Sabtu, 11 Oktober 2025 12:04 WIB
Penulis:Redaksi Wongkito
Editor:Redaksi Wongkito
JAKARTA, WongKito.co - Komite Nobel di Stockholm resmi menganugerahkan Hadiah Nobel Sastra 2025 kepada László Krasznahorkai, novelis dan penulis skenario asal Hungaria yang dikenal karena karya-karyanya yang visioner, kompleks, dan melampaui batas konvensi sastra modern.
Dalam pernyataannya, Komite Nobel menyebut penghargaan diberikan atas “karya-karya yang menarik dan visioner, yang menegaskan kembali kekuatan seni di tengah kekacauan dunia.”
László Krasznahorkai lahir pada 5 Januari 1954 di kota Gyula, Hungaria tenggara, dekat perbatasan Rumania. Ia menempuh pendidikan di Eötvös Loránd University (ELTE), jurusan sastra Hungaria.
Putra seorang pengacara ini tumbuh di masa penuh gejolak sosial-politik Eropa Timur. Pengalaman itu membentuk pandangan gelap namun mendalam tentang manusia, kekuasaan, dan absurditas dunia modern, tema-tema yang kelak menjadi inti dari seluruh karyanya.
Krasznahorkai dikenal sebagai penulis postmodernis dengan kalimat yang sangat panjang, berliku, dan penuh intensitas filosofis. Kritikus sastra Amerika Susan Sontag pernah menjulukinya sebagai “sang master apokalips kontemporer”, sementara penulis W.G. Sebald memuji visinya yang “menyaingi Gogol dalam skala dan keuniversalan.”
Nama Krasznahorkai mulai dikenal dunia lewat novel debutnya, Satantango (1985), kisah tentang sekelompok warga miskin di perkebunan kolektif yang terbengkalai, yang kedatangan sosok karismatik misterius dianggap sebagai penyelamat.
Komite Nobel menilai Satantango sebagai “gambaran moralitas yang busuk dan kepura-puraan yang mengikat manusia dalam penderitaan.” Karya ini kemudian diadaptasi menjadi film berdurasi 8 jam oleh sineas Béla Tarr pada tahun 1994, dan menjadi film kultus di dunia sinema arthouse internasional.
Karya-Karya Besar dan Dunia Apokaliptik
Sepanjang kariernya, Krasznahorkai telah menulis sejumlah karya yang kini dianggap sebagai pilar sastra Eropa modern, di antaranya:
Kelima novel utama ini membentuk siklus sastra apokaliptik yang menggambarkan dunia menjelang kehancuran, tempat manusia berjuang mempertahankan makna dan spiritualitas di tengah kekosongan.
Selain menulis, Krasznahorkai dikenal lewat kolaborasi jangka panjangnya dengan sutradara Béla Tarr, yang mengadaptasi Satantango dan The Melancholy of Resistance (menjadi film Werckmeister Harmonies).
Gaya keduanya selaras, lambat, kontemplatif, dan penuh kesunyian eksistensial. Kolaborasi ini menjadikan nama Krasznahorkai tak hanya bersinar di dunia sastra, tapi juga di sinema dunia.
Perjalanan panjangnya ke Asia Timur, termasuk Mongolia, China, dan Jepang memberi pengaruh mendalam pada gaya dan tematik tulisannya. Ia memadukan kesunyian Timur dengan absurditas Barat, menciptakan visi sastra yang unik dan lintas budaya.
“Saya tidak menulis untuk memberi harapan, tetapi untuk menunjukkan apa yang terjadi ketika harapan hilang, dan seni menjadi satu-satunya cahaya.” ujarnya kala diwawancarai awak media, dikutip ABC News Jumat, 10 Oktober 2025.
Sebelum Nobel, Krasznahorkai telah meraih sejumlah penghargaan bergengsi, antara lain:
Dengan Nobel Sastra 2025, namanya kini sejajar dengan para penulis besar Eropa Tengah seperti Franz Kafka, Thomas Bernhard, dan Imre Kertész.
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com, jejaring media WongKito.co, pada 11 Oktober 2025.