Pasokan Gas 3 Kg ke Pangkalan Palembang Stabil

Kamis, 06 Februari 2025 07:56 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Salah satu pangkalan gas di Kota Palembang
Salah satu pangkalan gas di Kota Palembang (Foto WongKito.co/magang2/Angie Putri Permatasari)

PALEMBANG - Sempat heboh karena dikeluarkan kebijakan oleh menteri terkait larangan penjualan eceran LPG 3 kilogram atau gas melon sehingga antrean masyarakat mengular untuk mendapatkan gas, kini terpantau mulai mereda pascarespons Presiden Prabowi.

Salah satu pemilik pangkalan LPG 3 kg di Jl. Selamet Riady, Lorong Karang Baru, Arief Budiman, mengungkapkan bahwa pasokan gas di pangkalannya tetap stabil. 

"Di pangkalan saya itu tidak ada masalah, pendistribusian dari agen ke kami lancar-lancar saja. Memang sempat ada gonjang-ganjing ketika larangan jualan eceran tetapi setelah kebijakan diubah lagi, semuanya kembali normal," ujar Arief, Rabu (5/2/2025).

Baca Juga:

Arief juga menambahkan bahwa di wilayahnya terdapat sekitar empat hingga lima pangkalan gas, sehingga masyarakat tetap mudah mendapatkan LPG meskipun pengecer sempat dilarang. 

"Walaupun tidak kembali kepada pengecer, warga tetap bisa belanja dengan mudah karena pangkalan cukup banyak. Hanya saja, pangkalan memiliki jam operasional terbatas, berbeda dengan pengecer yang bisa buka 24 jam," katanya.

Mengenai efektivitas kebijakan dalam menyalurkan subsidi LPG tepat sasaran, Arief merasa bahwa keputusan memperbolehkan pengeceran kembali cukup membantu.

 "Alhamdulillah, sejak 3 Februari pengecer diperbolehkan lagi, jadi masyarakat bisa lebih fleksibel dalam mendapatkan gas," ungkapnya.

Sementara itu, mengenai antrean di pangkalan, Arief menjelaskan bahwa di wilayahnya tidak terjadi peningkatan signifikan setelah larangan pengeceran diterapkan. "Di sini padat penduduk, jadi pembelian selalu ramai, tetapi tidak sampai terjadi antrean panjang atau rebutan. Pasokan tetap stabil dan tidak ada kendala yang berarti," jelasnya.

Namun, Arief mengakui bahwa kondisi ini bisa berbeda di daerah yang jauh dari pusat kota, di mana akses ke pangkalan mungkin lebih sulit. "Kalau di wilayah pinggiran, mungkin agak susah mendapatkan gas karena jumlah pangkalan yang lebih sedikit," tambahnya.

Menurut dia harga LPG 3 kg di pangkalannya masih sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Pertamina, yaitu sekitar Rp18.900. "Terkadang ada yang menjual Rp19.000 - Rp20.000 karena pembulatan harga, tetapi rata-rata di sini stabil di Rp18.500. Sedangkan di pengecer atau warung, harganya bisa mencapai Rp20.000 - Rp21.000," paparnya.

Aya (45), seorang pedagang pisang goreng yang bergantung pada LPG 3 kg untuk usahanya, mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan gas karena dekat dengan pangkalan. "Alhamdulillah, saya tidak kesusahan karena pangkalan dekat rumah. Memang di warung lebih mahal, tetapi saya tetap lebih memilih membeli di pangkalan," ujarnya.

Baca Juga:

Namun, Aya mengeluhkan kenaikan harga LPG di tingkat pengecer. "Di pangkalan, saya beli Rp22.000, sedangkan di warung bisa sampai Rp25.000. Ini karena ada perbedaan harga dari tangan ke tangan. Saya kurang setuju dengan kebijakan yang menghapus pengecer karena banyak yang pasti kesulitan mendapatkan gas langsung dari pangkalan," katanya.

Aya berharap ada solusi yang lebih adil bagi masyarakat. "Sebaiknya pengecer yang sudah ada diresmikan sebagai pangkalan agar harga tetap stabil dan masyarakat tidak kesulitan mencari gas," harapnya.(Magang2/Angie)