Minggu, 30 Juni 2024 06:21 WIB
Penulis:Nila Ertina
PALEMBANG, Wongkito.co - Ekosistem Teater di Sumatera Selatan (Sumsel) terus dibangun, berkembang dan meningkatkan kreativitas.
Salah satu pelaku seni dan teater di Sumsel Vebri Al Lintani mengatakan memperat ekosistem teater salah satu langkah menunjukan eksistensi seniman di daerah tersebut.
Dimana ekosistem teater yang kuat akan ditentukan oleh keterlibatan pemerintah, faktor infastruktur, sarana dan prasarana dan sebagainya, kalau bicara infastruktur itu artinya ada regulasi , kita regulasi belum ada , jadi itu menunjang, jadi kalau regulasinya bagus maka ekosistem berkerja,” katanya saat menjadi narasumber dalam Diskusi dengan judul Ekosistem Teater (DI) Sumsel di gelar di Gedung Kesenian Palembang, Sabtu (29/6/2024).
Baca Juga:
Ia menjelaskan dukungan terkait dengan pemahaman di instasi terkait juga harus menunjang dan memiliki pemahaman terhadap theater.
“Selama ini kalau kita lihat kesenian itu cuma dipandang kecil sekali, ada seni tradisional , musik dan tari , theater belum ada, jadi paradigma ini yang harus kita ubah ,” ujarnya.
Mantan Ketua Dewan Kesenian Palembang ini mengaku selama ini pihaknya selalu berusaha dengan salah satunya mengiring Perda Kesenian di kota Palembang dimana tahun ini akan di godok.
“Kita juga berjuang bagaimana sarana dan prasarana seperti Gedung Kesenian ini, ke depan Pemkot Palembang juga harus memikirkan bagaimana koneksi antara dewan kesenian, seniman dan instansi terkait bisa terkoneksi sehingga itu bisa harmonis dan bersama-sama membangun kesenian,” katanya.
Sedangkan Toton Dai Permana menilai ketika bicara ekosistem berkesenian sifatnya normatif dan tergantung daerahnya .
“Saya pikir sekarang sudah bagus, sudah lumayanlah, tapi itu tetap harus dibangun terus biar lebih kondusif,” katanya.
Karena itu, menurutnya peran pemerintah dalam kebudayaan dan kesenian harus di tingkatkan dan harus memperhatikan kehidupan berkesenian di Sumsel.
“Seniman tidak perlu masuk dunia politik, tapi tergantung manusianya ,” katanya.
Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) Hasan M. Sn. mengatakan kerja sama antara DKP dan Perkumpulan Nasional Teater Indonesia (Penastri).
“Program Penastri , tujuannya untuk membangkitkan ekosistem kesenian terutama teater di Sumsel dan Palembang,” katanya.
Dia menilai iklim teater di Palembang sudah berjalan cuma kadang berjalan lambat, kadang cepat.
“Itu dilihat dari suasana, itu yang harus di didorong dan dibangun terus, itu point dari pak Toton tadi kreatif dan bergerak, kalau tidak bergerak menunggu, nah itu yang enggak jalan, ini harus bersama sama dan di dobrak, terutama pemerintah harus terus di dorong,” katanya.
Sedangkan Wakil Ketua Penastri S Metron Masdison SS mengatakan, diskusi yang di gelar di Gedung Kesenian Palembang adalah theater isu, yaitu dengan mengumpulkan problematika ekosistem yang ada di Indonesia.
“Jadi kami sudah mengadakan di 18 kota , tapi itu daring sekarang luring ada empat kota yaitu Banjarmasin, Palembang, Ternate dan terakhir Kendari,” katanya.
Baca Juga:
Sebelum dalam 18 kota sebelumnya Palembang menurutnya tidak masuk sehingga dimasukkan untuk empat kota yang saat ini tengah berjalan.
“Bentuknya diskusi, temanya beda-beda tiap lokal, jadi tidak semuanya sama , yang kami menyerap intinya maping isu-isu persoalan teater yang ada di Indonesia, kegiatan kita ini di dukung dana Indonesiana, disini kita kerja sama dengan Dewan Kesenian Palembang, Yayasan Lacak Budaya Sriwijaya dan Studio Hanafi,” katanya.(*)