Perang Dagang AS Versus China Memanas

Perang Dagang AS Versus China Memanas (Ist)

Jakarta, Wongkito.co - Perang dagang China versus Amerika tampaknya semakin memanas. Amerika Serikat (AS) mengeluarkan kebijakan baru pada 1 Agustus 2024. 

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, memutuskan menaikkan tarif impor pada berbagai barang dari China, termasuk kendaraan listrik (EV), baterai, semikonduktor, dan mineral penting yang digunakan dalam pembuatan baterai. 

Menurut Biden, langkah ini menjadi bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengurangi ketergantungan Amerika Serikat pada rantai pasokan asing dan memperkuat industri domestik. Senin, 27 Mei 2024.

Biden juga mengklaim kenaikan tarif dapat mendorong investasi dalam produksi dalam negeri, sehingga dapat mengurangi defisit perdagangan dengan China dan meningkatkan keamanan nasional terkait pasokan bahan-bahan kritis

Dampak Kebijakan Tarif

Tarif impor kendaraan listrik akan meningkat tajam dari 25% menjadi 100%. Sementara tarif impor baterai naik dari 7,5% menjadi 25%. 

Selain itu, tarif impor semikonduktor akan meningkat menjadi 50% mulai 1 Januari 2025, dan tarif impor mineral penting untuk baterai akan naik menjadi 25% mulai 1 Agustus 2024. 

Selama ini, Amerika Serikat bersikeras bahwa China telah melakukan pencurian kekayaan intelektual dan teknologi dari perusahaan-perusahaan Amerika. 

Tuduhan ini mencakup berbagai praktik yang merugikan, seperti memaksa transfer teknologi sebagai syarat untuk mengakses pasar China, spionase industri, dan pelanggaran hak paten serta merek dagang. 

AS mengklaim bahwa tindakan-tindakan ini tidak hanya merugikan perusahaan-perusahaan Amerika secara finansial, tetapi juga mengancam inovasi dan keunggulan teknologi yang menjadi tulang punggung perekonomian AS. 

Kenaikan tarif ini diprediksi akan memiliki dampak signifikan pada industri kendaraan listrik di kedua negara. 

Baca juga

Konsumen di AS kemungkinan besar akan menghadapi kenaikan harga kendaraan listrik, mengingat biaya impor yang lebih tinggi akan diteruskan kepada konsumen akhir. 

Di sisi lain, produsen kendaraan listrik China akan tertekan oleh tarif yang lebih tinggi, yang dapat mengurangi daya saing produk mereka di pasar AS.

Sebelumnya China telah memperkirakan kenaikan tarif ini. Pemerintahan Xi Jinping berencana untuk memberlakukan tarif balasan pada mobil impor dari AS. 

“Tidak hanya akan mengganggu kerja sama ekonomi dan perdagangan normal antara China dan AS, tetapi juga secara signifikan meningkatkan biaya barang impor, menimbulkan lebih banyak kerugian bagi perusahaan dan konsumen Amerika, dan membuat konsumen AS membayar lebih banyak lagi.” terang pernyataan resmi Kedubes Beijing di Whasington.

Selain itu, kenaikan tarif ini diperkirakan akan mendorong perusahaan-perusahaan China untuk mencari alternatif lain agar dapat tetap kompetitif di pasar AS. 

Salah satu strategi yang kemungkinan besar akan diambil adalah membangun pabrik di negara-negara seperti Meksiko, yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS, sehingga dapat menghindari tarif tinggi dan tetap menjangkau pasar AS.

Baca juga

 

Elon Musk Ikut Ngamuk

CEO Tesla, Elon Musk, menyatakan keterkejutannya atas keputusan pemerintah AS untuk menaikkan tarif impor. Elon menekankan bahwa baik Tesla maupun dirinya tidak meminta tarif tersebut. 

"Baik Tesla maupun saya tidak meminta tarif ini, malah saya terkejut ketika diumumkan. Hal-hal yang menghambat kebebasan bertukar atau mendistorsi pasar adalah hal yang tidak baik," terang Elon Musk dikutip dari Reuters.

Elon juga dengan terang-terangan menyebut pihaknya tidak menyukai kebijakan yang mendistorsi pasar. Tesla juga menyatakan kekhawatirannya terhadap kemungkinan pembalasan dari China. 

Diketahui selama ini Tesla telah mampu bersaing dengan baik di pasar China tanpa adanya tarif. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah menikmati kesuksesan di pasar China berdasarkan daya saing produk mereka sendiri.

"Hal-hal yang menghambat kebebasan bertukar atau mendistorsi pasar adalah hal yang tidak baik," ujarnya, seperti dikutip Reuters.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 27 May 2024 

Editor: Redaksi Wongkito
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories