Kamis, 24 November 2022 19:04 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya memperbaharui besaran nilai kontrak baru hingga Oktober 2022. Pasalnya, beberapa BUMN Karya tersebut mencatat kenaikan kontrak baru yang signifikan walaupun masih jauh dari target 2022.
Adapun yang telah merilis kontrak baru per Oktober 2022 adalah, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Dalam penjabarannya, ADHI merealisasikan kontrak baru sampai dengan Oktober 2022 sebesar Rp19,1 triliun. Besaran tersebut naik 51% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp12,7 triliun.
Di Oktober, ADHI mendapatkan kontrak baru untuk Sistem pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat di Kota Banda Aceh dan Plant Road and Drainage di Karawang Jawa Barat.
Baca Juga :
Adapun kontribusi perolehan kontrak baru tersebut dari lini bisnis engineering dan konstruksi mendominasi 90%, properti 9% dan sisanya lini bisnis lainnya.
Direktur Utama ADHI, Entus Asnawi mengatakan ADHI akan terus meningkatkan pertumbuhan kontrak sampai akhir tahun. “kami terus berupaya agar kontrak ADHI
terus tumbuh sampai akhir tahun, dan beberapa rencana telah dijalankan untuk mencapai target ADHI di tahun 2022," ungkapnya.
Sementara itu, PTPP mencatat perolehan kontrak baru sampai dengan akhir Oktober sebesar Rp21,82 triliun. Besaran tersebut tumbuh 50,79% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp14,47 triliun.
Adapun perolehan berdasarkan lini bisnis terbesar dari jasa konstruksi sebesar 77%, EPC sebesar 18, properti dan realti 4%, dan lainnya sebesar 1%.
Sekretaris Perusahaan PTPP Bakhtiyar Efendi mengatakan, pencapaian kontrak baru perusahaan sampai dengan november salah satunya ditopang oleh segmen seaport.
"Adapun 2 (dua) proyek seaport yang berhasil diraih, yaitu: proyek Patimban Phase 2 Paket 6 sebesar Rp823 miliar dan proyek Jetty di Kalimantan Timur sebesar Rp682 miliar,” ujar Bakhtiyar.
WSKT mencatatkan Nilai Kontrak Baru (NKB) sebesar Rp13,38 triliun per Oktober 2022. Nilai kontrak ini meningkat sebesar 10,64% secara year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama pada 2021 sebesar Rp12,09 triliun.
Penambahan NKB sebagian besar berasal dari proyek Pemerintah yaitu 68,19%, lalu proyek Swasta sebesar 10,22%, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebesar 9,57% dan Pengembangan Bisnis Anak usaha Perseroan sebesar 12,03%.
Adapun beberapa proyek dengan kontribusi terbesar sampai dengan Oktober 2022 adalah Proyek Gedung Sekretariat Presiden dan bangunan pendukung pada kawasan Istana Kepresidenan Ibu Kota Negara (IKN) dengan total nilai kontrak mencapai Rp1,35 triliun.
“Sebelumnya Waskita telah memenangkan 2 tender proyek IKN yaitu Proyek Jalan Tol IKN Segmen Simpang Tempadung-Jembatan Pulau Balang senilai Rp990 miliar dan Pembangunan Jalan Kerja/Logistik IKN Paket Pembangunan Jalan Lingkar Sepaku Segmen 4 senilai Rp182 miliar,” kata Novianto.
Namun jika dilihat berdasarkan segmentasi tipe proyek, NKB tersebut terdiri dari segmen konektivitas Infrastruktur sebesar 49,76%, gedung sebesar 18,98%, EPC sebesar 11,15%, Sumber Daya Air (SDA) sebesar 8,09% dan Anak Usaha 12,03%.
WIKA mencatat kontrak baru per Oktober 2022 Rp25,2 triliun. Besaran tersebut naik 34,2% dibandingkan realisasi pada September 2022 di Rp19 triliun.
Adapun pencapaian kontrak baru tersebut termasuk di dalamnya adalah sejumlah proyek Ibu Kota Negara, setelah berhasil mendapatkan jalan tol segmen KKT Kariangau-Simpang Tempadung, bangunan modular untuk rusun pekerja oleh WIKA Gedung KSO. WIKA bersama PTPP KSO berhasil mendapatkan kontrak baru pembangunan Istana Presiden dan Kantor Presiden.
Hal ini membuat WIKA menjadi pemeroleh kontrak baru terbesar dibandingkan tiga BUMN Karya tersebut.
Analis Samuel Sekuritas Abraham Timothy mengatakan, nilai kontrak baru secara keseluruhan pada kuartal III-2022 baru mencapai Rp65,18 triliun. Hal ini membuat emiten konstruksi masih harus berupaya lebih untuk mengejar target nilai kontrak baru pada 2022 sebesar Rp128,57 triliun.
"Oleh karena itu, kami merevisi turun semua nilai kontrak baru perusahaan dalam coverage kami di 2022 dan 2023 sebesar –13,1% dan -24,6% menjadi Rp101,84 triliun dan Rp113,29 triliun," ujarnya dalam riset.
Bila melihat faktor positifnya, kenaikan APBN pada 2023 ke Rp392 triliun dan juga dari IKN di mana pemerintah telah menganggarkan Rp466 triliun untuk pembangunan. Hal ini membuka peluang bagi perusahaan konstruksi untuk membukukan kontrak baru kedepannya.
Adapun total kontrak baru yang sudah dikantongi dari IKN sejauh ini mencapai Rp7,95 triliun, dengan PTPP memegang kontrak terbanyak Rp2,9 triliun, diikuti oleh WSKT Rp2,55 triliun, ADHI Rp1,4 triliun dan WIKA Rp1,1 triliun.
"Kami memberikan rating underweight untuk sektor konstruksi karena belum ada tandanya pemulihan yang terlihat dari penurunan kinerja kuartal III-2022, kontraksi margin dan realisasi kontrak baru yang masih jauh dari target," ujar Abraham.
Samuel Sekuritas menjadikan ADHI menjadi top pick dengan rekomendasi beli mengambil take profit (TP) Rp700. Hal ini karena performa yang lebih baik dibandingkan peers di kuartal III-2022.
Selain itu, untuk PTPP direkomendasikan beli dengan TP Rp1.100. Hal ini karena kondisi balance
sheet yang lebih sehat dibandingkan peers dan memiliki kontrak baru terbesar di IKN.
Berbeda dengan yang lain, WSKT direkomendasikan hold dengan TP Rp510 serta WIKA rekomendasi jual dengan TP Rp845.
"Adapun risiko utama adalah realisasi kontrak baru dan burn rate yang lebih tinggi dan perbaikan margin," ujar Abraham.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Fakhri Rezy pada 24 Nov 2022