ILO
Kamis, 16 Mei 2024 21:34 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA – Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) meluncurkan temuan-temuan utama laporannya yang bertajuk “Pengembangan Keterampilan dan Situasi Ketenagakerjaan Sektor Elektronik Indonesia”. Laporan tersebut merupakan hasil studi komprehensif ini menyoroti komitmen pemerintah Indonesia dalam mengembangkan angkatan kerja yang kompetitif dan terampil sejalan dengan spesifikasi kebutuhan sektor elektronik.
Temuan-temuan utama studi ini secara resmi diluncurkan saat Dialog Nasional mengenai Strategi untuk Mempromosikan dan Mengembangkan Tenaga Kerja Terampil dalam Rantai Pasokan yang Bertanggung Jawab di Sektor Elektronik. Acara ini dihadiri M. Rudy Salahuddin, Deputi Bidang Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Prof Warsito, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Simrin Singh, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste.
Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Studi ini memadukan metode kualitatif, analisis data sekunder dan wawancara mendalam dengan para pengusaha dan pekerja dari lima perusahaan elektronik. Studi juga terfokus pada tren industri, otomatisasi dan digitalisasi yang memberikan pengamatan menyeluruh mengenai kebutuhan sektor ini dari usaha kecil hingga industri berskala besar.
“Pemerintah Indonesia telah memilih sektor elektronik sebagai salah satu sektor industri kunci yang dikembangkan untuk menghadapi pengembangan industri masa depan. Sektor ini pun merupakan bagian dari Making Indonesia 4.0 Road Map. Saat ini pemerintah sedang menjalankan prakarsa mendorong industri semi konduktor Indonesia agar terlibat dalam rantai pasokan global. Studi ini, karenanya, akan memberikan kami temuan dan rekomendasi utama dalam meningkatkan keterampilan dan kompetensi pekerja yang tidak hanya meningkatkan produktivitas tapi juga kontribusi sektor ini pada perekonomian nasional dan kapasitas ketenagakerjaannya,” kata Deputi Menteri Rudy Salahuddin, Kamis (16/5/2024).
Baca Juga:
Studi pun membahas berbagai variasi tingkatan pengetahuan teknis dan non-teknis yang dibutuhkan untuk baik untuk pekerjaan dengan keterampilan tinggi maupun rendah: jika operator membutuhkan keterampilan teknis dasar, insinyur membutuhkan keahlian teknis yang lebih tinggi, keterampilan non-teknis dan kemampuan mengatasi masalah. Kedua kelompok ini harus meningkatkan literasi digital dan adaptabilitas mereka terhadap perubahan teknologi.
Dalam lingkungan bisnis yang berkembang cepat saat ini, mengembangkan angkatan kerja yang terampil dan terinformasi merupakan inti dari pertumbuhan yang berkelanjutan. Proyek Pengembangan Keterampilan dan Perilaku Bisnis yang Bertanggung Jawab ILO, didanai Pemerintah Jepang melalui Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI), menegaskan pentingnya memadukan praktik bisnis yang bertanggung jawab dengan pelatihan keterampilan yang kuat. Sebagai industri, khususnya elektronik, menjalani transformasi digital dan berupaya mempertahankan keberlanjutan, melakukan investasi dalam modal manusia menjadi sangat krusial.
Pendekatan ini memastukan bahwa pekerja tidak hanya mampu mengikuti perkembangan tekonologi yang maju, tapi juga menyadari praktik bisnis yang bertanggung jawab, yang mendorong rantai pasokan yang lebih inklusif dan tangguh. Kolaborasi antara pemerintah, Perusahaan dan lembaga pendidikan menjadi sangat diperlukan untuk melengkapi angkatan kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan dan standar etika guna memenuhi permintaan rantai pasokan global secara efektif.
