Prabowo Subianto
Kamis, 24 Oktober 2024 18:13 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Dampak buruk kekurangan gizi menyasar berbagai aspek, termasuk tingkat kecerdasan yang rendah, risiko penyakit kronis yang lebih tinggi, hingga menurunnya produktivitas kerja di masa depan.
Salah satu dampak akibat kekurangan gizi adalah stunting, meskipun prevalensi stunting telah menurun, diangka 21,5% pada tahun 2023, jumlah tersebut masih tergolong tinggi. Maka, penting untuk memahami bahaya stunting dan pentingnya intervensi melalui penyediaan makanan bergizi.
Dilansir dari Laman Kementrian Kesehatan, stunting terjadi akibat kekurangan nutrisi yang dialami sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Masa ini disebut seribu hari pertama kehidupan, yang krusial bagi perkembangan otak dan organ tubuh lainnya.
Anak yang mengalami stunting tidak hanya tumbuh lebih pendek dari teman sebayanya, tetapi juga memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah. Dampak jangka panjangnya mencakup prestasi belajar yang lebih rendah, kesempatan kerja yang terbatas, dan potensi penghasilan yang mungkin akan lebih kecil ketika dewasa.
Baca Juga:
Selain itu, anak stunting juga lebih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan gangguan metabolik seperti diabetes, jantung, serta obesitas di kemudian hari. Oleh karena itu, pencegahan stunting bukan hanya soal mengatasi masalah kesehatan anak, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Intervensi gizi yang tepat adalah kunci utama dalam mengatasi stunting. Makanan bergizi yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral sangat dibutuhkan oleh anak-anak, terutama pada masa emas pertumbuhan mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asupan nutrisi yang cukup selama masa kehamilan dan anak usia dini dapat mencegah terjadinya stunting. Nutrisi ini meliputi:
Protein: Diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel tubuh.
Zat besi: Mencegah anemia, yang sering terkait dengan pertumbuhan lambat.
Zinc dan vitamin A: Membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Asam folat: Sangat penting bagi ibu hamil untuk perkembangan otak janin.
Selain nutrisi dari makanan, akses terhadap sanitasi layak, air bersih, dan pola pengasuhan yang tepat juga sangat penting dalam pencegahan stunting.
Presiden terpilih Prabowo Subianto telah mencanangkan program makan bergizi gratis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya anak-anak. Program ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam mengatasi masalah gizi buruk dan stunting di Indonesia.
Bahkan Prabowo dalam sidang Kabinet Merah Putih perdana, menyatakan dengan tegas komitmennya terhadap program makan bergizi gratis dan meminta pembantunya segera angkat kaki bila tak setuju
"Saya hakulyakin. Saya pertaruhkan kepimimpinan saya. Bagi saya, makan bergizi untuk anak-anak dan ibu hamil ini adalah strategik. Yang tidak mendukung hal ini silakan keluar dari pemerintah yang saya pimpin," terang Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan, Jakarta, dilansir Kamis, 24 Oktober 2024.
"Saya tidak katakan bahwa ini bisa selesai dalam 1 minggu, 2 minggu, atau 3 bulan. Tidak ada di antara kita yang punya tongkat Nabi Sulaiman alaihi salam, tetapi kita bisa berhitung, kita bisa mengelola, kita bisa alokasi dana, kita bisa kerahkan sumber daya, dan kita akan mencapai target yang kita tentukan," tegas Prabowo.
Melihat dari pengalaman negara lain yang berhasil menurunkan angka stunting, program makan bergizi gratis bisa menjadi langkah signifikan. Namun, keberhasilannya bergantung pada beberapa faktor kunci berikut:
Target yang Tepat: Program ini harus memastikan bahwa kelompok paling rentan—ibu hamil, bayi, dan balita—mendapat prioritas. Intervensi sejak dini, terutama selama masa seribu hari pertama kehidupan, sangat penting untuk mencegah stunting.
Kualitas dan Keberlanjutan: Makanan yang disediakan harus memenuhi standar gizi yang cukup, dengan komposisi seimbang dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Program ini juga harus dijalankan secara berkelanjutan dan konsisten, tidak hanya sekadar inisiatif jangka pendek.
Baca Juga:
Pendampingan dan Edukasi: Hanya menyediakan makanan bergizi saja tidak cukup. Diperlukan edukasi dan pendampingan bagi orang tua dan masyarakat tentang pentingnya gizi, sanitasi, dan pola asuh yang baik. Hal ini akan membantu mengubah perilaku dan kebiasaan sehari-hari yang mendukung tumbuh kembang anak.
Sinergi dengan Kebijakan Lain, program ini perlu terintegrasi dengan kebijakan lain yang mendukung akses pangan bergizi, seperti peningkatan produksi pangan lokal dan distribusi yang merata.
Jika dijalankan dengan efektif dan terintegrasi dengan program penurunan stunting yang ada, program makan bergizi gratis Prabowo berpotensi besar membantu mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.
Namun, pemantauan dan evaluasi yang ketat diperlukan untuk memastikan program ini benar-benar tepat sasaran dan memiliki dampak yang signifikan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 24 Oct 2024