Senin, 22 April 2024 08:01 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Setelah libur lebaran, kini kelas pekerja mulai kembali menjalani aktivitas secara normal di kantor atau pabrik yang telah ditinggalkan sepekan lebih.
Bekerja keras kerap kali menjadi alasan pekerja untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun, upaya ini sering kali tidak sebanding dengan peningkatan kesejahteraan yang diharapkan. Mengapa demikian? Sebuah penelitian menyeluruh mengungkapkan beberapa wawasan kunci tentang permasalahan ini.
Sejak peluncuran bukunya, "The Anxious Achiever", Morra Aarons-Mele sang penulis telah menerima banyak umpan balik yang menggambarkan kesulitan yang dihadapi banyak orang dalam konteks tempat kerja.
Baca Juga:
Dari gangguan tidur hingga serangan panik, stres di tempat kerja memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan fisik dan mental karyawan.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa walaupun ada peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di tempat kerja, budaya organisasi sering kali belum sepenuhnya mendukung upaya ini.
Dikutip TrenAsia.com dari laman Harvard Business Review, ahli kesehatan mental Natasha Bowman mencatat bahwa walaupun ada peningkatan empati selama pandemi, upaya-upaya untuk memprioritaskan kesejahteraan seringkali kembali ke pola lama setelah situasi krisis mereda.
Baca Juga: Masalah Kesehatan Mental, Gen Z Lebih Sering Absen Kerja Dibanding Gen X
Berikut ini TrenAsia.com merangkum 4 strategi untuk meningkatkan kesehatan mental di tempat kerja:
1. Mulai dengan Kebutuhan Kerja Individu
Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi organisasi untuk mulai melihat ke dalam. Memahami bagaimana, mengapa, dan di mana kita bekerja adalah langkah awal yang penting dalam meningkatkan kesehatan mental di tempat kerja.
Pendekatan yang lebih spesifik, berfokus pada kebutuhan kerja individu dan dukungan yang diperlukan oleh karyawan, dapat menghasilkan perubahan yang lebih signifikan daripada kebijakan umum yang seringkali tidak realistis.
2. Jangan Andalkan Jasa Konsultan dan Pihak Luar
Newton Cheng, seorang mantan insinyur yang memimpin inisiatif kesehatan dan kinerja di Google, adalah contoh nyata dari pentingnya dukungan internal dalam mengubah budaya organisasi.
Dengan menjadi teladan yang terbuka tentang pengalamannya sendiri dan memimpin dengan contoh, Cheng berhasil menciptakan perubahan yang signifikan dalam memperjuangkan kesehatan mental di tempat kerja.
3. Dorong Percakapan Antar Generasi dan Gender
Selain itu, penting untuk memperhatikan perbedaan generasi dan gender dalam upaya meningkatkan kesehatan mental. Dengan meningkatkan literasi kesehatan mental di seluruh organisasi dan memastikan partisipasi penuh dari semua anggota tim, stigma dan bias dapat diatasi.
4. Bersabar
Yang terpenting, organisasi harus menyadari bahwa investasi dalam kesehatan mental adalah komitmen jangka panjang. Teknologi, meskipun berpotensi membantu, tidak akan menjadi solusi instan.
Baca Juga:
Pekerjaan ini melibatkan orang, dan upaya untuk menciptakan budaya yang mendukung kesejahteraan mental membutuhkan waktu dan kesabaran.
Dengan membangun hubungan yang kuat antara pemimpin dan karyawan, dan dengan mengadopsi pendekatan yang berpusat pada manusia, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental bagi semua anggota tim.
Dengan demikian, kesehatan mental dapat menjadi bagian integral dari budaya perusahaan yang sehat dan berkelanjutan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 22 Apr 2024