Ragam
Mengenal ENSO, Istilah yang Biasa Dipakai Terkait Iklim
Setiap kali membaca laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait dengan iklim, sebuah akronim El Niño-Southern Oscillation (ENSO) menjadi bagian yang kerap dibahas, termasuk ketika membaca bulletin BMKG.
Lalu apakah yang dimaksud dengan ENSO, adalah pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu perairan di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Dalam jangka waktu sekitar tiga hingga tujuh tahun, permukaan air di sebagian besar Samudera Pasifik tropis bersuhu hangat atau dingin berkisar antara 1°C hingga 3°C, dibandingkan dengan suhu normal.
Pola pemanasan dan pendinginan yang berosilasi ini, yang disebut sebagai siklus ENSO, secara langsung mempengaruhi distribusi curah hujan di daerah tropis dan dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap cuaca di seluruh Amerika Serikat dan belahan dunia lainnya. El Niño dan La Niña merupakan fase ekstrem dari siklus ENSO; antara kedua fase ini terdapat fase ketiga yang disebut ENSO-netral, demikian mengutip weather.gov.
Lalu secara khusus apa yang dinamakan El Niño adalah pemanasan permukaan laut, atau suhu permukaan laut di atas rata-rata (SST), di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Di Indonesia, curah hujan cenderung berkurang sementara curah hujan meningkat di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Angin permukaan tingkat rendah, yang biasanya bertiup dari timur ke barat sepanjang garis khatulistiwa (“angin timur”), malah melemah atau, dalam beberapa kasus, mulai bertiup ke arah lain (dari barat ke timur atau “angin barat”). Secara umum, semakin hangat anomali suhu laut, semakin kuat pula El Niño(dan sebaliknya).
Baca Juga:
- Sedang Ramai Dibahas, Starlink Diluncurkan di Bali
- Investasi di Sektor Listrik Tertinggi di Sumsel, Simak Penjelasan DPMPTSP
- Eksistensi Pendidikan Vokasi dalam Festival Inovokasia 2024
Sedangkan La Niña merupakan pendinginan permukaan laut, atau suhu permukaan laut di bawah rata-rata (SST), di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Di Indonesia, curah hujan cenderung meningkat sedangkan curah hujan menurun di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Angin timur normal di sepanjang khatulistiwa menjadi semakin kuat. Secara umum, semakin dingin anomali suhu laut, maka semakin kuat La Niña(dan sebaliknya).
Kondisi iklim ketiga adalah netral, yaitu situasi dimana terjadi El Niño maupun La Niña. Seringkali SST tropis Pasifik umumnya mendekati rata-rata. Namun, ada kalanya lautan terlihat seperti berada dalam kondisi El Niño atau La Niña, namun atmosfernya tidak mendukung (atau sebaliknya).
Peta anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik saat terjadi La Niña kuat (atas, Desember 1988) dan El Niño kuat (bawah, Desember 1997). Peta oleh NOAA Climate.gov, berdasarkan data yang disediakan oleh NOAA View.
Baca Juga:
- Film Pendek: Basri & Salma in a Never-ending Comedy Tayang di Bioskop Online
- Hari ini Diumumkan, Simak Cara Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024, Cek Linknya ya
- PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama dengan Petronas, Ditandatangani Menteri ESDM
Jadi, ENSO adalah salah satu fenomena iklim terpenting di Bumi karena kemampuannya mengubah sirkulasi atmosfer global, yang pada gilirannya memengaruhi suhu dan curah hujan di seluruh dunia.
Dengan fokus pada ENSO maka bisa dasar perkiraan kedatangan beberapa musim sebelumnya mengenai dampak terkuatnya terhadap cuaca dan iklim.
Sir Gilbert Walker menemukan “Osilasi Selatan,” atau perubahan tekanan permukaan laut dalam skala besar di Indonesia dan Pasifik tropis. Namun, dia tidak menyadari bahwa hal tersebut ada kaitannya dengan perubahan di Samudera Pasifik atau El Niño. Baru pada akhir tahun 1960-an Jacob Bjerknes dan peneliti lainnya menyadari bahwa perubahan di lautan dan atmosfer saling berkaitan dan lahirlah istilah hibrida “ENSO”. Istilah La Niña dan Netral baru mulai dikenal pada tahun 1980-an atau setelahnya.(*)