Ekonomi dan UMKM
Begini Prediksi Analis ke Depannya, IHSG Telah Melonjak 6,31 Persen di 2024
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 7.731 pada sesi pertama perdagangan Jumat, 6 September 2024. Dengan pencapaian ini, IHSG mencatatkan penguatan sebesar 6,31% secara year to date, menandakan tren positif di pasar saham.
Bagaimana prospek IHSG ke depan? JP Morgan Indonesia memproyeksikan IHSG bisa mencapai level 7.800 hingga akhir tahun 2024. Proyeksi ini merupakan target bullish yang meningkat dari prediksi sebelumnya, yang memperkirakan IHSG hanya akan mencapai 7.500, angka yang kini telah terlampaui.
Head of Research & Strategy JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo menyatakan bahwa IHSG saat ini berada di all time high jika dibandingkan dengan indeks lainnya seperti LQ45 dan MSCI Indonesia. Ia percaya LQ45 masih memiliki potensi untuk menguat lebih besar.
Baca juga:
- Klaim Deviden BUMN Membaik, tapi Masih Kalah Jauh Dibanding Swasta
- Cek inilah, 20 Instansi Paling Sepi Peminat di CPNS 2024
- Update Harga Sembako Palembang: Harga Bawang Merah mulai Naik, Tomat Anjlok
“Dengan target bullish di 7.800, jika aliran dana terus masuk, target tersebut bisa tercapai,” ungkapnya dalam keterangannya dikutip pada 6 September 2024.
Lebih lanjut, JP Morgan Indonesia menilai peringkat IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah overweight, didorong oleh beberapa faktor positif. Pertama, Indonesia diperkirakan akan mendapatkan dampak positif dari penurunan Fed Funds Rate (FFR).
JP Morgan memprediksi Federal Reserve atau The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali hingga akhir tahun, dengan total penurunan mencapai 125 basis poin: 50 basis poin pada bulan September, 50 basis poin pada bulan November, dan 25 basis poin pada bulan Desember.
“Sejalan dengan itu, kami memprediksi bahwa Bank Indonesia (BI) juga akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin dari September hingga Desember, yakni 25 basis poin pada September dan 25 basis poin pada Desember,” jelasnya.
Memperbaiki Likuiditas
Henry menambahkan bahwa penerapan kebijakan pelonggaran moneter akan memperbaiki likuiditas, yang diprediksi akan mengalihkan aliran dana dari pasar maju ke pasar berkembang, dengan Indonesia sebagai salah satu yang diuntungkan.
Kedua, JP Morgan Indonesia mencatat adanya reformasi struktural yang berkelanjutan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Mereka yakin Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar kelima pada tahun tersebut.
“Kita perlu melakukan berbagai reformasi, termasuk evolusi dari eksportir komoditas menjadi pusat manufaktur. Dengan memperbesar sektor manufaktur, visi Emas 2045 dapat tercapai dengan baik,” ungkapnya.
Ketiga, JP Morgan Indonesia melihat adanya pemulihan laba emiten di pasar saham Indonesia, dengan pertumbuhan corporate earnings yang diperkirakan mencapai mid to high single digit, sekitar 5%-9%. Penguatan rupiah juga menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan laba tersebut.
“Rupiah memiliki sensitivitas tinggi terhadap pergerakan laba perusahaan. Dalam beberapa bulan terakhir, rupiah telah menguat sekitar 5% hingga 6%, dari Rp16.200 kini turun menjadi Rp15.500, yang berdampak positif bagi emiten-emiten kita. Pertumbuhan laba perusahaan seharusnya bisa pulih,” tutupnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 06 Sep 2024