AJI: Serangan Israel ke Media dan Masyarakat Sipil Tindakan Kriminal Luar Biasa

Al-Jalaa, gedung yang menjadi kantor bagi sejumlah media asing hancur karena serangan udara Israel. (foto REATURES via BBC Indonesia)

PALEMBANG, WongKito.co - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia  mengecam keras serangan bom Israel pada kantor-kantor media dan permukiman warga sipil di Palestina. AJI menilai, serangan itu adalah upaya pembungkaman dan sensor terhadap pemberitaan media atas kekerasan yang dilakukan di Jalur Gaza.

AJI juga menyerukan solidaritas media pada kolega jurnalis yang kantornya dibom, serta mendesak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk segera mengambil tindakan perlindungan dan jaminan kemanan meliput terhadap seluruh awak media di area konflik Israel-Palestina.

Sebagaimana dikutip dari Tempo, dalam konflik yang terus memanas belakangan ini antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas, militer Israel melancarkan beberapa kali serangan udara ke Gaza. Salah satu bom menyasar Menara Al-Jalaa, tempat sejumlah kantor berita, seperti Associated Press (AP), Middle East Eye, dan Al Jazeera, pada 15 Mei 2021.

Anadolu Agency melaporkan, total 10 jurnalis terluka dan 32 kantor media hancur dalam konflik tersebut. Sedangkan dari pihak sipil, Reuters mencatat ada 149 orang Palestina, di antaranya anak-anak, dan 10 orang Israel, termasuk dua anak-anak.

Isreal diduga sengaja melakukan teror pada media setelah pemilik gedung Al-Jalaa mengaku mendapatkan peringatan lanjutan tentang serangan dan mengevakuasi seluruh penghuni. Serangan udara juga menargetkan Menara Al-Shorouk pada 13 Mei dan Menara Al-Jawhara pada 11 Mei yang merupakan kantor bagi LSM dan perwakilan institusi masyarakat sipil dari berbagai negara.  

Perlindungan terhadap jurnalis di area konflik adalah mutlak harus dilakukan oleh negara manapun karena dijamin oleh hukum internasional. Tindakan itu tidak hanya mencederai norma dan kesepakatan tetapi juga merupakan tindakan kriminal yang harus dilawan bersama.  

“Karena itu, AJI Indonesia mengutuk keras kekerasan terhadap jurnalis, media dan warga sipil di Jalur Gaza. Serangan pada jurnalis merupakan pembungkaman dan sensor terhadap fakta kekerasan yang sengaja ingin ditutup-tutupi,” tegas Ketua AJI Indonesia, Sasmito Madrim dalam pernyataan sikapnya, Senin (17/5).

AJI menilai pembungkaman media di Jalur Gaza dengan cara kekerasan tidak hanya melukai jurnalis yang merupakan ujung tombak informasi di lokasi konflik, tetapi juga memperburuk kondisi warga di Palestina dan menutup akses terhadap bantuan kemanusiaan yang seharusnya diterima warga.

“Kami menilai serangan brutal Israel pada jurnalis, media, dan masyarakat sipil adalah tindakan kriminal luar biasa yang harus direspon dengan hukum internasional,” tegas Sasmito.

Pihaknya juga mendesak PBB dan komunitas internasional mengambil langkah inisiatif untuk menekan militer Israel dan Hamas agar menghentikan semua aksi kekerasan yang telah memakan korban jiwa jurnalis dan warga sipil, baik di Palestina maupun beberapa dari pihak Israel.

AJI mengingatkan PBB segera mengupayakan perlindungan penuh terhadap jurnalis yang bekerja di Jalur Gaza dan area konflik Israel-Palestina serta menjamin agar informasi dapat dibuka seluas-luasnya pada masyarakat internasional. Meminta Indonesia secara aktif terlibat dalam upaya perdamaian Palestina dan Israel, termasuk turut aktif menghentikan aksi kekerasan di Jalur Gaza terhadap media dan warga sipil.

“AJI menyerukan organisasi-organisasi jurnalis dan komunitas internasional untuk bersama-sama melakukan langkah aktif merespon kondisi di Jalur Gaza, serta bersolidaritas terhadap jurnalis dan warga sipil yang menjadi korban konflik,” katanya. (tri)

Bagikan

Related Stories