BucuKito
Puluhan Jurnalis Muda Palembang, Belajar Isu Transisi Energi Berkeadilan
PALEMBANG, WongKito.co – Yayasan Mitra Hijau bersaama IKA Sosek Universitas Sriwijaya menyelenggarakan Green with Youth: Menerangi Sumatera Selatan dengan Isu Transisi Energi Berkeadilan, dengan melaksanakan pelatihan jurnalistik lingkungan bagi jurnalis muda dari berbagai Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) di Palembang.
Pemimpin Redaksi Wongkito.co, Nila Ertina, pemateri ketiga pada kegiatan tersebut, menegaskan bahwa transisi energi tidak hanya sebatas peralihan dari energi fosil menuju energi terbarukan.
"Isu ini sarat dengan kepentingan yang saling bertabrakan, mulai dari kebijakan negara, kepentingan ekonomi, hingga kondisi kelompok rentan yang terdampak langsung. Karena itu, jurnalis dituntut untuk mampu menelisik lebih jauh persoalan di balik proyek energi bersih yang kerap digadang-gadang sebagai solusi," katanya, Sabtu (4/10/2025).
Baca Juga:
- Cek 5 Aplikasi Investasi Terbaik untuk Pemula
- Kilang Pertamina Plaju Salurkan Bantuan Untuk Korban Kebakaran di Kelurahan Tiga Empat Ulu Palembang
- Meneropong Jejak Bisnis Alfamart di Luar Negeri
Menurut dia, sejauh ini mungkin kita tahunya PLTU itu berguna, batu bara itu berguna. Karena satu sumber kita, pemerintah menyatakan bahwa kita tidak bisa meninggalkan batu bara, kita tidak bisa meninggalkan PLTU yang berbahan batu bara.
"Tapi di sisi lain, sebagai jurnalis kita harus menghitung keuntungan ruginya terhadap aktivitas pengeksploitasi batubara sama operasional PLTU," jelas Nila.
Kegiatan yang berlangsung di Hotel Santika Radial Palembang, diikuti sebanyak 30 mahasiswa berlangsung sehari penuh. Selain Pemimpin Redaksi WongKito.co, Nila Ertina, sebelumnya Kabid Perekonomian dan Pendanaan, Hari Wibawa dan Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau, Dicky Edwin Hindarto terlebih dahulu memamparkan materi terkait.

Dalam kesempatan itu, Nila juga menggarisbawahi bahwa pilar utama dalam liputan transisi energi berkeadilan adalah kemampuan jurnalis mengidentifikasi masalah publik, keresahan masyarakat, dan kerentanan yang ada di lapangan. Tanpa kepekaan tersebut, liputan hanya akan berhenti pada permukaan dan gagal menangkap realitas sosial yang dialami kelompok terdampak.
“Identifikasi masalah publik, keresahan, kerentanan itu menjadi pilar utama ketika kita ingin melakukan lingkupan jurnalisme terkait dengan isu transisi energi berkeadilan,” terangnya.
Lebih lanjut, dia mendorong para peserta yang mayoritas berasal dari LPM agar tidak ragu mengambil peran dalam mengawal isu lingkungan. Ia menilai, meski masih berstatus mahasiswa, jurnalis muda memiliki posisi strategis untuk mulai memperluas sudut pandang dan keberanian dalam menyuarakan kepentingan publik.
"Ini menjadi poin awal kita sebagai jurnalis. Ya, kawan-kawan mungkin masih jurnalis muda karena masih di kampus, tapi paling tidak pikirannya sudah bisa lebih luas lagi, apalagi ketika bicara transisi energi," ujarnya.
Baca Juga:
- Ekonomi Semester II 2025 Diperkirakan Membaik, Ekonomi Sumsel Triwulan II Tumbuh 5,42 Persen
- Perjuangkan Bahasa Isyarat Sebagai Hak
- Cek 11 Rekomendasi Drama Korea Tayang Oktober 2025
Sementara Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau, Dicky Edwin Hindarto menyampaikan bahwa penulisan berita sebaiknya dibuat dari diri sendiri.
"Penggunaan AI hendaknya dibatasi, jangan sampai mengandalkan aplikasi, apalagi Ketika berkaitan dengan isu transisi energi berkeadilan," kata dia.
Dia menambahkan saat ini jangan sia-siakan kesempatan terlibat aktif dalam isu transisi energi berkeadilan.
Manfaatkan semau media, termasuk media sosial, tambah dia.(Mg/Jupio Dwi Prananda)