amartha
Rabu, 19 Januari 2022 20:35 WIB
Penulis:Nila Ertina
Editor:Nila Ertina
BERJUMPA dengan Iis Letty (43) salah seorang pengusaha perempuan yang memulai usahanya benar-benar dari nol, mungkin tidak akan percaya dia merupakan seorang perempuan pekerja keras, pantang menyerah alias pejuang tangguh yang kini mulai lega karena usaha yang dilakukannya sejak awal tahun 2000-an mulai menampakan hasil. Iya, dari penampilannya yang tampak kalem tersimpan jiwa yang luar biasa dalam mengembangkan usahanya.
"Saya itu, awalnya menjadi pengepul gula aren dari petani pada awal tahun 2000-an," kata Iis Letty pemilik pabrik pengolahan gula aren, di Sukabumi, belum lama ini.
Dia bercerita kalau usaha yang dijalaninya tersebut bermula dengan menjadi pengepul gula aren dari petani di Jawa Tengah.
Nira aren yang telah diolah petani menjadi gula dikumpulkan, lalu ditawar-tawarkan ke toko, pasar modern dan pedagang besar termasuk di Pasar Induk Gede Bage, Bandung.
Penjualan gula aren, ke pasar dan toko-toko tersebut tambah dia berhasil menjadi sandaran hidupnya yang baru lulus dari diploma III salah satu univeristas di Jatinangor.
Permintaan gula aren pun mengalami peningkatkan signifikan bahkan sempat kesulitan memenuhi kebutuhan konsumen saat itu, tutur dia.
Baca Juga:
Namun, disisi lain ia mengungkapkan ingin meningkatkan nilai ekonomis gula aren yang biasanya hanya untuk tambahan makanan atau menggunakannya tidak praktis karena perlu diiris-iris.
Untuk mengembangkan gula aren menjadi produk dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi, dia mengungkapkan mulai memroduksi gula aren kristal atau gula semut.
Di masa itu, agar bisa memroduksi gula semut dengan keterbatasan modal yang berasal dari bapak mertua, dia mengaku terpaksa meminjam alat timbang atau timbangan ke tetangga yang memiliki usaha pabrik padi. engolahan gula aren menjadi gula semut pun dilakukan secara tradisional dengan menggunakan kayu bakar.
Kondisi tersebut, bertahan hingga tiga tahun. Dimana, akhirnya dirinya memutuskan untuk hijrah ke Jawa Barat, ke Sumedang, lalu ke Bogor dan akhirnya menetap di Sukabumi.
Alasan lain pindah ke Jawa Barat menurut dia karena tidak mudah menghasilkan produk gula semut yang berkualitas di wilayah sebelumnya. Gula aren dari petani tidak bersih, campur tanah bahkan ada yang ditambahi serbuk gergaji.
Tahun 2005, awal produksi gula aren menjadi gula kristal atau gula semut bahkan hingga kini salah satu produk terlaris, katanya.
Seperti harapan, kata Iis produk gula semut mulai berkembang dan pembelinya bukan hanya pemilik toko dan pedagang di pasar tradisional tetapi produk tersebut mulai masuk perusahaan besar.
Gula semut, pangsa pasarnya sangat luas bahkan peminat utamanya berasal dari luar negeri bukan hanya Asia tetapi juga pembeli dari Eropa dan Amerika mencari gula palm.
Karenanya, produksi gula kristal yang awalnya hanya puluhan kilogram saja per hari, seiring waktu pasar terus meluas dan permintaan pun semakin tinggi tentunya.
Kekinian, bahkan belum mampu memenuhi kebutuhan pasar gula palm karena produksi juga masih terbatas hanya di kisaran 30-40 ton per minggu. Sedangkan, permintaan produk terus berdatangan.
Ia mengungkapkan sejumlah perusahaan yang kini menjadi langganan untuk produk gula semut diantaranya adalah Torabika dan Nutrifood, lalu pasar modern, Lotte dan Indomaret mengemas ulang produk yang mereka hasilkan tersebut.
"Kita memasok gula semut sesuai kualitas dan standar yang mereka butuhkan, lalu untuk kemasan mereka sendiri yang menentukan," kata perempuan tiga anak ini.
Meskipun sudah jelas pangsa pasarnya, tambah dia bukan berarti usaha tersebut tidak menemukan kendala lain. Mulai dari pasokan gula aren dari petani atau pengepul yang kadang kekurangan.
Beberapa kali, pabrik tempat ia dan karyawannya memroduksi gula semut tersebut terpaksa pindah karena memang hanya mengontrak.
Dia menjelaskan gula semut diproduksi dengan cara dipanaskan sampai menjadi kristal. Semua proses dilakukan secara higinies dan terkontrol dengan baik di pabrik yang kini menetap di Kabupaten Sukabumi dengan luas lahan 8.000 meter persegi.
Pabrik yang berlokasi di kawasan Kecamatan Nagrak, Sukabumi kini menjadi bukti keberhasilan perempuan yang memulai usaha dari nol dan berhasil membangun usaha yang terus bersinar.
Tak ketinggalan, dalam produksi gula aren yang kini menjadi gula semut dan gula aren cair, Iis juga melibatkan tenaga kerja perempuan atau kelompok emak-emak. Dari 30 karyawan, sebanyak 10 orang diantaranya adalah perempuan dari desa-desa terdekat.
Guna memenuhi permintaan pasar eropa, gula kristal berbahan kelapa pun kini telah menjadi salah satu produk yang diproduksi perusahaan dengan bendara PT Mitra Aren Indonesia.
"Jadi saat ini, ada tiga produk yang kami produksi yaitu gula semut, gula aren cair dan gula kelapa," kata dia.
