Petani
Rabu, 07 Juni 2023 22:16 WIB
Penulis:Nila Ertina
Editor:Nila Ertina
PALEMBANG, WongKito.co - Pulau Gelasa mungkin masih banyak yang belum tahu keberadaan pulau tersebut.
Pulau Gelasa berada di Selat Gaspar dan termasuk dalam teritori Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Peneliti terumbu karang dari Universitas Bangka Belitung (UBB) M. Rizza Muftiadi mengungkapkan Pulau Gelasa merupakan satu dari 950 pulau kecil di Bangka Tengah.
Luas pulau tersebut sekitar 220,83 hektare berada di antara Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta berhadapan langsung dengan Kawasan Laut China membuat Pulau Gelasa salah satu lokasi yang sangat strategis, kata dia saat menjadi narasumber pada seminar "Ekologi Kelautan dan Energi dalam Perspektif Komunikasi Politik dan Pemutaran Film Ekspedisi Pulau Gelasa, Rabu (7/6/2023).
Baca Juga:
Ia mengungkapkan Pulau Gelasa memiliki tiga ekosistem perairan yaitu mangrove, lamun dan terumbu karang.
Rizza menjelaskan selama menjalankan misi ekspedisi di Pulau Gelasa bersama tim dari kampus UBB dan jurnalis dari Mongabay berhasil menemukan satu titik mangrove dengan luas mencapai 2,5 hektare.
Lalu tiga spesies lamun yaitu cymodocea serrulata, enhalus accoroides dan halodule uninervis, ujar dia.
Selain itu, tim juga menemukan potensi terumbu karang seluas 125,27 haktare.
Terumbu karang tersebut diprediksi berusia purba meskipun tentunya perlu dilakukan penelitian secara mendalam dengan melibatak banyak peneliti untuk memastikan umur terumbu karang tersebut.
Tak hanya itu, tambah Rizza pihaknya juga menemukan sisa dan jejak penyu langka dan juga beragam jenis binatang laut lainnya.
Ada juga temuan dugong yang telah mati.
Sejumlah ekosistem langka lainnya adalah kima, napoleon dan nautilus.
Pantang Larang
Bagi nelayan di kawasan Bangka Tengah dan sekitarnya, Pulau Gelasa menjadi area utama tempat memancing yang paling menguntungkan.
Nelayan mendapatkan beragam ikan, gurita dan lobster yang jadi tumpuan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Seorang nelayan yang diwawancarai tim ekspedisi Pulau Gelasa mengungkapkan mereka telah melakukan berbagai cara untuk menjaga laut di kawasan tersebut.
Termasuk mematuhi larangan yang telah menjadi pantangan turun menurun.
Hal itu, merupakan salah satu kearifan lokal untuk menjaga laut dan pulau yang dianggap telah berjasa pada kehidupan manusia.
"Nelayan di sana sangat menjaga alam dan laut di sekitar agar tetap bisa mendapatkan hasil pancing yang banyak," kata dia lagi.
Seperti diketahui hampir setiap masyarakat adat atau penduduk lokal memiliki cara menjaga.
Nelayan rutin melakukan sedekah laut, dengan memastikan larangan merusak karang, dilarang menangkap dan membunuhpenyu juga, dugong dan lumba-lumba.
Termasuk ada pantang melaut selama tiga hari diwaktu-waktu tertentu, ujar Rizza.
Status
Seperti disampaikan di awal bahwa Pulau Gelasa memiliki potensi alam dan laut yang harus dijaga untuk kepentingan masyarakat nelayan dan tentunya juga dunia.
Karena ada mangrove, lamun dan terumbu karang yang diperkirakan merupakan terumbu karang purba.
Terumbu karang dan mangrove tentunya menjadi tempat berkembang biaknya hewan laut yang biasa ditangkap nelayan.
Berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Bangka Tengah tahun 2014, Pulau Gelasa merupakan kawasan konservasi.
Kemudian, tahun 2019 terbitlah Peraturan Daerah (Perda) Pulau Gelasa ditetapkan sebagai Kawasan Suaka Alam yaitu Cagar Alam dan Cagar Alam Laut dengan luas mencapai 50,83 hektare.
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Bangka Belitung tahun 2020 menetapkan Perairan Pulau Gelasa sebagai zona pariwisata, jalur migrasi mamalia dan zona pertambangan laut.
Perubahan status Pulau Gelasa terus terjadi, kata jurnalis Mongabay, Nopri Ismi.
Tentunya, yang sangat mengejutkan tahun 2021 pulau tersebut menjadi tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau Thorium.
Penetapan tersebut dipertegas pada hasil kajian ekologi tahun 2023, Pulau Gelasa resmi dinyatakan sebagai lokasi tapak pembangunan PLTT yang direncanakan akan dikomersilkan pada tahun 2026/2030.
"Kajian ekologis sudah selesai dilakukan," ujar Nopri.
Seminar yang diawali dengan menonton film ekspedisi Pulau Gelasa tersebut didukung FISIP UIN Raden Fatah, Mongabay dan Walhi Bangka Belitung.
Hadir juga sebagai pembicara Dosen UIN Raden Fatah Eko Bagus Sholihin.(Nila Ertina FM)