Mark Zuckerberg Sukses Luncurkan Metaverse, Tahun 2016 Sempat Lakukan Hal ini ke Jokowi

Kamis, 23 Desember 2021 19:03 WIB

Penulis:Nila Ertina

Editor:Nila Ertina

Soal Kehadiran Metaverse, Jokowi Bongkar Bisikan Mark Zuckerberg Tahun 2016
Presiden Joko Widodo bermain tenis menggunakan teknologi Oculus VR di kantor pusat Facebook, Amerika Serikat tahun 2016. (Facebook/Mark Zuckerberg)

JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan pengalaman unik teerkait  metaverse, perusahaan baru yang diluncurkan Mark Zuckerberg pada 28 Oktober 2021. Ketika berkunjung ke kantor Facebook Inc. tahun 2016, Jokowi merasakan sendiri sensasi bermain pingpong di dunia virtual menggunakan kacamata Oculus.

"Lima tahun yang lalu, saya ingat betul, saya bertemu dengan pemiliknya Facebook, Mark Zuckerberg. Saya diajak main pingpong. Tapi tidak ada bola pingpongnya, tidak ada meja pingpongnya. Pakai kacamata Oculus kemudian main bersama. Sama kayak main pingpong, persis 100 persen," katanya dalam acara Peresmian Pembukaan Muktamar ke-34 Nahdatul Ulama, Rabu, 22 Desember 2021 di Lampung Tengah, Lampung.

Kepala Negara mengungkapkan, saat itu pendiri Facebook tersebut membisikkan sebuah ambisi untuk mengubah peradaban dunia, yaitu mengalihkan aktivitas manusia ke dunia virtual yang jauh berbeda dengan kegiatan daring seperti video conference, Zoom dan lain-lain.

Baca Juga:

Dengan metaverse, orang-orang bisa terhubung secara virtual di suatu tempat, bisa menginvestasikan modal di ruang virtual dan juga bisa bertransaksi layaknya dunia nyata.

"Dan dia membisikkan kepada saya, 'Presiden Jokowi, ini baru awal. Nantinya semuanya akan virtual. Semuanya akan muncul yang namanya metaverse. Restoran virtual, kantor virtual, wisata virtual, mal virtual'," ungkapnya.

Jokowi menyambut baik kemajuan teknologi mutakhir metaverse buatan Mark Zuckerberg yang tentunya bisa mempermudah manusia dalam melakukan aktivitas. Meski saat ini baru merupakan sebuah simulasi, dia yakin bahwa proyek masa depan manusia itu benar-benar terwujud dalam waktu yang tidak lama.

"Metaverse akan mengubah, saya tidak tahu apakah karena pandemi ini menjadi dipercepat lima tahun atau sepuluh tahun, tapi pasti datang," ujarnya.

Namun demikian, Jokowi sangat mewaspadai kehadiran metaverse yang menandai gelombang ketiga perkembangan teknologi tersebut. Pasalnya, Indonesia belum siap menghadapi disrupsi teknologi metaverse.

"Hati-hati, memang peradaban itu harus kita pengaruhi, agar maslahat bagi umat manusia di seluruh dunia, khususnya di negara kita Indonesia," ujarnya.

Baca Juga:

Sebelumnya, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menekankan Indonesia mau tidak mau harus menceburkan dirinya dalam pesatnya kemajuan teknologi. Jika tidak, Indonesia akan tetap jauh tertinggal di belakang negara-negara lain.

Untuk itu, dia mendorong instrumen pendanaan negara, perusahaan milik pemerintah dan swasta bergandengan tangan membentuk ekosistem digital yang kuat dan besar sehingga bisa memiliki daya saing tinggi.

"Negara kita perlu menyiapkan sebuah strategi agar kita tidak tertinggal jauh oleh negara-negara lain, sehingga saya sampaikan kepada Menteri dan BUMN, kepada yang lain juga, waktu kita tidak banyak untuk bisa mengejar itu. Dan negara ini akan maju kalau kita bisa melompat," katanya.

Gagasan Metaverse

Dilansir situs resmi Facebook, metaverse bergerak melampaui layar dua dimensi (2D) menuju pengalaman imersif seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) untuk membantu membangun evolusi berikutnya dalam teknologi (media) sosial.

Dari akar katanya, "meta" berarti "melampaui" dan "verse" dari kata "universe" yang berarti alam semesta. Secara etimologis, metaverse berarti melampaui alam semesta (fisik).

Metaverse mula-mula merupakan istilah yang diciptakan dalam novel distopian Snow Crash tiga dekade lalu. Snow Crash adalah novel fiksi ilmiah karya penulis Amerika Neal Stephenson, diterbitkan pada1992. Novel ini mencakup sejarah, linguistik, antropologi, arkeologi, agama, ilmu komputer, politik, kriptografi, memetika, dan filsafat.

Teknologi metaverse merujuk secara luas pada gagasan tentang dunia virtual bersama yang dapat diakses oleh orang-orang yang menggunakan perangkat yang berbeda.

Fokus Meta, perusahaan induk Facebook Inc. adalah menghidupkan metaverse dan membantu orang terhubung, menemukan komunitas, dan mengembangkan bisnis.

Metaverse akan terasa seperti campuran dari pengalaman sosial online saat ini, terkadang diperluas menjadi tiga dimensi (3D) atau diproyeksikan ke dunia fisik.

Teknologi ini akan memungkinkan orang-orang berbagi pengalaman mendalam dengan orang lain bahkan ketika tidak bisa bersama — dan melakukan hal-hal bersama yang tidak dapat lakukan di dunia fisik.

Metaverse adalah evolusi berikutnya dalam garis panjang teknologi sosial, dan ini mengantarkan babak baru bagi Facebook.

Pada intinya adalah gagasan bahwa dengan menciptakan rasa "kehadiran virtual" yang lebih besar, berinteraksi secara online dapat menjadi lebih dekat dengan pengalaman berinteraksi secara langsung.

Metaverse memiliki potensi untuk membantu membuka akses ke peluang kreatif, sosial, dan ekonomi baru. Tidak ada satu perusahaan pun yang akan memiliki dan mengoperasikan metaverse. Seperti internet, fitur utamanya adalah keterbukaan dan interoperabilitasnya.

Menghidupkan ini akan membutuhkan kolaborasi dan kerja sama di seluruh perusahaan, pengembang, pembuat konten, dan pembuat kebijakan.

Untuk Facebook, ini juga akan membutuhkan investasi berkelanjutan dalam produk dan bakat teknologi, serta pertumbuhan di seluruh bisnis. 

"Di metaverse, Anda akan dapat melakukan hampir semua hal yang dapat Anda bayangkan — berkumpul dengan teman dan keluarga, bekerja, belajar, bermain, berbelanja, berkreasi — serta pengalaman yang benar-benar baru yang tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan komputer atau telepon saat ini," ungkap Mark Zuckerberg saat peluncuran metaverse.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Daniel Deha pada 23 Dec 2021