Kopi Kekinian
Pada suatu kesempatan, di tahun 2017 ia bercerita berhasil terhubung dengan buyer yang langsung datang dari Korea Selatan.
Sang buyer, tidak hanya membutuhkan produk gula palm berupa butiran atau gula semut tetapi juga mencari gula aren cair. Dengan semangat 45, Iis mengatakan kalau dirinya mulai melakukan percobaan membuat formula gula aren cair.
Setelah berulang kali gagal seiring waktu, dirinya berhasil membuat formula yang tepat untuk gula aren cair sesuai pesanan perusahaan asal Korea Selatan pada tahun 2019. Praktis, uji coba formula gula aren cair atau palm sugar liquid berlangsung sekitar 2 tahun.
Namun, saat formula sempurna justru salah satu gerai kopi ternama yang baru-baru ini mendapat predikat unicorn yang lebih dahulu membeli gula aren cair tersebut. Batalnya transaksi dengan buyer dari negeri ginseng saat itu karena pandemi COVID-19 diawal tahun 2020.
Masuknya, perusahaan New Retail food and baverage (F&B) Unicorn pertama di Asia Tenggara, diawal 2020 membuat usaha yang dirintisnya dengan perjuangan yang tak mudah tersebut bangkit di tengah pandemi.
"Awalnya mereka memesan 1,2 ton per minggu," kata dia.
Dimana setiap satu dus berisi 20 liter dengan kemasan botol plastik kapasitas 5 liter.
Sekarang pesanan rutin mencapai 30 ton sampai 40 ton per minggu," ujar dia.
Sedangkan permintaan gula aren cair dari pembeli lain juga terus meningkat.
Ating salah seorang karyawan perempuan PT Mitra Aren Indonesia mengakui kalau dirinya bersyukur bisa bertahan bekerja di pabrik gula tersebut.
"Saya bekerja sudah cukup lama, di sini ada yang sudah 4 tahun bahkan 10 tahun bekerja," kata dia.
Biasanya bekerja dari pagi sampai sore, tambah dia.
Sebanyak 30 karyawan di pabrik tersebut, tambah Ating dibagi menjadi beberapa proses produksi gula aren semut dan gula aren cair juga gula kelapa.
Ada yang bekerja di bagian pemilihan gula aren sesuai dengan kualitas atau grade A yang telah ditentukan. Kemudian, ada yang bekerja di bagian melelehkan atau melting, dan kristalisasi atau juga gula cair.
Tak lupa pekerja dibagian pengemasan juga sangat berperan dalam menghasilkan produk akhir perusahaan tersebut sebelum tiba ditangan pembeli.
Terkendala Modal
Usaha yang telah berkembang akan semakin maju dengan penambahan modal usaha. Namun, Iis mengatakan akses untuk mendapatkan bantuan modal ke lembaga keuangan pemerintah cenderung sulit.
Padahal, tambahan modal menjadi kunci untuk terus bertahannya usaha yang kini sedang dilakoni. Dia menjelaskan sekali produksi membutuhkan modal tidak sedikit per hari, idealnya paling tidak ada dana cadangan senilai dua kali produksi.
Dana cadangan menjadi sangat penting untuk mendukung kelancaran dalam memenuhi permintaan produk. Apalagi, terkini pasar di Eropa dan Turki makin ramai, pemesan gula aren tersebut bertambah.
"Kami bahkan terpaksa tidak memenuhi pesanan dari sejumlah pembeli baru karena terkendala modal," kata dia.
Ia bercerita kalau selama ini tidak ada cara lain, selain mengantungkan modal dari para investor, namun sistem investasinya masih tergolong risiko tinggi karena bunganya mencapai 30 persen.
Belum ada cara lain mendapatkan modal dengan bunga kecil oleh sebab itu masih mengantungkan modal dari investor. "Mudah-mudahan secepatnya sejumlah lembaga keuangan yang menerapkan bunga kecil, bisa merealisasikan bantuan modal mereka untuk pengembangan usaha tersebut," ujar dia.
Selain itu, Iis juga berharap agar kegiatan usaha yang telah dijalaninya mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
Mengolah aren menjadi gula semut dan gula cair menurut dia melibatkan banyak petani, pengepul dan juga memberikan lapangan pekerjaan. Karena itu, sudah semestinya pemerintah juga memberikan perhatian khusus baik pemerintah daerah maupun pusat.
"Kami ini bagian dari pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mesti mendapat perhatian pemerintah agar bisa berkembang maju," kata dia.
Sementara pohon aren atau dalam bahasa latinnya Arenga Pinata Merr tersebut selama ini menjadi salah satu tanaman alternatif untuk menjaga lingkungan dengan berperan sebagai antisipasi terhadap bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan kebakaran lahan dampak dari perubahan iklim.
Hasil riset mengungkap kalau setiap satu pohon aren dewasa dapat menyimpan 150 sampai 200 liter air. Dimana, pohon aren menghasilkan air melalui proses evapotranspirasi.
Air yang dihasilkan oleh pohon aren diuapkan ke udara dan dilepas ke lingkungan sekitar.
Volume air yang dikeluarkan pohon aren dapat melebihi jumlah air yang dibutuhkan oleh lahan disekitarnya.
Lalu, pohon aren juga tahan terhadap api karena itu saat musim kemarau aren tidak terbakar.
Sebagai pemilik akar serabut yang kuat, pohon aren memiliki kemampuan dalam menahan longsor.
Tak ketinggalan, dengan membudidayakan pohon aren berarti kita mempertahankan kearifan lokal asli Nusantara. Karena bibit pohon aren disebutkan asli Indonesia.(Nila Ertina)