Simak 7 Keajaiban Dunia yang Hingga Kini masih Kokoh dan jadi Magnet Wisatawan

Rabu, 20 April 2022 06:53 WIB

Penulis:Nila Ertina

Editor:Nila Ertina

Daftar tujuh keajaiban dunia kuno yang mencakup bangunan-bangunan pada masa Renaisans.
Daftar tujuh keajaiban dunia kuno yang mencakup bangunan-bangunan pada masa Renaisans. (Pixabay)

JAKARTA- Meskipun masih diperdebatkan beberapa penulis kuno dan abad pertengahan Eropa dan Timur Tengah sering menyebutkan keberadaan tujuh keajaiban dunia kuno. Daftar keajaiban yang termasuk juga masih menjadi perdebatan selama ribuan tahun. 

Daftar berikut merujuk pada keajaiban masa Renaisans yang ditulis oleh arkeolog Peter Clayton dan Martin Price dalam buku "The Seven Wonders of the Ancient World", seperti dikutip dari LiveScience.

1. Piramida Agung Giza

Piramida Agung Giza di Mesir.

Piramida Agung Giza merupakan keajaiban tertua dan satu-satunya yang masih berdiri hingga saat ini. Piramida ini dibangun sebagai makam bagi firaun Mesir kuno, Khufu sekitar 4.600 tahun yang lalu. 

Baca Juga:

Saat pertama kali dibangun, Piramida Agung memiliki tinggi 147 meter. Saat ini tingginya mengalami penurunan menjadi 139 meter karena hilangnya beberapa batu. 

Bangunan ini sempat menjadi struktur tertinggi di dunia sampai menara pusat Katedral Lincoln di Inggris selesai dibangun pada tahun 1311.

Bagian dalam piramida memiliki sistem lorong yang berakhir di ‘grand gallery’ lalu mengarah pada ruangan dengan sarkofagus kosong yang disebut ‘king's chamber’. 

Lorong itu juga mengarah pada dua kamar lain yaitu ‘queen’s chamber’ dan kamar bawah tanah. Pada tahun 2017, peneliti yang memindai piramida menemukan ruang kosong lebar di atas ‘grand gallery’ yang kemungkinan berisi beberapa kamar lagi.

2. Taman Gantung Kerajaan Babilonia

Taman Gantung yang terdapat di dalam istana Raja Babilonia pada abad keenam Nebuchadnezzar II. 

Menurut cerita legenda, Raja Babilonia pada abad keenam Nebuchadnezzar II memiliki labirin air terjun raksasa dan taman tumbuh-tumbuhan lebat di dalam istananya. Taman itu dimaksudkan untuk istrinya Amytis dari Media yang merindukan kampung halamannya yang subur di Persia. 

Meski begitu, keberadaan taman masih menjadi bahan perdebatan arkeolog.

"Taman itu miring seperti lereng bukit dan beberapa bagian strukturnya naik satu sama lain berjenjang, penampilan keseluruhannya menyerupai teater," tulis sejarawan Yunani kuno Diodorus Siculus pada abad pertama SM. 

Penggalian arkeologi di situs Babilonia yang terletak 100 kilometer dari selatan Baghdad, Iraq modern belum berhasil secara definitif mengungkap keberadaan ‘Hanging Gardens’.

Selain itu, tidak ada catatan Babilonia yang masih bertahan dan membahas taman itu. 

Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa Diodorus Siculus dan penulis kuno lainnya salah menuliskan lokasi yang sebenarnya ada di Niniwe, dekat Mosul modern di Irak utara.

3. Patung Zeus di Yunani

Ilustrasi patung Zeus raksasa di Yunani pada tahun 450 SM.

Patung sosok dewa yang sedang duduk ini memiliki tinggi 12 meter dan dibangun pada tahun 450 SM. Sebagian besar patung terbuat dari gading dan dibangun oleh pematung Phidias. 

“Menunjukkan Zeus yang terduduk tetapi kepalanya hampir menyentuh atap, sehingga membuat kesan bahwa jika Zeus bangkit dan berdiri ia akan membuka atap kuil,” tulis penulis Yunani kuno Strabo.

Tidak jelas kapan patung itu dihancurkan. Catatan kuno menunjukkan bahwa pada abad kelima M, Kristen adalah agama resmi Kekaisaran Romawi. Sementara itu, kepercayaan tradisional Yunani-Romawi sedang dipersekusi sehingga ada kemungkinan patung itu dihancurkan pada masa itu. 

4. Kuil Artemis 

Kuil Artemis di Efesus yang dibangun pada tahun 550 SM.

Artemis adalah dewi yang berhubungan dengan hewan dan perburuan. Kuil yang diciptakan untuk Artemis di Efesus ini dibangun pada tahun 550 SM oleh Croesus, seorang raja Lydia.

Baca Juga:

Croesus yang baru saja menaklukkan daerah Efesus melebarkan kuil Artemis, menurut sejarawan Michael Immendörfer dalam bukunya berjudul "Ephesians and Artemis: The Cult of the Great Goddess of Ephesus as the Epistle's Context".

