7 Langkah Menerapkan Keberlanjutan dalam Rutinitas Kecantikan

Ilustrasi wanita menggunakan skincare. (ist/freepik)

JAKARTA, WongKito.co – Saat membicarakan rutinitas kecantikan, kita biasanya mengaitkannya dengan relaksasi. Skincare sering dianggap sebagai momen untuk melepas penat, sekaligus bentuk kecil dari self-care dan self-love.

Namun, sering kali kita lupa bahwa perawatan kulit juga memberi dampak pada lingkungan. Skincare tidak hanya soal produk cruelty-free atau vegan, tetapi juga tentang gaya hidup berkelanjutan yang tetap bisa menyenangkan sekaligus membuat kita merasa lebih baik.

Meningkatkan keberlanjutan dalam rutinitas kecantikan kini menjadi tren penting dalam beberapa tahun terakhir sebagai upaya menjaga sumber daya alam. Secara sederhana, sustainable beauty berfokus pada produk yang baik bagi bumi sekaligus aman untuk kesehatan konsumen.

Produk disebut berkelanjutan karena menggunakan bahan yang aman, tidak beracun, dan tidak berasal dari sumber daya yang dieksploitasi berlebihan. Selain itu, produsen biasanya juga menggunakan kemasan ramah lingkungan serta memproduksi barang di pabrik yang memperhatikan kesejahteraan pekerja.

Berikut cara menerapkan sustainable beauty:

1. Pilih Produk Ramah Lingkungan

Salah satu produk yang paling berbahaya bagi lingkungan adalah microbead, yaitu butiran kecil dari mikroplastik yang tidak bisa terurai. Microbead biasanya ditemukan dalam sabun, scrub, lulur, dan produk sejenis.

Selain itu, hindarilah produk yang pernah diuji coba pada hewan karena hal tersebut berkaitan dengan praktik animal cruelty. Sebagai gantinya, pilihlah produk berbahan alami dan organik, termasuk merek lokal yang mendukung gerakan hijau.

Namun, perlu dipahami produk ramah lingkungan belum tentu sepenuhnya sustainable. Contohnya, kosmetik berbahan minyak sawit memang terbuat dari minyak nabati sehingga dianggap ramah lingkungan.

Akan tetapi, praktik perkebunan kelapa sawit sering kali menimbulkan masalah, seperti eksploitasi lahan dan deforestasi hutan. Minyak sawit baru bisa disebut ramah lingkungan sekaligus berkelanjutan bila dikelola sesuai prinsip pertanian berkelanjutan.

2. Ganti ke Kapas Reusable

Benda utama yang sering digunakan untuk menghapus makeup adalah kapas. Namun sayangnya, produksi kapas sangat boros air. Menurut laporan theguardian.com, dibutuhkan sekitar 10.000 liter air hanya untuk menghasilkan satu kilogram kapas.

Hal ini meninggalkan water footprint yang besar. Selain itu, penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen juga berdampak buruk, karena dapat merusak kualitas tanah pertanian.

Kapas yang tidak berasal dari bahan organik sering kali menggunakan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan satwa.

Karena kapas sekali pakai mudah ditemukan, banyak orang kurang menyadari dampak lingkungan dari penggunaannya setiap hari. Sebagai alternatif, pilihlah kapas yang bisa dicuci ulang atau kapas organik.

3. Daur Ulang atau Gunakan Kembali Kemasan

Industri kosmetik global menghasilkan sekitar 120 miliar unit kemasan setiap tahunnya, mulai dari kotak karton, sisipan kertas, tabung, botol, hingga palet dengan berbagai ukuran. Beberapa jenis kemasan, seperti kaca berlapis cermin atau pompa plastik, sering kali menyulitkan proses daur ulang.

Meski sulit sepenuhnya menghindari produk dengan kemasan, Anda tetap bisa mengurangi penggunaan plastik berlebih dan melindungi laut dengan cara mendaur ulang atau memanfaatkan kembali wadah kosong sebanyak mungkin.

