Jejak Gasifikasi Batu Bara di Indonesia, Salah Satunya di Tanjung Enim Sumsel

Jumat, 07 Maret 2025 15:35 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

ptba.jpeg
Kawasan tambang batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). (ist)

JAKARTA - Hilirisasi masih menjadi fokus di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah disebut akan mempercepat 21 proyek hilirisasi yang bernilai sekitar US$45 miliar atau Rp734,4 triliun (kurs Rp16.300 per dolar AS).

Dari 21 proyek tersebut, proyek hilirisasi batu bara, yakni gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) merupakan proyek yang mengocek investasi terbesar. Untuk proyek DME diperkirakan memerlukan investasi mencapai US$11 miliar atau sekitar Rp180 triliun.

"Kita juga mau bangun DME yang berbahan baku daripada batu bara low (rendah) kalori sebagai substitusi daripada LPG. Ini kita lakukan agar produknya bisa dipasarkan sebagai substitusi impor," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Istana Negara dilansir pada Rabu, 5 Maret 2025.

Proyek gasifikasi batu bara merupakan program pemrosesan batu bara menjadi dimethyl ether (DME) untuk digunakan sebagai alternatif pengganti LPG.

Proyek ini sempat dikembangkan dan dilaksanakan bersama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero), dan Air Products and Chemicals Inc sebagai investor dengan nilai investasi berkisar US$2,1 miliar atau setara dengan Rp30 triliun.

Saat itu, Air Products menggenggam saham mayoritas mencapai 60% dari proyek gasifikasi itu. Kemudian diikuti dengan PTBA dan PT Pertamina (Persero) masing-masing 20%.  Masa kontrak Air Products ditenggat selama 20 tahun dengan skema opsi build, operate, transfer (BOT) pada akhir kerja sama.

Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun.

Pertamina direncanakan menjadi penyalur atau distributor tunggal DME yang diproduksi dari proyek tersebut. Harapannya Pertamina mendapat margin dari setiap penjualan produk substitusi LPG tersebut.

Pabrik gasifikasi batu bara akan mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara per tahun untuk diproses menjadi 1,4 juta ton dimethyl eter (DME).Produk ini mampu membantu mengurangi impor LPG sebanyak lebih dari 1 juta ton per tahun.

Adapun proyek gasifikasi batu bara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, yang digagas oleh PT Bukit Asam Tbk ditetapkan menjadi proyek strategis nasional (PSN). Ini melalui terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) No 109 Tahun 2020 yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 17 November 2020.

Perpres Nomor 109 Tahun 2020 merupakan revisi Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Dalam Perpres sebelumnya, proyek gasifikasi batu bara PTBA bersama PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemical Inc dimasukkan sebagai proyek prioritas nasional. 

Namun sayangnya Air Products & Chemical Inc (APCI) hengkang dari proyek gasifikasi batu bara dalam negeri ini. Kepastian itu disampaikan selang 2 hari setelah Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar rapat terbatas (Ratas) mengenai perkembangan proyek gasifikasi batu bara bersama menteri terkait, termasuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia di Istana Presiden 7 Maret 2023.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, sempat beredar perusahaan yang berencana mengembangkan DME antara lain, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO).

Saat Air Products mundur, investor dari China dikabarkan masuk proyek ini. Namun Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut, tidak cocok dengan Negara Panda itu. Saat ini pemerintah tidak butuh investor baru. Arahan Prabowo, akan memanfaatkan sumber dari dalam negeri semua.

Hingga saat ini, pengembangan DME masih tersendat persoalan keekonomian. Terbaru Pemerintahan Prabowo Subianto memutuskan proyek DME didanai langsung oleh negara dengan melibatkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara. Lokasi proyek DME yang akan dikembangkan ada di Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dam Kalimantan Selatan. 

Tulisan ini terbit awal di TrenAsia.com oleh Debrinata Rizky pada 7 Maret 2025.