GayaKito
Sindrom Anak Bungsu yang Perlu Orang Tua Ketahui, Simak ya
Sindrom anak bungsu mungkin masih menjadi istilah yang belum familiar dilingkaran kaum ibu, tapi sebenarnya kondisi tersebut sudah terjadi.
Anak bungsu atau anak yang lahir paling akhir dari saudara-saudarinya kerap diindentik dengan anak yang manja dan bossy.
Meskipun faktanya, tidak semua anak bungsu manja dan kerap berprilaku ngebos alias bossy. Namun, sebagai orang tua, tentu sangat perlu mengenal secara khusus anak-anak, baik anak sulung, anak tengah dan anak bungsu.
Kali ini, mari membahas lebih dalam anak bungsu dengan sindrom anak bungsu yang sering dijumpai, mengutip laman haibunda.com, diawali dengan menengenal sindrom anak bungsu.
Gagasan tentang sindrom anak bungsu telah diperdebatkan di kalangan psikolog dan peneliti selama beberapa dekade. Banyak orang percaya pada teori urutan kelahiran yang dipopulerkan oleh psikolog bernama Alfred Adler pada tahun 1927 tentang teori urutan kelahiran.
Baca Juga:
- Kenali Penyakit Lupus, Gejala dan Pengobatannya Yuk!
- Hoaks: Huruf Y akan Dihapus dari Alfabet
- 5 Jus ini Bikin Kulit Cerah jika Diminum Rutin
Menilik dari laman Green Light Learning Center, teorinya menyatakan bahwa urutan lahir dapat berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Sementara itu, beberapa lainnya berpendapat bahwa tidak ada bukti signifikan yang mendukung teori tersebut.
Meski begitu, banyak orang tua yang membuktikan adanya kesamaan tertentu dalam perilaku anak bungsu dibandingkan kakaknya. Para penganut teori urutan kelahiran mungkin mengatakan bahwa anak-anak bungsu sering kali menerima pengasuhan yang kurang ketat dan lebih banyak keringanan hukuman dibandingkan kakak-kakak mereka.
Hal ini menyebabkan pola asuh yang berbeda. Selain itu, hal ini juga akan berdampak terhadap perkembangan anak.
Ciri khas sindrom anak bungsu
Ada banyak ciri berbeda yang terlihat pada anak dengan sindrom anak bungsu. Berikut deretannya:
1. Pencari perhatian
Anak bungsu membutuhkan lebih banyak perhatian dari orang tuanya karena mereka merasa dibayangi oleh kakak-kakaknya. Hal ini membuat anak bungsu menjadi ekstrovert dan supel.
2. Gemar mengambil risiko
Anak bungsu mungkin merasa lebih dilindungi. Karena itu, mereka mengambil lebih banyak risiko tanpa takut akan konsekuensinya.
3. Kreatif
Dengan sedikit tekanan untuk menyesuaikan diri, anak bungsu dapat mengembangkan pola pikirnya menjadi lebih imajinatif. Mereka pun lebih kreatif dibandingkan saudara kandungnya yang lain.
4. Manipulatif
Beberapa orang percaya anak bungsu bisa mendapatkan apa saja yang mereka inginkan baik dari kakak maupun orang tuanya. Terkadang, mereka memiliki taktik manipulatif dan ini merupakan hal yang wajar.
5. Suka menjadi perhatian
Anak bungsu juga menunjukkan gagasan bahwa mereka dapat berkembang dalam situasi sosial dan senang menjadi pusat perhatian. Mereka memiliki keterampilan interpersonal yang kuat karena terus menerus berinteraksi dengan kakaknya.
Dampak psikologis sindrom anak bungsu
Mengutip dari Verywell Mind, direktur psikiatri anak dan remaja di Rush University, Louis J.Kraus, MD, mengatakan bagaimana anak-anak dibesarkan dan genetika mereka mempunyai dampak psikologis terhadapnya.
"Tetapi seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan mereka, dampaknya menjadi kurang jelas dan Anda harus berhati-hati dalam memberi label pada siapapun," ujarnya.
Hubungan antara anak bungsu dan kakaknya mungkin dipengaruhi oleh dinamika keluarga. Misalnya saja tidak jarang terlihat bahwa anak tertua lebih suka membantu adik-adiknya dan anak bungsu lebih bersemangat dan mencari perhatian.
"Dengan demikian, ada pertanyaan apakah ada sifat yang lebih kekanak-kanakan dalam diri mereka sehingga mereka cenderung lebih kekanak-kanakan, dan lebih dekat dengan ibu mereka dibandingkan kakak-kakak mereka," ungkap Louis.
"Kalau Anda melihat rata-rata keluarga dengan tiga anak atau lebih, mereka mungkin akan lebih sering menggambarkan dinamika ini, bahkan jika tidak ada penelitian pasti yang mendukungnya," ujar di.
Hubungan dengan saudara dan dinamika keluarga
Jika ada lebih dari dua anak dalam satu keluarga, orang tua mungkin membutuhkan bantuan tambahan dan secara tidak sengaja melibatkan anak tertua. Tidak hanya itu, terkadang anak tertua bahkan mengambil peran sendiri tanpa diminta.
Dalam keluarga dengan lebih dari dua anak, anak bungsu mungkin kurang mendapat perhatian di tahun-tahun awal kehidupannya karena mereka harus 'berbagi' dengan kakaknya. Meski begitu, mereka akan mendapat perhatian penuh saat sang kakak tumbuh besar.
"Pada saat yang sama, mereka mungkin akan mengalami periode ketika kakak-kakak mereka telah pindah dan mereka mendapatkan 'akses eksklusif' terhadap orang tua mereka," ungkap psikolog kepribadian di Universitas Leipzig, Julia Rohrer.
Apa yang harus orang tua lakukan untuk mengatasi sindrom anak bungsu?
Merangkum dari laman Healthline, ada beberapa hal yang bisa Bunda dan Ayah lakukan untuk mengasuh anak dengan sindrom anak bungsu. Berikut ini Bubun jabarkan deretannya:
1. Berikan perhatian yang seimbang
Jangan sampai anak bungsu melakukan berbagai cara untuk merebut perhatian Ibu dan Ayah dari anak lainnya, ya. Anak bungsu terkadang mengembangkan taktik berbahaya untuk mendapatkan perhatian ketika mereka merasa tidak mendapatkan perhatian dari orang lain.
Baca Juga:
- Yuk Buat Dendeng Daging Sapi Balado Hijau
- Alami Kerugian hingga Rp 1,82 Triliun, ini Penjelasan Bos Kimia Farma
- Permen ESDM No 10 tahun 2023 Dianggap Menguntungkan Produsen Nikel
Si kakak mungkin sedang mendiskusikan hari-harinya di sekolah bersama Ibu. Namun, Si Kecil juga harus punya waktu untuk berbicara tanpa bersusah payah menarik perhatian.
2. Berikan anak tugas dan tanggung jawab
Berikan semua anak tanggung jawab dan tugas dalam rutinitas keluarga. Ini harus disesuaikan dengan perkembangannya, ya.
Anak bungsu tentu bisa membantu Ibu dalam beberapa hal. Misalnya membantu menyimpan mainan atau berkontribusi dalam melakukan pembersihan.
3. Ajarkan tentang konsekuensi
Bukan berarti anak bungsu tidak bisa melakukan hal yang merugikan. Ketika ini terjadi, pastikan Ibu mengatasinya dengan memberikan sanksi.
Anak bungsu memang perlu belajar tentang empati. Namun, mereka juga perlu tahu makna dari konsekuensi usai melakukan tindakan yang menyakiti seseorang.(*)