Minggu, 23 Juni 2024 09:18 WIB
Penulis:Nila Ertina
Lupus menjadi salah satu penyakit yang kini semakin dikenal masyarakat Indonesia, karena penyitasnya pun tampak mulai banyak yang bercerita.
Seperti diungkapkan, lupus merupakan penyakit autoimun yang dikenal dengan sebutan seribu wajah. Sebelum mengenall gejala dan cara pengobatannya. Yuk simak dulu apa itu penyakit lupus.
Lupus merupakan penyakit peradangan kronis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuhnya sendiri. Dikenal juga dengan sebutan Sistemik Lupus Eritematosus (SLE), penyakit ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti persendian, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru.
Laman kemenkes.go.id menjelaskan Lupus, merupakan penyakit peradangan kronik yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang salah mengidentifikasi sel dan jaringan tubuhnya sendiri sebagai benda asing. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya lupus antara lain:
Faktor Genetik: beberapa individu memiliki kecenderungan genetik untuk mengalami lupus. Jika ada riwayat keluarga dengan lupus, risiko seseorang untuk mengembangkan penyakit ini dapat meningkat.
Baca juga:
Faktor Lingkungan: infeksi virus atau bakteri, sinar matahari, obat-obatan tertentu, dan stres, dapat menjadi pemicu untuk perkembangan lupus pada individu yang memiliki kecenderungan genetik.
Gejala
Gejala lupus bisa bervariasi dari ringan hingga parah dan dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh. Beberapa gejala umum yang sering terjadi pada lupus meliputi:
Ruam kulit: ruam kulit khas lupus berbentuk seperti sayap kupu-kupu di pipi dan batang hidung, yang dikenal sebagai butterfly rash atau malar rash. Namun, tidak semua penderita lupus mengalami ruam ini.
Kelelahan Berat: Kelelahan yang berlebihan dan sulit diatasi merupakan gejala yang sering terjadi pada lupus, yang dapat memengaruhi kualitas hidup penderita.
Nyeri dan Pembengkakan Sendi: Penderita lupus sering mengalami nyeri dan pembengkakan pada sendi, terutama di tangan dan kaki. Gejala ini dapat membatasi gerakan dan membuat aktivitas sehari-hari menjadi sulit.
Gangguan pada Organ Tubuh Lainnya: Lupus juga dapat mempengaruhi organ lain, seperti ginjal, jantung, paru-paru, dan otak, menyebabkan gejala yang berbeda-beda tergantung pada organ yang terkena.
Menegakkan diagnosis Lupus memerlukan pendekatan yang teliti karena gejalanya yang beragam dan menyerupai kondisi lain. Beberapa langkah untuk mendiagnosis lupus meliputi:
Pemeriksaan Fisik: dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda dan gejala lupus pada kulit, sendi, dan organ tubuh lainnya.
Pemeriksaan Laboratorium: pemeriksaan darah dan urine dilakukan untuk menilai jumlah sel darah, fungsi organ, dan deteksi antibodi tertentu seperti Antinuclear Antibody (ANA) yang sering kali positif pada penderita lupus.
Biopsi Organ: dalam beberapa kasus, biopsi organ seperti ginjal atau kulit dilakukan untuk memastikan diagnosis dan menilai tingkat kerusakan organ.
Pengobatan
Pengobatan Lupus bertujuan untuk mengendalikan peradangan, meringankan gejala, dan mencegah kerusakan organ. Terapi pengobatan lupus dapat meliputi:
Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS): digunakan untuk mengurangi nyeri, pembengkakan, dan demam yang disebabkan oleh Lupus.
Obat Kortikosteroid: merupakan obat yang memiliki efek antiinflamasi yang lebih kuat. Dapat digunakan dalam bentuk pil, suntikan, atau krim untuk mengurangi peradangan pada organ tubuh yang terkena lupus.
Obat Imunosupresan: digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh yang berlebihan pada lupus. Obat ini membantu mengendalikan peradangan dan mencegah kerusakan organ.
Obat Antimalaria: beberapa obat yang digunakan untuk mengobati malaria juga efektif dalam mengontrol gejala lupus, terutama pada kulit dan sendi.
Pencegahan
Sampai saat ini, belum ada metode pencegahan yang pasti untuk Lupus. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya Lupus, terutama pada individu yang memiliki riwayat keluarga dengan Lupus:
Pemeriksaan Teratur: memeriksakan kesehatan rutin dan memantau kondisi tubuh secara berkala dapat membantu mendeteksi dini tanda-tanda Lupus.
Pola Hidup Sehat: menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, mengelola stres, dan menjaga kebersihan diri dapat membantu mempertahankan kesehatan tubuh dan mengurangi risiko terjadinya Lupus.
Penghindaran Pemicu: menghindari faktor pemicu yang dapat memicu gejala Lupus, seperti sinar matahari berlebihan, infeksi, dan obat-obatan tertentu juga dapat membantu mengurangi risiko serangan Lupus.
Komplikasi
Lupus yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang mempengaruhi organ tubuh. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada Lupus antara lain:
Kerusakan Organ: Lupus yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting seperti ginjal, jantung, paru-paru, dan otak.
Gangguan Kehamilan: perempuan dengan Lupus memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi saat hamil, seperti keguguran, pertumbuhan janin terhambat, dan preeklampsia.
Baca Juga:
Infeksi: sistem kekebalan tubuh yang terganggu pada Lupus dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri, virus, atau jamur.
Gangguan Kesehatan Mental: Lupus yang kronis dan gejalanya yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dapat menyebabkan stres, depresi, dan kecemasan.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis yang akurat, penanganan yang tepat, dan informasi lebih lanjut tentang penyebab, gejala, pengobatan, pencegahan, dan komplikasi lupus. Setiap kasus Lupus dapat bervariasi, dan pengelolaan kondisi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang.(*)