Minggu, 21 September 2025 09:38 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA – Dengan pesatnya pertumbuhan e-commerce dan harapan konsumen akan pengiriman lebih cepat, tidak herankan jika industri logistik kini bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga emisi CO₂ global.
Di sisi lain, pelanggan menginginkan bisnis yang mereka gunakan menerapkan praktik logistik ramah lingkungan, sehingga pengiriman hijau dan keberlanjutan menjadi bagian penting dari diskusi.
Meskipun kesadaran akan perubahan iklim semakin tinggi, konsumen tetap ingin barangnya cepat sampai.
Baca juga:
Terutama dalam e-commerce lintas negara, hal ini sering memicu penggunaan transportasi udara, yang memiliki jejak karbon terbesar dibandingkan semua pilihan transportasi lainnya.
Dilansir dari DHL, berikut tips kurangi jejak karbon dari belanja online:
Situs e-commerce sering mendorong konsumen untuk membeli secara impulsif melalui diskon. Meskipun menguntungkan bagi bisnis, meningkatnya pembelian berarti produksi yang lebih banyak dan emisi CO₂ yang lebih tinggi.
Gaya hidup konsumtif tidak hanya berbahaya bagi individu, tapi juga bagi lingkungan. Setiap paket yang sampai ke tanganmu harus melalui beberapa tahap pengiriman, dan kemasan seperti bubble wrap, plastik, atau kardus akhirnya menjadi sampah.
Untuk itu, cobalah kurangi frekuensi belanja online, lakukan hanya saat benar-benar diperlukan, atau belilah barang yang memang hanya tersedia secara online dan tidak dijual di kotamu.
Saat pengembalian barang gratis dan mudah, banyak konsumen membeli beberapa item sekaligus saat belanja online dengan niat mengembalikan sebagian. Hal ini tentu meningkatkan jejak karbon karena tambahan transportasi yang diperlukan untuk mengembalikan produk.
Sebelum berbelanja online, periksa dengan teliti harga dan kualifikasi barang. Pastikan menanyakan ketersediaan stok kepada penjual sebelum melakukan pembayaran, termasuk penggunaan kemasan seperti kardus atau plastik pelindung.
Cara ini bisa membantu mengurangi pengembalian barang karena kerusakan atau ketidaksesuaian dengan harapanmu.
Penjual sering mengirim produk dalam kotak berukuran standar yang banyak ruang kosongnya diisi dengan bahan pengisi yang tidak perlu. Selain menimbulkan sampah, kemasan seperti ini juga memakan ruang lebih saat diangkut, sehingga meningkatkan jejak karbonnya.
Belum lagi masalah bahan yang digunakan, kemasan konvensional seperti bubble wrap terbuat dari plastik yang memerlukan banyak energi untuk diproduksi dan butuh puluhan bahkan ratusan tahun untuk terurai.
Salah satu cara terbesar untuk mengurangi emisi karbon akibat transportasi global adalah dengan berbelanja lokal. Ini tidak hanya berarti membeli di toko yang dekat dengan rumahmu, tetapi juga membeli produk yang dibuat secara lokal menggunakan bahan-bahan lokal.
Cara terbaik adalah mendukung desainer fashion independen di sekitarmu yang tidak memindahkan produksi ke luar negeri, sekaligus terhubung dengan warisan budaya lokal.
Sampah yang dihasilkan biasanya berasal dari kemasan paket seperti kardus atau plastik. Jangan langsung membuangnya ke tempat sampah, pisahkan terlebih dahulu jenis-jenis kemasannya sebelum dibuang.
Pisahkan plastik dan kertas dari paket. Simpan bubble wrap dan kardus yang masih layak pakai untuk digunakan kembali. Lepaskan juga lakban dan label nomor resi dari kardus, karena bahan tersebut, termasuk solatip dan kertas resi, terbuat dari plastik dan harus dibuang terpisah dari kardus.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 21 Sep 2025