Saat ini, banyak toko menawarkan keuntungan bagi pelanggan yang mengembalikan kemasan kosong untuk didaur ulang. Anda juga bisa memilih brand yang menggunakan kemasan ramah lingkungan, seperti botol kaca, pouch isi ulang, atau wadah dengan sistem isi ulang yang bisa digunakan kembali.

4. Pilih Kemasan Biodegradable

Kemasan produk merupakan salah satu penyumbang terbesar timbulan sampah, khususnya plastik yang berbahaya bagi lingkungan.

Karena itu, sebaiknya mulai beralih ke produk dengan kemasan ramah lingkungan. Beberapa pilihan kemasan yang lebih mudah terurai antara lain kertas, karton, atau bungkus berbahan tali rami.

Lebih baik lagi, pilih produk “telanjang” tanpa kemasan berlebih yang biasanya dijual di bulk store, seperti sabun cair maupun sabun batang.

Toko semacam ini umumnya menerapkan prinsip zero waste dalam aktivitas jual belinya. Jangan lupa juga membawa tas belanja atau goodie bag sendiri untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai.

5. Jangan Biarkan Air Mengalir Sia-sia

Matikan keran atau shower saat tidak digunakan, misalnya ketika sedang mengoleskan sabun wajah atau body scrub. Menghemat air meski hanya beberapa detik sudah memberi dampak positif bagi lingkungan. Anda juga bisa mencoba mencuci wajah dengan kain mikrofiber lembap serta menggunakan air dingin untuk mengurangi konsumsi energi.

Setiap tetes air sangat berarti. Dengan menerapkan kebiasaan hemat air, Anda turut menjaga kelestarian sungai, teluk, dan muara. Selain itu, langkah ini juga dapat menekan biaya pengolahan air bersih maupun limbah, serta mengurangi energi yang dibutuhkan untuk memompa dan memanaskan air.

6. Dukung Merek yang Berkomitmen pada Green Beauty

Pilihlah produk perawatan kulit berkelanjutan yang mendukung kesadaran akan perubahan iklim. Saat ini, banyak brand kecantikan dengan bahan organik dan bebas paraben yang digemari karena baik untuk kulit sekaligus ramah lingkungan. Namun, upaya keberlanjutan tidak berhenti sampai di situ.

Brand bisa menghadirkan produk multifungsi untuk mendukung rutinitas kecantikan ramah lingkungan, semakin sedikit produk yang dibeli, semakin sedikit pula limbah yang dihasilkan.

Selain itu, mereka juga dapat menggunakan kemasan isi ulang atau dapat didaur ulang, berinovasi dengan solusi bebas plastik, mengurangi kemasan, bahkan menawarkan produk tanpa kemasan sama sekali.

7. Peduli pada Laut

Menjadi ramah lingkungan berarti juga memperhatikan bagaimana sebuah produk dibuat hingga apa yang terjadi setelah produk tersebut digunakan.

Beberapa produk perawatan kulit seperti losion, scrub wajah, tabir surya, hingga eksfoliator sering kali mengandung bahan kimia atau zat berbahaya bagi laut, salah satunya mikroplastik. Mikroplastik dari butiran scrub tidak tersaring di instalasi pengolahan air limbah dan akhirnya terbawa ke laut.

Karena ukurannya sangat kecil, partikel ini mudah tertelan atau terserap oleh biota laut. Mikroplastik yang umumnya terbuat dari polietilen atau bahan petrokimia lain ini sangat berbahaya bagi kehidupan laut.

Oleh karena itu, periksa kandungan dalam produk kecantikan Anda. Pilihlah bahan mineral ramah terumbu karang, seperti non-nano zinc oxide, dan gunakan eksfoliator, losion, atau pasta gigi berbahan alami yang dapat terurai, bukan produk dengan butiran mikroplastik berbahaya.

Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Distika Safara Setianda pada 6 September 2025.

Editor: Redaksi Wongkito
Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories