AJI Rayakan 31 Tahun Menjaga Independensi Jurnalisme

Ketua Umum AJI Nani Afrida dalam perayaan HUT ke-31 AJI di Jakarta. (ist/youtube)

JAKARTA, WongKito.co - Perayaan ulang tahun ke-31 Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia pada 2025 ditandai tekanan berlipat kepada jurnalis dan media massa. Represi yang tidak berhenti, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK), dan swasensor yang bisa menggerus independensi ruang redaksi membayangi hari-hari peringatan kelahiran AJI yang dideklarasikan pada 7 Agustus 1994.

Total kekerasan kepada wartawan terjadi sebanyak 74 kasus pada 2024. Ancaman demi ancaman juga diterima pada delapan bulan pertama tahun 2025. Kiriman potongan tubuh hewan, penyanderaan, kekerasan brutal, hingga penganiayaan terus terkonfirmasi baik oleh aparat negara maupun para penghambat kebebasan pers lainnya menjadi serangan nyata yang diterima.

Tekanan juga datang dari pemodal. Dari riset AJI terakhir tentang ketenagakerjaan hingga 8 Agustus 2025, sebanyak 1.002 orang dari 15 perusahaan media massa online, televisi, cetak dalam bentuk grup dan jaringan terdampak PHK dengan alasan efisiensi. Dan lebih miris lagi, riset itu menunjukkan bahwa lebih dari 60% jurnalis yang di-PHK sebelumnya diupah dengan gaji di bawah UMR, tanpa mendapatkan jaminan kesehatan dan jaminan ketenagakerjaan.

Lainnya memilih diam karena takut menjadi orang yang kehilangan pekerjaan berikutnya. Saat tekanan PHK dikedepankan, upah murah, status kerja tidak tetap, dan makin masifnya praktik swasensor juga mengikuti setelahnya dan membuat suara kritis semakin terpinggirkan.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar malam resepsi peringatan hari ulang tahun ke-31 di Jakarta, pada Jumat, 8 Agustus 2025 dengan tema “Menjaga Independensi di Era Represi, Ancaman PHK dan Swasensor”.

Ketua Umum AJI Indonesia Nany Afrida dalam sambutannya pada perayaan HUT ke-31 AJI, menekankan bahwa pers harus kembali ke tugas utamanya, menjadi kontrol sosial dan edukasi yang independen seperti yang diamanatkan dalam UU Pers No. 40/1999. Untuk ini dibutuhkan kemerdekaan pers.  

“Kita mungkin tidak punya kekuasaan besar. Tapi kita punya suara,dan selama kita masih punya suara artinya kita tidak akan diam," kata Nany Afrida di Jakarta, 8 Agustus 2025.

Dia mengungkap kondisi pers hari ini telah terlihat gejalanya sejak 3 tahun terakhir dan menguat di tengah pergantian pemerintahan hingga saat ini. Tindakan represif inilah yang memicu aksi solidaritas sekaligus perlawanan.

Nany mengungkap AJI menggelar puncak perayaan hari ulang tahun tersebut dengan serangkaian acara untuk menjaga api perjuangan ini. Sejarawan dan pejuang hak asasi manusia Ita Fatia Nadia menyampaikan orasi kebudayaan sebagai ruang renungan, bahwa tanpa ingatan dan keberanian, kebebasan hanyalah slogan kosong

Sekretaris Jenderal AJI Indonesia, Bayu Wardhana mengatakan media massa bekerja berdasarkan kode etik jurnalistik dan berada di bawah payung undang-undang. Bayu mengingatkan gelombang PHK di sektor media belakangan ini menjadi bukti ekosistem informasi publik sedang dalam kondisi kritis. 

AJI pun mendesak adanya keberpihakan nyata dari pemerintah untuk menjaga keberlangsungan pers profesional. “Sebagai pilar keempat demokrasi, media massa memerlukan dukungan konkret agar tetap hidup dan menjalankan fungsinya.” kata Bayu Wardhana. 

Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat  menyampaikan keprihatinannya jika pendidikan jurnalistik tidak dilakukan secara intens, Pendidikan yang dia maksud mencakup kombinasi antara pengetahuan teoritis, keterampilan praktis, etika profesional, serta pemahaman teknologi media modern.

“Saya bangga dengan komunitas AJI yang masih menjaga idealisme, dan semangat belajar. Karena wartawan itu bukan sekadar membuat berita. Tetapi bagian dari pemikir, yang ikut membentuk, membangun dan membentuk opini dalam pembangunan bangsa,” kata Komaruddin Hidayat dalam sambutannya pada malam resepsi HUT ke-31 AJI di Jakarta, Jumat, 8 Agustus 2025 .

Komaruddin kemudian mengutip pernyataan sejarawan dan penulis asal Israel Yuval Noah Harari, bahwa  peradaban atau perilaku manusia dibentuk oleh news maker, baik itu wartawan atau penulis buku yang akan membentuk wawasan dan informasi masyarakat. Peradaban, reformasi dan perubahan renaissance dibentuk dengan penyebaran informasi. Itu merupakan kerja media massa.

Menurutnya jurnalis yang independen akan sangat erat kaitannya dengan semangat kemerdekaan Indonesia yang berpihak pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

“Karena hampir seabad usia kemerdekaan Indonesia, tetapi sebagian rakyat kita belum merdeka dari kemiskinan, kebodohan dan penindasan, serta belum merdeka dari lapangan kerja. Sehingga spirit inilah yang harus dikawal oleh AJI. Karena sejak kemerdekaan, yang menyampaikan informasi kepada dunia adalah wartawan,” kata Komaruddin Hidayat.

Komaruddin juga menyinggung terkait hadirnya teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan dalam dunia digital, yang membawa perubahan besar dalam praktik jurnalistik, baik dari segi produksi dan konsumsi informasi. Sehingga sebagian sulit melakukan validasi dari beredarnya hoaks atau informasi palsu yang menyesatkan.

“Itu semuai adalah tantangan bagi kita saat ini. Sehingga media massa bisa diregulasi, tetapi tidak akan bisa dihentikan, karena itu adalah suara aspirasi milik masyarakat,” ujar Komaruddin.

Tiga seri penghargaan sebagai bentuk penghormatan bagi jurnalis dan pegiat media yang tetap teguh melawan tekanan, membela kebenaran, dan berpihak pada rakyat miskin, perempuan, serta kelompok tertindas lainnya juga akan diserahkan.

Udin Award adalah penghargaan yang diberikan oleh AJI Indonesia kepada jurnalis atau kelompok jurnalis, komunitas, atau lembaga media yang menjadi korban kekerasan dalam menjalankan tugas jurnalistik mereka. Penghargaan ini bertujuan untuk mengenang jasa dan keberanian Udin, seorang jurnalis yang dibunuh karena mengungkap kasus korupsi.

Tasrif Award menegaskan pentingnya integritas dalam karya jurnalistik. Penghargaan itu diberikan kepada individu, kelompok, atau organisasi yang gigih memperjuangkan kebebasan pers, kebebasan berekspresi, dan nilai-nilai keadilan serta demokrasi. Sementara SK Trimurti Award menjadi pengingat bahwa jurnalisme adalah ruang perjuangan perempuan.

Dalam kesempatan yang sama, juga diserahkan apresiasi karya jurnalistik Pers Mahasiswa 2025. Penghargaan ini diberikan untuk karya-karya yang menembus batas kampus, menggugah kesadaran, dan memihak pada kelompok tertindas.

