BucuKito
Nikmati Lanskap Alam dari Bukit Basah, Saksikan Samudra Awan dan City Light Kota Curup
Oleh : Fitri Novitasari*
KALAU kamu suka suasana malam yang sunyi, secangkir kopi hangat, dan gemerlap lampu kota dari ketinggian, maka Bukit Basah bisa jadi destinasi yang wajib kamu datangi.
Pagi harinya, pemandangan samudra awan menyelimuti lembah Curup. Sementara malamnya, city light kota Curup dan Kepahiang bersinar terang seolah jadi latar romantis di balik tenda dan obrolan hangat.
Terletak di Desa Dusun Sawah, Kecamatan Curup Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, Bukit Basah bukan hanya soal panorama. Di balik pesonanya, ada kisah perjuangan anak-anak muda desa yang bekerja keras membangun wisata dari nol.
Semua bermula dari obrolan santai usai perayaan 17 Agustus 2024. Sekelompok pemuda desa berkumpul, lalu tercetus ide untuk membuka lahan perkemahan di atas bukit yang biasa dilintasi petani menuju kebun.
“Awalnya cuma ide kecil saat ngobrol bareng setelah acara 17-an. Tapi kami punya semangat dan ingin bukit ini jadi tempat wisata alam,” tutur Ahmad Rozikin, pembina Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bukit Basah, dibincangi belum lama ini.
Baca Juga:
- Hoaks: Presiden Prabowo Resmikan Perpanjangan SIM Sekali Seumur Hidup
- Begini Resep Bakcang Ayam yang Enak
- Program Senyum, Bantu Kursi Roda dan Tongkat Untuk Warga Disabilitas
Ia bercerita, tanpa investor atau dana besar, para pemuda mulai membersihkan jalur pendakian, membuka lahan, dan membangun pos secara swadaya. Gotong royong menjadi modal utama mereka saat itu.

Seiring waktu ia mengungkapkan pemerintah desa juga ikut terlibat dengan memberikan dukungan logistik. “Pak Kades sering bantu konsumsi untuk kami saat kerja bakti. Beliau juga beberapa kali ikut langsung turun ke lapangan,” ungkapnya.
Berjalannya waktu, mulai menambah fasilitas di area perkemahan, seperti spot foto, pos registrasi, dan membuka lahan camping yang baru di puncak bukit yang berada di ketinggian 1.192 mdpl.
Menurut Nanda Kapsah, Ketua Pokdarwis Bukit Basah, wisata ini sebenarnya sudah mulai dikenalkan sejak tahun 2020. Namun sempat vakum tiga tahun karena kurangnya dukungan dan pengelolaan.
“Di akhir 2024 kami mulai lagi dari awal, buka jalur baru, buka lahan camping baru. Dan alhamdulillah, sejak Januari 2025, pengunjung mulai ramai lagi bahkan sampai dari luar provinsi,” kata Nanda Kapsah.
Daya tarik utama Bukit Basah terletak pada keindahan lanskapnya. Di pagi hari, wisatawan bisa menyaksikan samudra awan yang menyelimuti lembah. Saat malam tiba, city light kota Curup dan Kepahiang tampak memesona dari kejauhan.
“Pemandangan city light dari atas bukit itu luar biasa. Seperti ngelihat kota dari atas langit. Waktu paling indahnya itu habis Magrib sampai malam,” jelas Nanda Kapsah, yang juga aktif dalam kegiatan bersih-bersih lokasi setiap pekan.
Cocok untuk Pendaki Pemula
Jalur pendakian Bukit Basah cukup menantang, tapi cocok bagi pemula. Trekking dari titik awal menuju area camping hanya memakan waktu sekitar 2 hingga 3 jam, tergantung kecepatan masing-masing.
Sedangkan Biaya registrasi trekking pun sangat terjangkau, hanya Rp10.000 per orang. Jika membawa kendaraan roda dua, tersedia lahan parkir dengan tarif Rp8.000 per motor.
Untuk menuju Bukit Basah dari Palembang, bisa naik kereta api dari Stasiun Kertapati menuju Stasiun Lubuk Linggau. Tarifnya hanya Rp32.000 dengan waktu tempuh sekitar 6 jam. Kereta berangkat pukul 09.00 WIB dan tiba pukul 15.25 WIB. Dari Lubuk Linggau, perjalanan dilanjutkan menggunakan jasa travel ke Desa Dusun Sawah dengan tarif sekitar Rp55.000 per orang dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam.
Seorang pengunjung, Kentia Novela Partika, wisatawan asal Kaur, mengaku terkesan dengan suasana malam Bukit Basah. “Kami duduk bareng di depan tenda, sambil lihat city light. Lampu kota Curup dan Kepahiang kelihatan indah banget, romantis tapi tenang,” ceritanya.

Kentia Novela Partika menambahkan, selain pemandangan, keramahan warga juga jadi pengalaman unik. “Di jalur pendakian kami sering disapa warga. Mereka ramah banget, dan itu belum pernah saya temui di tempat lain,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Muhammad Despriadi, pengunjung asal Palembang. Ia menyebut suasana malam hari di Bukit Basah adalah bagian paling berkesan selama kunjungannya.
“Waktu duduk di depan tenda, lihat city light dari ketinggian itu rasanya seperti ngelihat Curup dari langit. Syahdu banget. Ditambah suasananya tenang dan udara dingin, cocok buat yang cari healing,” ujar Muhammad Despriadi.
Menurutnya, jalur pendakian Bukit Basah cukup menantang, tapi cocok bagi pemula. Ia bahkan menyarankan tempat ini sebagai lokasi pertama bagi siapa pun yang ingin mencoba mendaki sambil camping.
Selain berkemah, pengunjung juga bisa menikmati momen sunrise dan mengambil foto dari spot-spot alami yang telah disediakan oleh pengelola. Tiap akhir pekan, tempat ini selalu ramai.
Baca Juga:
- Kisah Inspiraatif Juwita Slyvana: Mahasiswi Semester II dengan Segudang Aksi dan Prestasi
- Gedung Kesenian Palembang Jadi Posko Damkar, Ini Komentar Dinas Kebudayaan
- Pengisi Kekosongan Referensi Sejarah Palembang
Para pemuda Pokdarwis pun menjaga kelestarian alam dengan jadwal gotong royong rutin setiap Senin dan Selasa. Mereka membersihkan pos, jalur pendakian, hingga area camping.
Ahmad Rozikin berharap, ke depannya Bukit Basah bisa berkembang lebih besar dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. “Kalau ramai terus, warung-warung warga di sekitar kaki bukit bisa ikut hidup. Ekonomi desa bisa tumbuh,” katanya.
Bukit Basah kini bukan sekadar tempat wisata. Ia adalah simbol semangat kolektif, kerja keras, dan bukti bahwa desa bisa bangkit dari ide-ide sederhana jika digerakkan oleh cinta terhadap tanah sendiri.
Kalau kamu mencari tempat untuk melarikan diri dari padatnya jadwal harian, menghirup udara pegunungan, dan melihat dunia dari sudut yang lebih tenang, maka Bukit Basah bisa jadi pilihan yang layak kamu datangi.
Karena destinasi terbaik bukan selalu tentang kemewahan. Kadang, ia justru ada di tempat sederhana yang dibangun dengan hati.
*Mahasiswi Prodi Jurnalistik, UIN Raden Fatah Palembang, Angkatan 2023.