indef
Selasa, 14 Maret 2023 20:44 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Silicon Valley Bank (SVB) asal Amerika Serikat (AS) mengalami kebangkrutan, padahal bank tersebut menjadi tempat berkumpulnya dana deposit untuk start up di negeri paman sam sana.
Lalu apakah akan berdampak pada perusahaan rintisan di Indonesia.
Pengamat Ekonomi Digital Institut of Economic and Finance (INDEF) Nailul Huda mengungkapkan akan berdampak langsung pada perusahaan rintisan di Indonesia.
Menurut Nailul, start up di Indonesia berpotensi semakin sulit mendapatkan pendanaan setelah Silicon Valley Bank (SVB) ditutup. “Apalagi pendanaan dari AS ke start up Tanah Air cukup besar,” kata dia, dikutip Selasa, 14 Maret 2023.
Baca Juga:
Untuk itu, sumber pendanaan dari dalam negeri perlu ditingkatkan lagi guna mengantisipasi dampak tutupnya SVB. Apalagi, India juga sudah lebih dahulu memberikan perhatian untuk mengantisipasi pelemahan pendanaan start up.
Ia mengatakan penutupan SVB juga berpotensi membuat lembaga pembiayaan yang melantai di bursa terkena sentimen negatif.
Sebelumnya Regulator Perbankan California menutup SVB Financial untuk melindungi simpanan nasabah dalam kegagalan bank terbesar sejak krisis keuangan AS. Krisis modal di SVB telah menekan saham bank-bank secara global.
SVB telah mencoba, tetapi gagal untuk menopang neracanya melalui penjualan saham yang diusulkan pada Rabu, 8 Maret 2023, malam.
“Ada dua dugaan yang saling terkait dari kasus SVB ini. Pertama adalah tingkat suku bunga AS yang meningkat tajam dan kedua pengelolaan dana yang buruk,” kata Nailul.
Nasabah meminta dana untuk mereka untuk ditempatkan ke bank dengan suku bunga lebih tinggi, tapi di sisi lain kinerja start up yang mempunyai hutang ke SVB juga sedang menurun.
“Kemudian uang SVB di pemerintah pun tenor jangka panjang. Maka kelimpungan SVB mencari dana untuk menutupi likuiditasnya,” katanya
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Laila Ramdhini pada 14 Mar 2023
setahun yang lalu