Review Film Lilo & Stitch yang Sudah Tayang di Bioskop Palembang

Sabtu, 24 Mei 2025 14:30 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

FILM
Cuplikan adegan film Lilo & Stitch (IMDB)

PALEMBANG, WongKito.co – Disney Pictures menghadirkan kembali nostalgia masa kecil bagi para penggemar Lilo & Stitch melalui versi live action-nya. Film ini resmi tayang di seluruh bioskop Indonesia, termasuk di Palembang sejak 21 Mei 2025.

Lilo & Stitch (2025) berhasil mengadaptasi film animasinya dengan baik. Cerita dan pemilihan pemeran sesuai dengan harapan dan tidak melenceng dari versi animasinya. Akting para pemain juga memuaskan, dengan penampilan yang sesuai dengan karakter dalam animasi aslinya.

Maia Kealoha, aktris muda yang memerankan Lilo Pelekai, berhasil menggambarkan karakternya dengan sifat yang lincah, enerjik, dan kreatif. Ia bersama Sydney Elizabeth Agudong memperlihatkan dinamika hubungan kakak beradik yang biasa—sering bertengkar tapi tetap saling menyayangi.

Baca Juga:

Chris Sanders, pengisi suara Stitch pada versi animasi, kembali menghidupkan karakter alien ikonik tersebut dalam versi live-action ini.

Dari segi visual, film ini layak mendapatkan apresiasi. Karakter animasinya—terutama Stitch—ditampilkan dengan sangat mengesankan. Desainnya tampak hidup, detail, dan penuh ekspresi, sehingga Stitch terlihat realistis namun tetap menggemaskan seperti versi kartunnya.

Selain itu, penggunaan pengisi suara asli Stitch dari versi animasi menjadi nilai tambah yang kuat dalam menghadirkan kembali nostalgia bagi para penonton.

Teknologi CGI menjadi salah satu kekuatan utama dalam mendukung kualitas visual film Lilo & Stitch. Karakter makhluk luar angkasa seperti ilmuwan Jumba Jookiba dan agen galaksi Pleakley ditampilkan dengan visual yang hidup dan ekspresif.

Bahkan Stitch, sebagai tokoh utama alien, tampil sangat realistis dan menarik dengan tekstur, gerakan, serta ekspresi wajah yang meyakinkan. CGI yang digunakan tidak hanya memperkuat tampilan visual, tetapi juga berhasil mempertahankan keunikan setiap karakter sebagaimana dalam versi animasinya.

Sayangnya, perhatian yang terlalu besar pada karakter Stitch justru sedikit mengalihkan fokus dari Lilo, yang seharusnya menjadi pasangan emosional utama dalam cerita. Chemistry antara para pemain versi live action terasa kurang kuat, sehingga ikatan keluarga dan hubungan antar karakter tidak begitu mengena di hati penonton.

Meski mengadopsi film animasi, ada beberapa adegan dan pemeran yang mengalami perubahan. Beberapa momen ikonik dari versi animasi tahun 2002 tidak hadir secara persis dalam versi terbaru ini.

Beberapa adegan dihapus, disesuaikan, atau diganti dengan adegan baru yang dirancang untuk memberikan nuansa segar sekaligus relevan dengan penonton masa kini.

Selain itu, ada perubahan dalam pemain untuk beberapa karakter pendukung. Meski berbeda dari versi animasi, para pemeran baru ini berhasil menyampaikan esensi peran mereka dengan baik.

Meski terdapat sejumlah perubahan, inti cerita tetap terjaga sehingga tidak mengurangi kedalaman makna dan pesan emosional kisah Lilo & Stitch.

Alur mungkin sedikit berbeda, namun tidak merusak atau mengubah cerita asli. Tema tentang persahabatan, kesepian, dan arti sejati keluarga tetap menjadi fokus utama film ini.

Film garapan Dean Fleischer Camp ini sangat setia pada karya asli Christopher Sanders dan Dean DeBlois tahun 2002, tetapi nada dan semangatnya terasa salah—seolah para pembuat film menyadari kesalahan mereka dalam mencoba remake ini dan berusaha menutupinya.

Akibatnya, yang dulunya adalah film santai, nyentrik, dan penuh pesona kini berubah menjadi komedi sci-fi yang tergesa-gesa, memaksa, dan seringkali kurang lucu. Mungkin bisa menghibur anak-anak dengan cerita yang super enerjik dan berfokus pada keluarga, tapi sebagian besar keajaiban aslinya sudah hilang.

Fleischer Camp mengurangi jumlah lagu Elvis dan lebih menonjolkan musik khas Hawaii, sehingga terasa lebih melekat pada budaya Hawaii.

Namun, momen-momen emosional dan penjelasan penting terasa kurang jelas dalam penyuntingan, dan perilaku buruk Lilo pun dibuat lebih ringan; dia tidak lagi menggigit kakaknya, melainkan hanya menjilat lengannya.

Alasan di balik perubahan ini kurang jelas, apakah karena perhatian terhadap aktor cilik atau tuntutan karakter utama yang menggunakan efek visual (VFX). Meskipun durasi film bertambah sekitar 20 menit, tambahan waktu tersebut kurang mampu menghadirkan tawa atau momen emosional yang kuat seperti yang diharapkan.

Film ini bukanlah buruk, karena sangat mirip dengan versi 2002 yang merupakan salah satu karya terbaik Disney sepanjang masa.

Baca Juga:

Meski begitu, secara keseluruhan, Lilo & Stitch (Live Action) menyajikan tontonan yang memanjakan mata, terutama berkat visual Stitch yang luar biasa. Namun, dari segi cerita dan kedalaman emosi, adaptasi ini belum sepenuhnya mampu menandingi versi animasinya.

Film ini tetap menyenangkan untuk ditonton, khususnya bagi para penggemar nostalgia, namun mungkin kurang memuaskan bagi penonton yang mengharapkan ikatan emosional yang lebih kuat.

Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Distika Safara Setianda pada 22 Mei 2025.