Sabtu, 20 April 2024 14:59 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Badan Energi Internasional (IEA) dan Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), mencatat ada tujuh negara yang mendekati pencapaian 100% penggunaan listrik dari energi baru terbarukan (EBT). Kondisi ini didorong oleh teknologi dan komponen EBT yang lebih murah.
Dilansir dari Euro News, pada Kamis, 18 April 2024, negara-negara tersebut adalah Albania, Bhutan, Nepal, Paraguay, Islandia, Ethiopia, dan Republik Demokratik Kongo. Sekitar 99,7% dari pasokan energi listrik mereka kini berasal dari sumber terrbarukan seperti panas bumi, air, matahari, dan angin.
Selain 7 negara tersebut, Norwegia juga seudah menggunakan 98,38% energi terbarukan yang berasal dari angin, air atau matahari, menurut data yang dikumpulkan oleh Profesor Mark Jacobson dari Universitas Stanford.
Baca Juga:
Sebanyak 40 negara lainnya juga telah memanfaatkan energi terbarukan guna memenuhi kebutuhan listrik wilayahnya. Sepanjang tahun 2021 dan 2022, lebih dari separuh kebutuhan listrik di negara-negara tersebut berasal dari sumber energi terbarukan.
Termasuk 11 negara di Kawasan Eropa. Negara lain, seperti Jerman atau Portugal, mampu berjalan dengan 100% tenaga angin, air, dan tenaga surya untuk jangka waktu singkat.
Meskipun banyak dari negara-negara tersebut saat ini menggunakan sejumlah besar tenaga air atau energi angin, para ahli memperkirakan pembangkit listrik tenaga surya akan mengambil alih peran sumber energi utama dalam waktu dekat. Hal itu ditopang peningkatan teknologi dan biaya yang main murah.
Tenaga surya mendominasi perluasan kapasitas energi terbarukan pada tahun 2023, yaitu menyumbang 73% dari seluruh pertumbuhan, diikuti oleh tenaga angin sebesar 24%. Saat ini solar mendominasi 37% dari total kapasitas energi terbarukan dunia.
Sebuah studi pada tahun 2023 dari University of Exeter dan University College London memperkirakan tenaga surya akan mencapai “titik kritis yang tidak dapat diubah,” dan menjadi sumber energi utama dunia pada tahun 2050.
Pemanfaatan energi terbarukan dari sumber angin dalam memenuhi kebutuhan listrik mengalami peningkatan tahun lalu. Menurut laporan terbaru dari Dewan Energi Angin Global atau Global Wind Energy Council (GWEC), total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin mencapai 116 gigawatt pada tahun 2023, mengalami lonjakan sebesar 50% dari tahun sebelumnya.
Hal ini menjadikan tahun tersebut sebagai tahun terbaik dalam sejarah proyek angin. China menjadi pemimpin dalam instalasi angin lepas pantai dan darat, diikuti Amerika Serikat, Brasil, dan Jerman.
Baca Juga:
Laporan tersebut juga mencatat pertumbuhan energi angin cenderung terfokus di beberapa negara besar. Sementara itu, Afrika dan Timur Tengah melaporkan peningkatan kapasitas tenaga angin hingga hampir 1 gigawatt pada tahun 2023, hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.
CEO GWEC, Ben Backwell, menegaskan bahwa pertumbuhan tahunan harus mencapai 320 gigawatt pada tahun 2030 agar bisa memenuhi janji COP28 untuk melipatgandakan energi terbarukan pada akhir dekade ini.
“Sangat menyenangkan melihat pertumbuhan industri angin meningkat, dan kami bangga mencapai rekor tahunan baru. Namun masih banyak yang perlu dilakukan untuk membuka kunci pertumbuhan,” kata Backwell.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 20 Apr 2024