Menurut cerita, kuil ini dibakar pada tahun 356 SM oleh seorang pencari ketenaran bernama Herostratus. Namun, ada kemungkinan Herostratus hanya dijadikan kambing hitam karena orang-orang menolak memercayai bahwa kuil itu dapat dihancurkan oleh sambaran petir. Setelah itu, Kuil Artemis diperbaiki.

Namun pada tahun 262 M, kuil itu rusak lagi akibat gempa bumi dan dijarah oleh orang Goth, sekumpulan orang Germanic yang kemungkinan berada di Skandanavia. 

Sisa-sisa kuil tampaknya telah ditinggalkan atau dihancurkan sekitar abad kelima masehi seperti yang ditulis para penulis Kristen.

5. Bangunan Makam Megah di Turki

Bangunan makam (mausoleum) yang diciptakan untuk kepala daerah masa kerajaan Persia yang meninggal, Mausolus pada tahun 353 SM.

Bangunan makam ini dibangun untuk Mausolus, seorang kepala daerah Caria di bagian utara Anatolia pada masa kerajaan Persia yang tewas pada tahun 353 SM. Kata ‘mausoleum’ yang kini memiliki arti kuburan digunakan para penulis kuno karena memiliki impresi yang kuat terhadap bangunan itu.

Penulis Romawi, Pliny the Elder (23-79 M) menuliskan bahwa bangunan itu dibangun oleh kelompok pematung terbaik zaman itu yaitu Scopas, Bryaxis, Timotheus dan Leochares. 

Pliny mengatakan bahwa bangunan itu memiliki tinggi 43 meter dengan memiliki bentuk piramida di bagian atas dengan 63 tiang di puncaknya. 

Bangunan itu belum sempat selesai sampai istri Mausolus, Artemisia, meninggal sekitar 350 SM. Sempat ada keraguan apakah kelompok itu akan melanjutkan pekerjaan tanpa dibayar.

“Mereka tidak meninggalkan pekerjaan mereka, sampai selesai, mengingat itu sekaligus menjadi pengingat ketenaran dan karya seni mereka sendiri," tulis Pliny.

Sisa-sisa mausoleum itu masih bisa dilihat sekarang walaupun dalam reruntuhan seiring berjalannya waktu. 

6. Patung Dewa Matahari Raksasa

Patung Helios yang merupakan dewa matahari Yunani kuno di pulau Rhodes.

Patung raksasa ini menggambarkan dewa matahari Yunani, Helios dan dibangun di sebuah pulau di lepas pantai Turki modern, Rhodes pada tahun 280 SM. 

Patung ini runtuh akibat gempa pada tahun 226 SM dan tidak bersisa untuk dilihat sekarang. Bahkan lokasi dan ketinggian patung itu masih menjadi perdebatan.

Seorang profesor sejarah asal University of Louisville, Robert Kebric, mengatakan bahwa patung itu kemungkinan memiliki tinggi 34 meter dan berdiri di atas tiang tiga tingkat setinggi 50 meter. Dalam artikel yang diterbitkan pada tahun 2019 dalam Athens Journal of Humanities and Art itu, Kebric menjelaskan bahwa ada kemungkinan patung itu memiliki total tinggi 49 meter. 

Lokasi yang digambarkan oleh penggambaran artistik menunjukkan patung itu berada tepat di atas pelabuhan Rodhes. Sementara itu, Kebric berpendapat lokasi yang lebih memungkinkan adalah di puncak akropolis di kota utama pulau itu. Alasannya adalah beberapa candi dan monumen keagamaan berlokasi di situ. 

7. Mercusuar Alexandria

Mercusuar yang terletak di dekat Pelabuhan Alexandria, Mesir.

Mercusuar ini dibangun atas perintah firaun Ptolemy II Philadelphus, yang memerintah dari sekitar 285 hingga 246 SM. Mercusuar ini bertujuan untuk memandu pelaut ke Alexandria di Mesir yang merupakan salah satu pelabuhan terbesar di dunia kuno.

Menara itu dibangun di pulau Pharos, yang terletak di pintu masuk ke pelabuhan Alexandria. 

Ada beberapa versi ketinggian mercusuar, salah satu kemungkinan adalah sekitar 122 meter. Mercusuar memiliki cermin yang memantulkan sinar matahari di siang hari, dan api dinyalakan di malam hari dan di waktu lain jika diperlukan.

Mercusuar itu digunakan sepanjang abad pertengahan, tetapi runtuh pada pertengahan abad ke-14, menurut seorang profesor School of Oriental and African Studies di University of London, Doris Behrens-Abouseif, pada tahun 2006 di jurnal Muqarnas. 

Penyebab kerusakannya adalah gempa bumi dan erosi pantai. Beberapa upaya untuk memperbaiki mercusuar yang dilakukan sepanjang abad pertengahan tidak berhasil menyelamatkannya. 

Kini, sisa-sisa mercusuar dan sebagian besar Aleksandria kuno terletak di bawah air. Sisa-sisa mercusuar ditemukan oleh para arkeolog pada tahun 1994, dan studi tentang mereka masih berlangsung.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Fadel Surur pada 20 Apr 2022