Untuk menjembatani kesenjangan keterampilan, studi ini pun menyoroti pentingnya kemitraan swasta-publik antara dunia usaha dengan lembaga pelatihan. Program-program seperti model Pabrik Pembelajaran (TEFA) dan ‘Link and Match’ yang menyelaraskan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri terbukti menjadi praktik-praktik terbaik yang memastikan para lulusan dapat melakukan transisi ke pasar kerja dengan baik,
Studi juga menyerukan dunia usaha untuk memprioritaskan upaya mempertahankan pekerja dan berinvestasi dala kemampuan mereka melalui pelatihan keterampilan kembali dan peningkatan keterampilan (reskilling and upskilling). Lembaga-lembaga pelatihan juga harus memperluas kesempatan pembelajaran secara langsung di tempat kerja kepada lebih banyak orang dan memperkuat kemitraan industri untuk mempersiapkan secara efektif para lulusan menjadi angkatan kerja.
Deputi Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Warsito menekankan bahwa pengembangan keterampilan yang adaptif terhadap kemajuan teknologi telah menjadi prioritas pemerintah Indonesia dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045. “Indonesia telah mengembangkan berbagai strategi termasuk Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi yang menjadi kunci dalam menciptakan angkatan kerja yang terampil, berdayasaing dan berkualitas, dengan industri memainkan peranan penting dalam peningkatan keterampilan dan perilaku bisnis yang bertanggung jawab.”
Simrin Singh, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, menegaskan dukungan ILO terhadap program pengembangan keterampilan Indonesia sebagai respons terhadap pesatnya transisi industri dan transformasi digital yang dihadapi pasar kerja Indonesia. “Berinvestasi pada keterampilan dan kemampuan kerja perempuan dan laki-laki merupakan inti dari pasar kerja yang sehat. Kerja sama ILO dengan berbagai lembaga akan memastikan dan mempercepat pengembangan angkatan kerja yang mumpuni, terlatih dan terampil di sektor kunci ini. Investasi ini, pada gilirannya, memperkuat produktivitas dan kualitas, seraya memastikan elemen-elemen mendasar dalam pekerjaan yang layak seperti akses terhadap perlindungan sosial dan kepastikan akan pengupahan yang adil.”
Selain itu, kalau dulu kesulitan untuk produksi benih karena belum ditemukan pakan yang tepat dari ukuran larva sampai benih, sekarang sudah dapat teratasi fase kritis dari tahap larva ke benih, bahkan pakan pembesaran hingga induk juga sudah menggunakan pakan pelet. Pemijahan belida secara alami, jadi produksi benih tergantung dengan jumlah induk dan jumlah telur hanya kisaran ratusan saja yaitu 300-500 butir/induk. “Singkatnya dulu sulit untuk produksi benih dan induk, sekarang telah bisa diatasi,” terang Widodo.
Baca Juga:
Dengan bisa konsumsi pakan pelet, lanjut Widodo, ketergantungan terhadap pakan alami pada tahap pemijahan hingga pembesaran dapat dihilangkan. Selain itu, ikannya menjadi lebih jinak, tidak mudah stress, dan mudah adaptasi di lingkungan budidaya. Kalau dari kecil sudah terbiasa dengan pakan buatan, untuk tahap pembesaran menjadi mudah adaptasi di kolam atau KJA.
Dari segi performa pertumbuhan untuk ukuran larva dan benih, pertumbuhan kurang lebih sama bila dengan pakan alami, yakni mencapai ukuran 5-8 cm dalam waktu 1,5 bulan, bahkan bisa lebih hemat biaya pakan. Waktu pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi sekitar 100gram per ekor selama 4 bulan, sementara untuk mencapai ukuran 1kg per ekor diperlukan waktu kurang lebih 2 tahun.
“Harapannya ke depan, ikan belida hasil budidaya mampu menjadi solusi untuk meningkatkan populasi ikan belida di alam, mencegah penangkapan ikan belida di alam, terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kerupuk amplang bisa dialihkan ke ikan belida hasil usaha budidaya masyarakat sekitar. Sehingga selain mampu menggerakkan ekonomi masyarakat setempat juga menghindari kepunahan ikan belida,” ujarnya.(ril)