Senin, 06 Juni 2022 17:45 WIB
Penulis:Susilawati
SINGAPURA - Singapura tengah menghadapi krisis ayam yang disebabkan penghentian ekspor ayam oleh pemasok utama di negara tetangga, Malaysia.
Pada Rabu, 1 Juni 2022 lalu, Malaysia mulai menetapkan penghentian ekspor 3,6 juta ayam per bulannya untuk menghindari inflasi pangan.
Meskipun merupakan salah satu negara paling tajir di Asia, Singapura masih bergantung pada impor berbagai macam sektor seperti pangan, energi, dan barang-barang lainnya.
Penghentian ekspor ayam oleh Malaysia ini berdampak langsung terhadap penjualan makanan yang berhubungan dengan ayam di Singapura.
Menurut data Singapore Food Agency (SFA), hampir seluruh ayam di Singapura adalah hasil impor, dengan rincian 34% dari Malaysia, 49% dari Brazil, dan 12% dari AS.
Baca Juga :
Penghentian ekspor ini diyakini merupakan dampak dari lonjakan harga global yang dialami negara-negara termasuk Malaysia.
Kenaikan harga global, terutama pangan, merupakan dampak dari berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini. Beberapa faktor-faktor penyebabnya adalah invasi Rusia di Ukraina yang masih berlangsung, cuaca ekstrem, dan dampak pandemi yang masih terus dirasakan.
Malaysia yang masih mengimpor pakan untuk ayam-ayamnya terpaksa menghentikan kegiatan ekspor akibat tingginya harga pakan global seperti biji-bijian dan kedelai.
Sementara itu, ayam-ayam tidak akan bertumbuh secepat biasanya jika diberikan pakan berkualitas rendah. Pada akhirnya, krisis itu akan memengaruhi rantai pasokan secara keseluruhan.
Sebagai alternatif, SFA berpendapat bahwa krisis ayam ini dapat diimbangi dengan memilih ayam beku daripada yang didinginkan. Agensi itu juga menyarankan warga agar mulai berpikir untuk beralih ke sumber protein lainnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Fadel Surur pada 06 Jun 2022