BMKG
Kamis, 14 Oktober 2021 07:19 WIB
Penulis:Nila Ertina
PALEMBANG, WongKito.co - Sejak beberapa pekan ini, cuaca di Kota Palembang cenderung ekstrem dengan suhu panas sehingga kadang di pagi hari pun merasakan gerah atau kepanasan.
"Cuaca sangat panas, bahkan sejak bangun tidur di pagi hari," kata Silvi warga Palembang, Kamis (14/10/2021).
Hal senada diungkapkan Rizaldi makin siang makin panas, pun begitu saat malam tiba masih terasa gerah.
Apalagi, sejak beberapa pekan ini Kota Palembang jarang diguyur hujan deras kalaupun hujan paling gerimis, ungkapnya.
Kepala Stasiun Klimatologi Palembang Wandayantolis menjelaskan berdasarkan siklus normal suhu udara saat ini memang ada puncaknya suhu udara tertinggi yang biasa terjadi pada sekitar September dan Oktober setiap tahunnya.
Faktor utama yang berperan pada siklus ini dikarenakan ada gerak semu matahari yang melintasi wilayah Sumatera Selatan pada periode tersebut, demikian melansir suarasumsel.
Puncak panas biasanya terjadi tepat setelah titik kulminasi terjadi atau justru setelah posisi matahari telah melewati titik kulminasinya.
"Seperti halnya pada suhu harian, suhu tertinggi justru mencapai setelah pukul 13.00 WIB. Bukan pada saat pukul 12.00 WIB di mana matahari tepat berada di atas kita. Ini berkaitan dengan neraca kesetimbangan panas antara radiasi gelombang pendek yang diterima dengan radiasi pantul dari permukaan bumi," kata Wandayantolis.
Dijelaskan Wandayantolis, dalam satu tahun, gerak semu matahari akan dua kali melintasi wilayah Indonesia termasuk Sumatera Selatan. Sebab, puncak suhu maksimum selain terjadi antara September dan Oktober juga terjadi pada sekitar April atau Mei.
Berkaitan suhu yang dirasa lebih menyengat sejak awal Oktober ini, lebih dipengaruhi oleh berkurangnya curah hujan dalam periode yang sama.
"Berdasarkan pantaun Stasiun Klimatologi Palembang, pada dasarian I Oktober curah hujan yang terjadi berlangsung di bawah normal atau lebih rendah dari biasanya,"ujarnya.
Faktor terjadinya anomali curah hujan ini menurut Wandayantolis, juga dikarenakan siklus Madden-Julian Oscillation (MJO) pada kuadran 5 yang biasanya menekan sistem konvektif di wilayah Sumatera dan adanya siklon tropis di utara yang menyedot uap air.(*)