Ragam
17 Tahun Lindungi Owa Jawa, Rahayu Oktaviani Raih “Green Oscar” di Inggris
JAKARTA – Nama Rahayu Oktaviani mengharumkan Indonesia di panggung dunia. Konservasionis dan peneliti primata asal Indonesia itu meraih Whitley Award 2025, penghargaan bergengsi di bidang konservasi lingkungan yang diberikan langsung di Inggris.
Penghargaan tersebut diserahkan secara simbolis oleh Putri Anne, anggota keluarga Kerajaan Inggris, dalam sebuah seremoni resmi di Royal Geographical Society, London.
Whitley Award kerap dijuluki sebagai “Green Oscar”, karena hanya diberikan kepada tokoh-tokoh konservasi yang dinilai memiliki dampak nyata, kepemimpinan kuat, serta kontribusi jangka panjang terhadap perlindungan alam dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Tahun ini, Rahayu menjadi salah satu penerima penghargaan dari Asia berkat dedikasinya dalam melindungi owa jawa (Hylobates moloch), primata endemik Indonesia yang terancam punah.
Dalam acara penganugerahan yang dihadiri peneliti, pembuat kebijakan, dan pegiat lingkungan dari berbagai negara, Rahayu tidak hanya menerima penghargaan secara formal.
Ia juga mencuri perhatian forum internasional ketika mempraktikkan suara khas owa jawa di hadapan para undangan. Aksi tersebut dilakukan untuk memperkenalkan metode penelitiannya dalam mengidentifikasi dan memantau populasi owa melalui pola vokalisasi atau nyanyian mereka.
Suara owa jawa yang dipraktikkan Rahayu menggema di ruang forum, menjadi simbol kuat hubungan antara ilmu pengetahuan, konservasi, dan budaya alam Indonesia.
Momen tersebut disambut tepuk tangan para peserta, sekaligus memperlihatkan pendekatan unik yang selama ini ia gunakan dalam penelitian lapangan.
Baca juga :
- Banjir Sumatra Picu Lonjakan Harga Beras di 8 Provinsi
- Hilirisasi Gas Bumi, Kunci Sukses PGN Dalam Meningkatkan Nilai Ekonomi
- Pertamina Patra Niaga Lakukan Pemulihan Kebutuhan LPG di Aceh, Warga Bisa Bernafas Lega!
17 Tahun Mengabdi
Rahayu, yang akrab disapa Ayu, telah meneliti dan mendampingi konservasi owa jawa selama lebih dari 17 tahun, terutama di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat.
Ia dikenal konsisten bekerja langsung di lapangan, mulai dari pemantauan populasi, perlindungan habitat, hingga edukasi masyarakat sekitar hutan.
Dedikasi tersebut kemudian diperkuat dengan pendirian Yayasan Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (KIARA), organisasi yang dipimpinnya untuk mengintegrasikan riset ilmiah dengan pemberdayaan masyarakat.
Melalui pendekatan ini, konservasi tidak hanya berfokus pada satwa, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan warga yang hidup berdampingan dengan habitat owa jawa.
Putri Anne dari Inggris, yang dikenal sebagai pelindung berbagai organisasi lingkungan internasional, dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi terhadap kerja-kerja konservasi yang dilakukan langsung di lapangan. Penyerahan penghargaan kepada Rahayu menjadi pengakuan atas kontribusi Indonesia dalam menjaga keanekaragaman hayati dunia.
Penghargaan Whitley Award juga membawa dukungan pendanaan untuk melanjutkan proyek konservasi. Dana tersebut akan digunakan Rahayu untuk memperluas wilayah pemantauan owa jawa, meningkatkan kapasitas peneliti lokal, serta memperkuat program edukasi konservasi bagi generasi muda.
Keberhasilan Rahayu Oktaviani meraih penghargaan internasional ini menegaskan bahwa upaya konservasi dari Indonesia memiliki posisi penting di mata dunia.
Lebih dari sekadar prestasi personal, pengakuan ini menjadi pengingat bahwa perlindungan satwa endemik dan ekosistem hutan tropis Indonesia adalah bagian dari tanggung jawab global.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 15 Dec 2025

