Sabtu, 06 Desember 2025 06:58 WIB
Penulis:Nila Ertina
Editor:Nila Ertina

PALEMBANG, Wongkito.co – Media simburcahaya.com menggelar Diskusi Publik dan Kampanye Digital bertajuk “Menciptakan Ruang Aman Buat Perempuan in This Economy” dalam rangka Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Kamis (4/12/2025). Acara ini mengusung subtema “Perempuan dalam Lingkar Pinjol dan Praktik Rente”, menyoroti bagaimana tekanan ekonomi membuat perempuan rentan terhadap kekerasan, jeratan hutang, hingga eksploitasi finansial.
Kegiatan ini dihadiri, di antaranya CEO PT Mitra Aren Indonesia, Iis Letty Jumiati yang hadir secara online, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang, Fajar Wiko, Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumsel, Dwitri Kartini; Sekretaris FJPI Sumsel Saftarina, Pimpinan Credit Union Sutarmi, Founder Hello Sister Indonesia Ressy Tri Mulyani, Ketua AMSI Sumsel Ardy Fitriansyah, Ketua Solidaritas Perempuan Palembang Mutia Maharani, perwakilan LBH APIK Sumsel, Marlina, Dosen FISIP Unsri, Feny Selly, Yayasan Intan Maharani, Anik Kurniati serta tim media simburcahaya.com dan WongKito.co.
Diskusi ini menghadirkan tiga pembicara yang selama ini bekerja dan terlibat langsung pada isu pemberdayaan ekonomi dan perlindungan perempuan, yakni Iis Letty Jumiati, SE (CEO Mitra Aren Indonesia), Sutarmi (Credit Union Jaya Bersama/WCC Palembang), dan Ressy Tri Mulyani, S.H., M.H. (Founder Hello Sister Indonesia).
Baca Juga:
CEO Mitra Aren Indonesia, Iis Letty Jumiati, membuka diskusi dengan memaparkan bagaimana ketidakstabilan ekonomi pascapandemi memperburuk kerentanan perempuan. Menurutnya, banyak perempuan yang memikul peran ganda mengurus rumah tangga sekaligus menopang ekonomi keluarga, namun tidak selalu memiliki akses finansial yang memadai.
“Dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian, perempuan sering mengambil keputusan finansial yang berisiko karena terpaksa, bukan karena mereka tidak paham,” ujar Iis Letty.
Ia menegaskan pentingnya akses ke pelatihan ekonomi, usaha mikro, dan model bisnis inklusif yang menopang kemandirian perempuan, bukan menambah beban baru.
CU Jalan Melawan Rente dan Pinjol
Sutarmi, Ketua Credit Union (CU) yang selama bertahun-tahun mendampingi perempuan dan bersama-sama mencari solusi ekonomi, menuturkan bahwa CU dapat menjadi solusi aman di tengah maraknya pinjaman online dan praktik rente.
“Banyak perempuan terjerat pinjol karena kebutuhan mendesak dan kurangnya ruang aman untuk berdiskusi soal uang. CU hadir sebagai alternatif yang adil, transparan, dan saling mendukung,” jelas Sutarmi.
Ia memaparkan bagaimana CU Jaya Bersama bertransformasi dari hanya 10 anggota bertahan pada 2015 menjadi lebih dari 80 anggota pada 2025. Kelompok ini bukan hanya tempat simpan-pinjam, tetapi juga ruang belajar membedakan kebutuhan dan keinginan, serta wadah solidaritas perempuan yang mencegah kekerasan dalam rumah tangga akibat tekanan ekonomi.
Kekerasan Ekonomi: Ancaman Nyata di Era Digital
Founder Hello Sister Indonesia, Ressy Tri Mulyani, menyoroti sisi lain dari jeratan finansial: kekerasan ekonomi dan ancaman digital. Menurutnya, perempuan sering mengambil pinjaman secara diam-diam dan akhirnya menerima tekanan berlipat dari suami, rentenir, maupun debt collector berbasis teknologi.
“Fenomena ini bukan hanya masalah hutang, tapi soal kekerasan ekonomi. Perempuan yang tidak punya kuasa finansial lebih mudah dikontrol, diintimidasi, bahkan diperas,” ujar Ressy.
Ia menegaskan bahwa perempuan memiliki perlindungan hukum melalui UU Perlindungan Konsumen, UU ITE, UU Penghapusan KDRT, serta regulasi OJK terkait layanan pinjaman digital. Masyarakat didorong melapor jika mengalami ancaman, intimidasi, atau penagihan ilegal.
Baca Juga:
Kampanye #PerempuanAmanInThisEconomy
Acara diakhiri dengan peluncuran kampanye digital #PerempuanAmanInThisEconomy yang mengajak publik lebih kritis terhadap praktik pinjol ilegal, menguatkan solidaritas ekonomi perempuan, serta menciptakan ruang aman baik di rumah maupun ruang digital.
Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang diprakarsai simburcahaya.com ini diharapkan dapat memperluas kesadaran bahwa tekanan ekonomi tidak boleh menjadi celah terjadinya kekerasan terhadap perempuan.
"Perempuan harus berdaya secara ekonomi dan mendapatkan dukungan dari pasangan serta keluarga," kata Pemred simburcahaya.com, Nila Ertina FM.(Mg/Kgs Muhammad Haikal Muharam)