Akademisi FISIP UIN Raden Fatah, Ikuti Training Cek Fakta

Akademisi FISIP UIN Raden Fatah, Ikuti Training Cek Fakta (WongKito.co/Elsa)

PALEMBANG, WongKito.co - Literasi digital pengecekan fakta merupakan salah satu upaya dan cara untuk memerangi hoaks. Pasalnya, literasi digital membantu untuk berpikir kritis dan cakap dalam menggunakan media sosial.

Maka dari itu AJI menggelar training sebagai sarana bagi kalangan akademisi untuk berdiskusi mengenai berbagai perkembangan mis-disinformasi.

Selain itu, mendorong kalangan akademisi untuk menginternalisasi kurikulum cek fakta dalam materi kampusnya.

Nila Ertina trainer bersertifikasi Google News Initiative dan juga  MPO AJI Palembang mengatakan, AJI menilai jurnalis tidak akan mampu memverifikasi semua informasi di era disrupsi digital. Butuh kolaborasi untuk menjernihkan informasi, termasuk dengan akademisi.

"Pelatihan selama dua hari ini diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan pemahaman para peserta terkait, mis-disinformasi, jurnalisme digital, verifikasi informasi digital, dan tools keamanan digital," ujar Nila usai memberikan pelatihan Literasi Digital di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Raden Fatah Palembang, Rabu (14/09/2022).

Baca Juga:

Dalam pelatihan tersebut ada beberapa hal yang disampaikan oleh Nila yang juga Pemred WongKito.co, salah satunya yakni memahami mis-disinformasi.

Pelatihan ini diikuti 20 akademisi dari program FISIP UIN Raden Fatah Palembang. Sehingga nantinya akan melahirkan akademisi yang paham literasi digital.

Senada dengan hal tersebut, Yulion Zalpan yang juga merupakan Trainer bersertifikasi Google News Initiative menuturkan, para akademisi adalah tenaga yang sangat strategis menebarkan fakta. Dengan pelatihan ini, kita bisa mencegah adanya peretas di handphone kita atau media sosial kita.

"Sisi praktisnya untuk meningkatkan kemampuan para akademisi," tutur dia yang juga dosen FISIP  UIN Raden Fatah.

Baca Juga:

Sementara itu, Wakil Dekan II  FISIP UIN Raden Fatah Palembang, Ainur Rofik menilai, bahwa kegiatan literasi digital ini bisa memperbanyak dan memperkuat kolaborasi akademisi dalam memilah fakta.

"Training ini diperlukan untuk saling bahu-membahu melawan mis-disinformasi," katanya.

Dari training tersebut sehingga akademisi mendapatkan sejumlah metode untuk mengecek kebenaran informasi, baik foto dan video.

"Selama ini kita hanya menerima dan membaca saja tanpa tahu hal tersebut benar atau tidak. Jadi dengan memahami caranya, kita bisa menjelaskan cara memverifikasi sebuah fakta kepada mahasiswa," tutupnya. (Elsa)

Editor: Nila Ertina

Related Stories