai Krakal, Pantai Drini, serta Pantai Wedi Ombo atau Pantai Greweng.
Saat malam tiba, pemandangan milky way di Merapi Park tampak begitu memukau dan memikat pandangan para pengunjung. Agar dapat menikmati keindahannya secara maksimal, pastikan datang ketika langit malam sedang cerah.
Terletak di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut, kawasan ini menyuguhkan pemandangan milky way yang indah dan tampak jelas. Keindahannya semakin lengkap dengan panorama matahari terbit yang diselimuti kabut pagi, menjadikan momen menyaksikan milky way di tempat ini begitu berkesan dan tak mudah dilupakan.
Dijuluki sebagai The Hidden Paradise in Flores, desa ini menawarkan suasana alami dan tenang yang cocok untuk menyaksikan pesona milky way dari kawasan timur Indonesia. Biasanya, milky way mulai tampak di langit desa ini sekitar pukul 20.30 WITA.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 22 Jun 2025