Para Peraih Penghargaan SK Trimurti Award, Udin Award, Tasrif Award, dan Pers Mahasiswa

Dalam perayaan kali ini, AJI Indonesia menganugerahkan SK Trimurti Award 2025 kepada Yasinta Moiwend, 60 tahun, perempuan dari suku Marind-Anim, Papua Selatan. Sosok yang gigih memperjuangkan hak-hak masyarakat adat dalam mempertahankan tanah ulayatnya dari proyek penghancuran tanah adat Papua. Termasuk, Proyek Strategis Nasional (PSN) food estate di Merauke.

Dewan Juri menilai sosok yang akrab dipanggil Mama Yasinta itu memiliki keberanian, integritas, dan komitmen dalam perjuangan pembelaan atas keadilan bagi masyarakat adat di tengah kesewenang-wenangan proyek pembangunan yang merusak lingkungan.

Selanjutnya Udin Award, penghargaan diberikan kepada Fransisca Christy Rosana, redaktur desk nasional Majalah Tempo dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Francisca dikenal sebagai sosok perempuan yang meliput isu-isu politik dan penyalahgunaan kekuasaan oleh tokoh-tokoh terkemuka.

Bersamaan, Udin Award juga diberikan kepada Safwan Ashari Raharusun dari Tribun-Papua.com. Safwan pernah meliput isu-isu kritis seperti gizi buruk, rasisme, lingkungan hingga hak asasi manusia di Papua Barat. Dalam peliputan di Sorong, Papua Barat Daya. 

Safwan sempat diperhadapkan dengan kompleksitas liputan tentang kasus kekerasan warga sipil dan konflik hingga sempat dicari sejumlah aparat karena beritanya. 
Sedangkan anugerah Tasrif Award diberikan kepada LBH Padang dan Solidaritas Pekerja CNN Indonesia (SPCI) yang dideklarasikan pada 27 Juli 2024.  

Sejak berdiri pada 1982, LBH Padang hadir di garda terdepan pembelaan Hak Asasi Manusia di Sumatera Barat. Selama 2024, sedikitnya 24 kasus ditangani oleh LBH Padang. Salah satunya kasus kematian Afif Maulana, bocah 13 tahun yang tewas di Jembatan Kuranji Padang, dalam suatu operasi kepolisian. Banyak kasus penting yang mereka tangani, mulai dari tindakan represif dan penyiksaan warga oleh aparat, isu-isu kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama, kasus lingkungan, hak difabel, hingga perampasan lahan warga oleh korporasi.

Sementara itu, Solidaritas Pekerja CNN Indonesia (SPCI) yang dideklarasikan pada 27 Juli 2024 sebagai wadah perjuangan para pekerja CNN Indonesia melawan keputusan sepihak manajemen yang memotong upah pekerja. Namun, SPCI malah diberangus dengan pemecatan para deklarator, sesaat setelah pemberitahuan ke manajemen. Paradoks, perusahaan media yang kerap menyuarakan hak asasi manusia justru membungkam suara kritis dari dalam dan, mengabaikan pemenuhan hak-hak para pekerjanya.

SPCI melawan dengan melayangkan gugatan hukum di Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) oleh 7 pekerja di Jakarta dan 1 pekerja di Surabaya. PHI di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan, pemotongan upah dan PHK oleh manajemen, tidak sah. Begitu pula PHI di PN Surabaya, yang menyatakan manajemen bersalah telah memotong upah tanpa kesepakatan.

Mendirikan serikat pekerja di lingkungan perusahaan media bukan perkara mudah. Jalan panjang ini ditempuh SPCI demi menegakkan hak berserikat, agar tidak ada lagi pekerja yang takut bersuara memperjuangkan haknya. Sebab, ini semua bukan perkara melawan perusahaan yang tidak punya tradisi berserikat. Ini soal bicara kebenaran.

Sementara itu, Penghargaan Karya Jurnalistik Pers Mahasiswa 2025 diberikan kepada  Nadya Amalia Melani dan Putri Anggraeini, dari lembaga Poros Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Keduanya adalah sosok yang memiliki pandangan tajam dan gelisah dengan keadaan di sekitar mereka. (*)

Editor: Redaksi Wongkito
Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories