Cek Fakta
Senin, 27 November 2023 08:11 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA, WongKito.co - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menargetkan kegiatan cek fakta bisa menjadi bagian dari gerakan sosial yang lebih masif, dengan menumbuhkan akar rumput baru yang akan meneruskan gerakan tersebut.
"Tentunya, banyak tantangan yang menjawab kebutuhan publik terhadap ekosistem informasi yang bersih dari misinformasi dan disinformasi," Ketua Umum AMSI, Wahyu Dhyatmika, pada Talk Show "Pre-bunking dan Gerakan Kolaborasi Cek Fakta, akhir pekan lalu.
Ia menjelaskan namun penting sekali untuk mendorong cek fakta sebagai gerakan sosial yang masif.
"Kita belajar dari berbagai FGD, pelatihan, dan workshop yang telah dilakukan dalam 5 tahun terakhir. Salah satu yang penting untuk dibuat lebih relevan adalah bagaimana kita menggeser gerakan cek fakta, yang tadinya adalah sebuah inisiasi dari AJI, AMSI, dan Mafindo, menjadi sebuah gerakan sosial yang lebih masif lagi ke depannya," kata dia lagi.
Baca Juga:
Menurut dia, penyusunan rencana strategis (renstra) untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang telah disusun oleh ketiga inisiator gerakan cek fakta tersebut. Fokus utamanya ada pada menciptakan mekanisme pertahanan diri (self defense mechanism) dalam ekosistem informasi di Indonesia.
"Jadi awal tahun kemarin itu kita membahas roadmap-nya, kita mengira fase-fase untuk menuju ekosistem informasi yang punya self defense itu bagaimana," kata pria yang juga akrab disapa Bli Komang tersebut.
"Tentu idealnya kita baru bisa disebut berhasil ketika setiap pengguna internet sudah punya kemampuan untuk melakukan penyaringan informasi, itu yang kita sebut dengan self defense. Lalu, idealnya juga secara regulasi sudah ada aturan-aturan yang tegas dan mengatur bagaimana sanksinya jika mis/disinformasi beredar," ujarnya menjelaskan.
Pendidikan menjadi kunci sebagai tempat awal membentuk masyarakat yang kritis dan skeptis terhadap informasi.
Penyusunan modul ajar, penyediaan Learning Management System (LMS), hibah riset, pengadaan berbagai kelas pelatihan cek fakta hingga lomba konten pre-bunking, Focus Group Discussion (FGD), serta seminar nasional, dan berbagai kegiatan lainnya telah dilakukan.
"Dan untuk mencapai hal tersebut, memang dimulai dari pendidikan, dari sekolah. Itu yang sedang kita coba lakukan juga. Mereka nantinya akan lebih kritis dan skeptis dalam menerima informasi. Jadi, ini memang pekerjaan bersama-sama, dan bukan hanya soal cek fakta, tetapi soal literasi dan ekosistem informasi kita," ujar Wahyu.
Tidak hanya itu, Wahyu juga menyoroti pentingnya me-localize gerakan ini dengan membuat konten-konten cek fakta, seperti video pre-bunking, dalam bahasa lokal agar lebih relevan dan diterima oleh masyarakat.
"Ini yang kemarin sudah coba oleh kami dengan membuat video pre-bunking dengan bahasa lokal. Nah, hal-hal seperti itu harus diperbanyak agar kegiatan cek fakta menjadi budaya, kebiasaan, dan mindset di dalam masyarakat," katanya mengakhiri.(*)