Jumat, 22 Agustus 2025 11:23 WIB
Penulis:Redaksi Wongkito
Editor:Redaksi Wongkito
JAKARTA, WongKito.co — Layanan kereta api dalam beberapa tahun terakhir dinilai makin nyaman. Mulai dari ketepatan jadwal, keamanan, hingga pengalaman penumpang yang lebih baik. Wacana penambahan gerbong khusus merokok justru dinilai bisa merusak citra positif tersebut.
Pengamat transportasi yang juga Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai, kereta sudah terlanjur membangun citra sebagai moda transportasi bersih, aman, dan berbudaya jujur.
“Selama ini orang merasa nyaman naik kereta karena bebas dari asap rokok. Jangan sampai fasilitas tambahan justru mengganggu kenyamanan dan merusak citra yang sudah baik,” kata Djoko, Kamis (21/08/2025).
Djoko menekankan, kereta api kini bukan hanya alat transportasi, tetapi juga ruang publik yang membentuk karakter masyarakat. Ia mencontohkan, kasus penumpang yang kehilangan barang hampir selalu berakhir dengan pengembalian. “Itu terjadi karena sistem sudah dibangun dengan baik, sehingga melahirkan budaya jujur,” ujarnya.
Menurutnya, menghadirkan kembali ruang untuk rokok di dalam layanan kereta justru akan mencederai nilai tersebut. Citra positif kereta akan turun kalau ada gerbong rokok. Masyarakat dinilai akan kapok naik transportasi umum yang dikelola PT KAI Indonesia ini.
Sekadar informasi, sebelumnya anggota Komisi VI DPR RI, Nasim Khan, mengusulkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyediakan kembali gerbong khusus bagi perokok pada layanan kereta jarak jauh.
Menurutnya, keberadaan gerbong khusus merokok itu bukan hanya memberi kenyamanan, tetapi juga berpotensi menambah pemasukan bagi KAI. Usulan tersebut disampaikan Nasim dalam rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 20 Agustus 2025.
Ia mengatakan, gerbong serupa pernah ada, tapi kemudian dihapuskan. “Ini ada masukan juga, gerbong yang selama ini ada, tapi setelah itu dihilangkan, sisakan satu gerbong untuk cafe, untuk ngopi, paling tidak di situ untuk smoking area, Pak,” ujar Nasim, Kamis (21/08/2025).
PR Perkeretaapian Lebih Mendesak
Di sisi lain, Djoko mengingatkan masih banyak pekerjaan rumah (PR) besar dalam perkeretaapian Indonesia yang lebih mendesak untuk dibenahi ketimbang menambah gerbong rokok.
Pertama, perlintasan sebidang yang hingga kini masih menjadi sumber kecelakaan lalu lintas. “Itu harus segera diperbaiki. Jangan sampai pembangunan kereta maju, tapi perlintasan sebidang masih jadi masalah klasik,” kata Djoko.
Kedua, elektrifikasi jaringan kereta di kota-kota besar. Djoko mendorong agar elektrifikasi tidak hanya berhenti di Jakarta, tapi juga dipercepat di Bandung Raya, Solo Raya, Surabaya Raya, Medan Raya, dan jalur antar-kota. “Kalau mau benar-benar ramah lingkungan, semua kereta harus segera beralih ke listrik,” ujarnya.
Generasi Muda Butuh Transportasi Hijau
Generasi muda, khususnya Gen Z dan Milenial yang kini mendominasi pengguna KRL maupun kereta jarak jauh, punya preferensi terhadap transportasi yang sehat dan nyaman. Adanya gerbong rokok berpotensi mengurangi daya tarik kereta sebagai pilihan utama mobilitas mereka.
Djoko menambahkan, citra transportasi publik bersih dan aman sangat penting untuk mendorong pergeseran masyarakat dari kendaraan pribadi ke moda massal. “Kalau trust masyarakat terganggu, upaya membangun transportasi massal yang berkelanjutan akan sulit tercapai,” pungkasnya.
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Debrinata Rizky pada 21 Agustus 2025.