Rupiah Diprediksi Terkapar, Diiringi Hasil Obligasi AS

Senin, 07 Februari 2022 10:41 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Karyawati menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar di salah satu tempat penukaran uang atau Money Changer di kawasan Melawai, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

JAKARTA - Kurs rupiah berpotensi mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin, 7 Februari 2022, di kisaran  Rp14.400 - Rp14.420 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp14.350.

Analis Keuangan Ariston Tjendra mengungkapkan, hasil obligasi pemerintah AS yang naik memilikiengaruh terhadap penguatan dolar AS, dan dapat menekan aset beresiko.

"Yield tenor 10 tahun sudah menyentuh lagi kisaran 1,9%, level yang belum pernah disentuh sejak Januari 2020. Kenaikan yield ini bisa mengindikasikan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS meningkat," ujar Ariston pada TrenAsia.com, Senin, 7 Februari 2022.

Baca Juga :

Adapun, ekspansi tersebut dapat mendorong penguatan AS, serta berkaitan dengan rilis data ketenagakerjaan AS yang bertambah 467 ribu tenaga kerja baru.

Selain itu, penguatan harga minyak global yang mendekati US$100 oper barel, menjadi salah satu faktor yang menekan nilai rupiah dari dampak negatif kenaikan inflasi yang disebabkan kenaikan harga energi. Hal ini dapat menurunkan daya beli masyarakat, yang dapat menggangu pemulihan perekonomian RI.

Di sisi lain, penularan COVID19 di Indonesia yang masih belum menunjukan adanya penurunan, masih menjadi kekahwatirah oleh pasar karena dapat memberikan dorongan terhadap penekan nilai rupiah.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Merina pada 07 Feb 2022