Rabu, 14 September 2022 08:40 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - International Labour Organization (ILO) melaporkan 50 juta lebih orang di seluruh dunia mengalami korban kerja paksa. Angka tersebut tumbuh sebanyak 25% dari prediksi sebelumnya pada 2016.
"Banyak faktor yang meningkatkan angka tersebut seperti ketidakpastian ekonomi, ancaman, penipuan hingga penyalahgunaan kekuasaan," tulis ILO dalam laporan PBB pada Selasa, 13 September 2022.
Situasi tersebut diperparah dengan adanya pandemi COVID-19, konflik bersenjata hingga krisis iklim yang membuat banyak orang jatuh dalam kemiskinan ekstrem.
Baca Juga:
Guy Ryder, Direktur Jenderal ILO mengatakan bahwa orang yang masuk dalam perbudakan modern meningkat berkali lipat dari awalnya 9,3 juta pada 2016 lalu.
Lebih lanjut, ILO mengungkapkan bahwa orang yang masuk kerja paksa dominan terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas atau berpenghasilan tinggi.
Di dalam laporannya, ILO juga menuliskan bahwa pekerja migran tiga kali lebih berpotensi mengalami kerja paksa daripada penduduk setempat.
Pada laporan lainnya, ILO menyebut bahwa Qatar menghadapi tuduhan pelanggaran hak-hak buruh terkait pekerja migran menjelang perhelatan Piala Dunia 2022.
Namun, kondisi tersebut membaik setelah ILO membuka kantor baru di Qatar pada April 2018.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Feby Dwi Andrian pada 14 Sep 2022