Pembunuhan Jurnalis oleh Israel Dikecam, Upaya Pembungkaman Kebenaran

Selasa, 12 Agustus 2025 20:45 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

IMG-20250812-WA0014.jpg
Jurnalis Al Jazeera, Anas Al-Syarif ketika melaporkan kondisi Gaza sebelum akhirnya dibunuh oleh Israel. (ist)

JAKARTA, WongKito.co – Sejumlah organisasi pers di Indonesia mengecam dan mengutuk pembunuhan jurnalis di Gaza oleh Israel karena dinilai sebagai upaya pembungkaman kebenaran dan fakta. Terbaru, pembunuhan dua jurnalis Al Jazeera, Anas Al-Sharif dan Mohammed Quraiqa, yang tewas saat meliput di depan Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza, 10 Agustus 2025 lalu. 

Greenpress Indonesia angkat suara lantang mengecam pembunuhan dua jurnalis Al Jazeera tersebut. Tak hanya mereka, dua juru kamera—Ibrahim Zaher dan Moamen Aliwa—serta seorang asisten, Mohammed Noufal, juga ikut meregang nyawa. Total korban mencapai tujuh orang dalam serangan yang disebut Greenpress sebagai ‘pembunuhan terhadap kebenaran’.

“Ini sudah genosida dan krisis kemanusiaan, bukan perang biasa lagi. Menargetkan wartawan yang mempertaruhkan nyawa untuk mengungkap realitas di Gaza adalah kejahatan perang,” tegas Igg Maha Adi, Direktur Eksekutif Greenpress Indonesia, Selasa (12/8/2025).

Anas Al-Sharif dikenal sebagai salah satu jurnalis paling berani di Gaza. Liputannya kerap datang langsung dari garis depan di tengah gempuran bom. Pesan terakhirnya sebelum tewas berhasil dikutip Greenpress Indonesia dan dinilai bikin merinding:

“Saya tidak pernah ragu mengatakan kebenaran apa adanya Jika Anda membaca ini, berarti Israel telah berhasil membunuh saya dan membungkam suara saya.”

Sekretaris Jenderal Greenpress Indonesia, Marwan Aziz menegaskan, pihaknya mendesak dunia internasional untuk tidak tinggal diam.

“Kami menyerukan kepada pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat sipil di seluruh dunia untuk bersatu—tidak hanya melindungi jurnalis tetapi juga menghentikan blokade ilegal Israel atas Gaza,” ujarnya.

Greenpress menegaskan, blokade total yang dilakukan Israel telah memutus pasokan makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Akibatnya, jutaan warga—termasuk anak-anak—terjebak dalam kelaparan massal dan bencana kemanusiaan yang disebut sebagai “buatan manusia”.

“Blokade ini adalah bentuk hukuman kolektif yang melanggar hukum internasional. Dunia tidak boleh membiarkan rakyat Gaza mati perlahan karena kelaparan dan kekurangan obat,” kata Marwan.

Greenpress menilai serangan terhadap tim Al Jazeera ini bukan insiden tunggal, melainkan bagian dari pola sistematis penargetan jurnalis di Gaza. Sejak perang pecah, lebih dari 180 jurnalis telah tewas—menjadikan konflik ini salah satu yang paling mematikan bagi insan pers dalam sejarah modern.

“Ini adalah serangan langsung terhadap kebebasan pers, hak asasi manusia, dan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Membungkam suara kebenaran tidak akan bisa menutupi penderitaan rakyat Gaza,” ujar Igg Maha Adi.

AJI Ikut Bersolidaritas

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia juga mengutuk keras pembunuhan lebih dari 170 jurnalis oleh tentara Israel. Serangan terbaru ke pekerja media di Jalur Gaza--termasuk serangan mematikan di dekat Rumah Sakit al-Shifa, Gaza, dinilai menambah panjang daftar kekerasan sistematis yang menargetkan jurnalis yang bertugas di zona konflik.

“Serangan ini merupakan bagian dari upaya membungkam fakta, menekan kebenaran dan, suara independen yang melaporkan kekejaman serta krisis kemanusiaan di Gaza, di tengah blokade dan penindasan yang berlangsung lebih dari 21 bulan,” ungkap Ketua Umum AJI, Nany Afrida dalam siaran pers, Selasa (12/08/2025).

Dia menegaskan, kebijakan blokade media oleh Israel yang menutup-nutupi kejahatan di wilayah ini harus segera dihentikan. 

“Solidaritas kami bagi seluruh jurnalis yang berani menegakkan hak publik atas informasi akurat dan independen. Kami juga menyerukan perlindungan penuh bagi jurnalis Palestina tanpa pengecualian,"

"Kami menuntut Dewan Keamanan PBB untuk menghukum Israel, sebab pembantaian jurnalis merupakan bagian dari genosida dan penghilangan kebenaran. Ikut bersolidaritas." (*)