Ekonomi dan UMKM
Saham BBCA Diperkirakan Bisa Capai Rp11.300 Persaham
JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank swasta terbesar di Indonesia, kembali menjadi pusat perhatian pelaku pasar saham.
Hal ini tidak lepas dari kenaikan target harga saham oleh Goldman Sachs yang didukung oleh kinerja keuangan BBCA yang solid selama empat bulan pertama tahun 2025. Namun, meski kinerja keseluruhan positif, terdapat beberapa catatan penting terkait biaya kredit dan pertumbuhan kredit yang perlu diwaspadai.
Dikutip dari data Bloomberg, Goldman Sachs resmi menaikkan target harga saham BBCA menjadi Rp11.300 per saham, meningkat signifikan dari proyeksi sebelumnya yang sebesar Rp10.100 pada awal Maret 2025. Rekomendasi tetap berada pada level “buy,” menegaskan optimisme terhadap prospek jangka panjang BBCA.
Data Bloomberg menunjukkan konsensus analis juga sejalan dengan sentimen positif ini. Sebanyak 91,7% analis memberikan rekomendasi beli, sementara 8,3% merekomendasikan untuk mempertahankan kepemilikan saham. Tidak ada analis yang menyarankan jual saham BBCA, dengan target harga konsensus 12 bulan ke depan berada di kisaran Rp11.172 per saham.
Baca juga:
- Begini Cara Buat Kue Lapis Kukus yang Enak
- Wujud Nyata Komitmen Terhadap Lingkungan, Portofolio Sustainable Finance BRI Capai Rp796 Triliun
- Hoaks: Video Pasukan Garuda Indonesia Tiba di Palestina
Laba Bersih BBCA Tumbuh 17% yoy di Periode Januari–April 2025
Menurut laporan riset Stockbit Sekuritas, BBCA berhasil mencatatkan laba bersih (bank only) sebesar Rp20,2 triliun untuk periode Januari hingga April 2025, meningkat 17% dibandingkan periode sama tahun lalu. Jika tidak memasukkan dividen dari anak usaha, pertumbuhan laba bersih masih positif sebesar 9,6% yoy, melebihi estimasi konsensus yang berada di angka 6,3%.
Meski begitu, pada bulan April 2025 laba bersih bank only menurun 8,2% dibandingkan April 2024 dan turun tajam 33% dibandingkan Maret 2025. Penurunan laba bulanan ini menjadi salah satu faktor yang membuat kinerja BBCA pada empat bulan pertama tahun ini terbilang mixed.
Kontribusi Dividen Anak Usaha dan Pertumbuhan Non-Interest Income
Salah satu pendorong utama pertumbuhan laba BBCA adalah penerimaan dividen dari anak usaha yang mencapai Rp2,2 triliun pada Maret 2025. Hal ini meningkatkan pendapatan non-bunga sebesar 26% yoy. Namun jika dividen tersebut dieliminasi dalam laporan konsolidasi, pertumbuhan Non-Interest Income menurun menjadi 9% yoy.
Pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) BBCA juga menunjukkan peningkatan 6,6% yoy menjadi Rp26,3 triliun, seiring kenaikan Net Interest Margin (NIM) menjadi 5,7% dari 5,6% pada tahun sebelumnya. Kinerja ini didukung oleh rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang naik ke 82,9%, menandakan efisiensi dana yang terjaga dengan baik.
Pertumbuhan Kredit Melambat, LDR Tetap Sehat
Pertumbuhan kredit BBCA selama empat bulan pertama 2025 tercatat sebesar 12,8% yoy, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar 16,5%. Angka ini mendekati target manajemen untuk pertumbuhan kredit konsolidasi tahun 2025 yang diperkirakan berada di kisaran 6-8%.
Loan to Deposit Ratio (LDR) bank only BBCA tercatat naik menjadi 80,4%, dari 78,1% pada Maret 2025. Kenaikan LDR ini terutama disebabkan oleh penurunan deposito berjangka, namun masih dalam level yang sehat dan lebih rendah dibandingkan bank besar lainnya.
Cost of Credit (CoC) Masih Menjadi Perhatian
Meski secara umum kinerja keuangan BBCA cukup solid, ada satu perhatian utama yaitu tingkat Cost of Credit (CoC) yang masih di atas target manajemen. Pada April 2025, CoC tercatat sebesar 0,59%, naik signifikan dari 0,29% pada Maret 2025. Meskipun lebih rendah dibandingkan 0,94% pada April 2024, angka ini masih belum memenuhi panduan 2025 yang menargetkan CoC sekitar 0,3%.
Secara kumulatif, CoC selama 4M25 sebesar 0,42%, menurun dari 0,53% pada periode yang sama tahun lalu. Namun, peningkatan CoC pada bulan terakhir menjadi sinyal bahwa efisiensi biaya kredit masih perlu diperbaiki.
Pergerakan Saham BBCA dan Sentimen Pasar
Pada perdagangan Senin, 19 Mei 2025, saham BBCA sempat melemah di level Rp9.250, namun kemudian berhasil rebound hingga mencapai Rp9.400. Hingga akhir sesi pagi, saham BBCA naik 1,08% ke posisi Rp9.375 per saham dari harga pembukaan.
Sentimen positif dari kinerja fundamental yang kuat, stabilitas pasar saham Indonesia, dan minat investor asing yang meningkat terus mendukung pergerakan saham BBCA. Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 2% dalam sepekan terakhir juga menjadi katalis positif.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 19 May 2025