Kisah Inspiraatif Juwita Slyvana: Mahasiswi Semester II dengan Segudang Aksi dan Prestasi

Minggu, 29 Juni 2025 10:30 WIB

Penulis:Nila Ertina

Juwita Slyvana
Juwita Slyvana (Foto Istimewa)

Oleh: Elsa Sabila*

MENJADI mahasiswi semester dua bukan alasan bagi Juwita Slyvana Agustin untuk sekadar diam dan mengikuti arus. Mahasiswi Program Studi Politik Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang ini membuktikan bahwa usia dan jenjang akademik tak membatasi langkah untuk berkarya, mengabdi, dan mencetak prestasi.  Masih berusia 17 tahun, Juwita sudah aktif dalam berbagai kegiatan skala lokal hingga nasional.

Ia memulai pendidikan formalnya di SD Negeri 59 Palembang, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 50 Palembang, dan menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 18 Palembang.

Saat mahasiswa lain mungkin masih mencari ritme perkuliahan, Juwita justru sudah sibuk menjalani berbagai kegiatan di dalam maupun luar kampus. Ia aktif di organisasi Generasi Anti Kekerasan Sumatera Selatan dan kini tengah fokus mempersiapkan program “Go to School Part 2”, yang akan segera diluncurkan dalam waktu dekat.

Baca Juga:

Program ini bukan sekadar ajang turun ke sekolah-sekolah, tapi juga sarana edukasi untuk mendorong kesadaran terhadap pentingnya menghentikan kekerasan sejak usia dini. Bagi Juwita, anak muda harus berani bicara tentang isu-isu penting seperti, kekerasan dan ketimpangan sosial.

Di luar kegiatan itu, Juwita juga terlibat dalam kerja sama dengan pemerintah daerah untuk pemberdayaan perempuan. Beberapa programnya masih dalam tahap awal karena sedang melalui proses audiensi bersama pihak-pihak terkait. Ia tidak hanya ingin aktif, tapi juga terlibat langsung dalam perubahan.

Isu Kekerasan hingga Lingkungan

Tak berhenti di sana, ia pun sedang mempersiapkan diri menjadi volunteer dalam Jambore Generasi Hijau yang akan berlangsung di Jakarta. Ia melihat kegiatan itu sebagai peluang untuk memperluas wawasan sekaligus berkontribusi pada isu lingkungan hidup.

Aktivitas ini bukan hal baru baginya. Sejak SD, Juwita sudah aktif mengikuti berbagai lomba dan kegiatan organisasi. Namun, ia mengakui ada masa sulit saat SMP, di mana semangatnya sempat meredup. “Sudah aktif semenjak SD, Cuma ada fase stuck di SMP karena berbagai hal,” ujarnya.

Kini, semangat itu telah menghasilkan deretan prestasi membanggakan. Ia pernah menjadi delegasi Sumatera Selatan dalam ajang Festival Pelajar Unggulan oleh Kemenpora. Tak hanya itu, namanya juga tercatat dalam Top 45 seleksi daerah untuk program pertukaran pemuda antarnegara.

Promokan Buku hingga ke Singapura

Selain itu, ia telah meraih beberapa kemenangan di bidang lomba esai dan video edukasi. Namun, salah satu capaian terbesarnya adalah meluncurkan buku berjudul Labirin: Perjalanan Hidup Tanpa Peta, yang merupakan refleksi dari pengalaman dan perjuangan hidupnya.

Tak puas hanya diluncurkan secara lokal, Juwita bahkan membawa bukunya ke Singapura untuk diperkenalkan pada komunitas buku dan beberapa petinggi negara. Ia berharap karyanya dapat menjangkau lebih banyak pembaca dan membawa inspirasi lintas batas.

Namun semua prestasi itu bukan tanpa tantangan. Salah satu yang paling berat menurutnya adalah soal waktu.

“Tantangan terbesarnya ya membagi waktu antara internal, waktu untuk sendiri, organisasi, dan kegiatan lainnya. Kadang juga jadi jarang kumpul sama teman,” ungkapnya.

Meski begitu, Juwita memiliki prinsip sederhana dalam menjalani kesibukannya. “Menurut aku, organisasi itu yang pertama, tapi kuliah tetap yang utama. Jadi dijalani dua-duanya karena sama-sama bikin happy,” katanya.

Sebagai perempuan muda, ia percaya bahwa perempuan punya ruang dan kesempatan yang sama untuk unggul.

“Perempuan itu bisa menyaingi pria. Kita punya hak dan kesempatan yang sama. Nggak ada alasan untuk membatasi diri hanya karena kita perempuan,” ujarnya penuh keyakinan.

Pandangan Juwita mendapat dukungan dari Ahmad Irgy Fahrezi, seorang mahasiswa sekaligus narasumber pendukung. Ia mengatakan, “Sebuah dukungan terhadap sesuatu yang positif tentu sangat penting. Terutama bagi perempuan aktif dan berprestasi yang punya peluang besar di masa depan. Itu bentuk investasi yang menguntungkan juga.”

Sementara itu, Nur Hasna Laili, mahasiswi yang juga aktif di kampus, memberi pandangan realistis tentang kehidupan mahasiswa aktif.

“Jadi mahasiswa aktif itu banyak plusnya, tapi ada minusnya juga. Terutama soal manajemen waktu dan keseimbangan antara akademik dan kegiatan,” jelasnya.

Baca Juga:

Juwita tak menampik bahwa ada pengorbanan yang harus dilakukan, terutama waktu untuk diri sendiri. Namun ia selalu kembali pada tujuan awal: mengasah diri dan memberi manfaat bagi sekitar. “Capek itu pasti, tapi ada kebahagiaan saat lihat dampaknya,” tuturnya.

Kini, ia masih terus memasarkan bukunya dan berharap bisa menjangkau lebih luas. Ia juga masih aktif berkompetisi dan menjalankan sejumlah kegiatan bersama komunitas serta pemerintah. Semua itu ia lakukan dengan satu semangat: menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.

Kepada teman-temannya, Juwita berpesan agar tidak takut mencoba. “Jangan takut untuk mencoba. Jangan khawatir dengan apa yang akan kamu capai. Tapi lihatlah proses yang sedang kamu jalanin itu,” katanya.

Perjalanan Juwita baru dimulai, tapi langkahnya sudah jauh. Ia adalah contoh nyata bahwa mahasiswa muda, khususnya perempuan, punya potensi besar untuk menciptakan perubahan. Dalam usia muda dan semester yang masih awal, ia telah menjadi suara, aksi, dan inspirasi.

*Mahasiswi Prodi Jurnalistik UIN Raden Fatah Palembang, Angkatan 2023