Setara
30 Jurnalis Ikuti Workshop Jurnalis “Women, Peace and Security” Sambut KUPI II
PALEMBANG, WongKito.co - Setelah melalui proses seleksi sebanyak 30 jurnalis dari berbagai platform media, baik media lokal maupun nasional mengikuti Workshop Jurnalis Women, Peace and Security sebagai bagian dari Konferensi internsional dan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).
Workshop diselanggarakan Konde.co berkolaborasi dengan The Asian Muslim Action Network (AMAN Indonesia), Jumat-Sabtu (18-19 November 2022) dilaksanakan daring.
Manager Program AMAN Indonesia, Hanifah Haris mengatakan KUPI II ini akan berlangsung pada 23-26 November 2022, di Semarang dan Jepara, Jawa Tengah.
"Ada lima fatwa KUPI untuk menyikapi kondisi kekinian," kata dia saat menjadi pemateri pada workshop Jurnalis Women, Peace and Security sebagai bagian dari Konferensi internsional dan KUPI.
Baca Juga:
- Pastikan 30 Persen Kuota Perempuan Telah Terpenuhi, ini Kata Pimpinan Prima Sumsel
- Tiga Fakta Menarik dari Right Issue BBTN Menurut Staf BUMN, Salah Satunya Berkaitan dengan Efek Dilusi
- Badan Pangan Nasioanl Minta Pedagang Jual Telur Rp27.000 Per Kilogram
Dia menjelaskan kelima fatwa tersebut dilatarbelakangi dengan upaya pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan dan masalah keamanan
spesifik, yang dihadapi oleh perempuan dan anak perempuan dengan berlatar pada konteks saat ini, seperti sengketa tanah dan konflik sumber daya alam, disinformasi dan ujaran kebencian online yang dapat mengarah pada intoleransi dan radikalisme.
Adapun lima fatwa adalah:
1. Pengelolaan dan Pengolahan Sampah untuk Keselamatan Perempuan dan
Kehidupan
2. Pelibatan Perempuan dalam Pencegahan Ekstrimisme untuk Merawat NKRI
3. Pemaksaan Perkawinan pada Perempuan
4. Perlindungan Jiwa Perempuan dari Bahaya Kehamilan Akibat Perkosaan
5. Melindungi Perempuan dari Bahaya Pelukaan dan Pemotongan Genital perempuan
Pemred Konde.co, Luviana mengatakan pelatihan ini menjadi salah satu upaya meningkatkan pemahaman jurnalis terkait dengan keberpihakan ulama perempuan pada kepentingan berbasis kesetaraan dan gender.
Kegiatan ini juga, tambah dia harapkan menjadi medium untuk pengayaan para jurnalis terkait kiprah ulama perempuan Indonesia.
"Mungkin selama ini masih belum banyak yang tahu kalau ulama perempuan pun berperan penting dalam setiap lini kehidupan keagamaan dan masyarakat," kata dia.
Ia mengungkapkan ulama perempuan sebenarnya sudah sejak lama eksis tetapi cenderung kalah gaungnya dengan ulama laki-laki.
Hingga kini berapa banyak perempuan yang memimpin pesantren dan memimpin perguruan tinggi Islam, sudah cukup banyak, kata dia lagi.
Baca Juga:
- Periode Lock Up Segera Berakhir, GoTo Dikabarkan akan PHK 1.000 Karyawan
- Diakuisisi Elon Musk, Belanja Iklan Via Twitter Meningkat Hampir 18%
- Harga Beras Naik, Stok Pedagang Palembang Cukup
Hadir juga aktivitas dan jurnalis senior Andreas Harsono sebagai narasumber yang menyampaikan beragam permasalahan HAM terkait kebebasan beragama di Indonesia.
Kasus-kasus perempuan yang dipaksa menggunakan jilbab di sekolah negeri juga menjadi catatan permasalahan yang banyak terjadi, kata dia.
Andre dan peserta asal Sumatera Barat juga mencontohkan bagaimana kasus siswi yang beragama bukan Islam dipaksa memakai jilbab saat bersekolah.
Disampaikan juga bagaimana peran jurnalis sangat strategis dalam perjuangan HAM sebagai bagian dari upaya menegakan kebenaran.(ert)