Ragam
Bisa Dicoba, Berikut 6 Strategi Menabung ala Gen Z
JAKARTA – Gen Z, generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 sering digambarkan sebagai kelompok yang dibebani pinjaman pendidikan, biaya hidup tinggi, dan ketidakpastian ekonomi.
Namun, hal itu tidak menghalangi mereka untuk menjadi generasi yang cerdas dalam menabung.
Sebagai generasi pertama yang tumbuh sepenuhnya di era teknologi dan media digital, Gen Z terbiasa dengan perbankan online, berbagai alat fintech canggih, serta beragam konten keuangan yang membentuk cara mereka mengelola uang.
Baca juga:
- Cek 5 Buah yang Membuat Kulit Kamu Glowing Secara Alami
- Inovasi Padi Apung dan Gerakan Mandiri Benih Sumsel, Cerita di Tengah Kenaikan Harga Beras
- Hoaks: Prabowo akan Hapus Jabatan Kepala Desa
Generasi ini juga menjunjung keterbukaan dan keaslian, termasuk dalam urusan keuangan pribadi.
Jika generasi sebelumnya menganggap topik gaji atau saldo rekening sebagai hal tabu, Gen Z justru memiliki pola pikir modern dan terbuka membagikan kondisi finansial mereka kepada teman, keluarga, bahkan publik di internet.
“Gen Z semakin terampil dalam menabung, terutama dengan kondisi yang mereka hadapi,” ujar Brennan Thiergartner, perencana keuangan bersertifikat di Fidato Wealth, dilansir dari Yahoo Finance.
“Mereka tumbuh melewati pandemi, inflasi, serta berita terus-menerus soal utang pendidikan dan biaya perumahan, sehingga wajar bila mereka lebih berhati-hati dalam mengelola uang,” imbuhnya.
Thiergartner menambahkan, Gen Z sangat menghargai fleksibilitas dan kemandirian. Itulah sebabnya banyak dari mereka berusaha meraih kebebasan finansial dan mencari cara-cara kreatif untuk mencapai tujuan mereka.
Namun, sifat ini bukan hanya milik anak muda berusia 20-an. siapa pun bisa meniru strategi Gen Z untuk membangun stabilitas keuangan di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan saat ini.
Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Berikut strategi menabung ala Gen Z yang bisa dicoba:
1. Envelope Budgeting atau Cash Stuffing
Metode anggaran amplop adalah sistem berbasis uang tunai di mana penghasilan dibagi ke dalam beberapa amplop, masing-masing diberi label sesuai kategori pengeluaran, seperti belanja kebutuhan pokok, sewa, bensin, hingga hiburan.
Prinsipnya sederhana, ketika uang dalam satu amplop habis, maka tidak boleh ada pengeluaran lagi untuk kategori tersebut sampai bulan berikutnya. Meskipun sudah dikenal sejak lama, metode ini kembali populer di kalangan Gen Z.
Tren ini sering disebut cash stuffing dan menjadi viral di TikTok maupun Instagram, dengan banyak pengguna yang merekam diri mereka saat mengisi ulang binder anggaran yang estetik dan membagikan perkembangan keuangan mereka secara daring.
Bagi Gen Z, anggaran amplop bukan hanya cara praktis mengatur uang, tapi juga gaya hidup yang membuat disiplin finansial terasa lebih menyenangkan.
Meski demikian, metode ini tidak hanya bermanfaat bagi anak muda, melainkan juga bagi siapa saja yang kesulitan menjaga konsistensi dalam pengelolaan anggaran.
2. Memanfaatkan otomatisasi dan AI
Konsistensi adalah kunci dalam menumbuhkan tabungan. Saat ini, tersedia banyak sekali alat yang bisa membantu proses tersebut. Khususnya generasi muda, mereka sangat akrab dengan penggunaan otomatisasi dan kecerdasan buatan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pengelolaan keuangan.
“Hal yang menonjol adalah bagaimana Gen Z mengintegrasikan teknologi ke dalam kebiasaan finansial mereka, karena mereka merupakan generasi pertama yang lahir di era digital,” jelas Thiergartner.
“Mereka memanfaatkan aplikasi untuk memantau pengeluaran, menabung secara otomatis, hingga menginvestasikan uang receh,” sambungnya.
3. Tantangan Menabung dengan Gamifikasi
Membuat aktivitas menabung terasa seperti permainan bisa menjadi motivasi agar tetap konsisten, meski harus berkorban atau mengambil keputusan sulit terkait penggunaan uang.
Berbagai tantangan menabung, mulai dari No Buy 2025 hingga tantangan menabung 52 minggu, semakin populer di kalangan Gen Z.
Inti dari tantangan ini adalah berkomitmen untuk memangkas pengeluaran non-esensial dalam jangka waktu tertentu, sehingga bisa menyisihkan lebih banyak uang untuk tujuan finansial yang lebih penting.
Jadi, jika kalian merasa buntu atau kehilangan semangat untuk menabung, coba ikuti cara Gen Z, ubah prosesnya menjadi tantangan pribadi.
4. Loud Budgeting
Gen Z dikenal vokal dan tegas dalam menetapkan batasan, dan hal ini juga tercermin dalam strategi keuangan yang disebut loud budgeting.
Metode ini fokus pada kemampuan menetapkan batas dengan teman maupun keluarga, serta membiasakan diri untuk berkata “tidak” terhadap aktivitas sosial yang tidak sesuai dengan tujuan finansial.
Contohnya, alih-alih beralasan “Aku sibuk malam ini” demi menghindari makan malam mahal, seseorang yang menerapkan loud budgeting akan terus terang berkata, “Aku nggak ikut karena sedang menabung untuk dana darurat.”
Tujuannya adalah menormalkan obrolan tentang uang secara terbuka sekaligus mengurangi stigma terkait prioritas keuangan, nilai yang sangat dijunjung oleh Gen Z.
5. Belanja Barang Bekas atau Thrifting
Salah satu cara Gen Z menambah tabungan adalah dengan menekuni budaya thrifting, bahkan sampai membuat grup di media sosial dan memamerkan temuan mereka dari toko barang bekas secara online.
Menurut survei Harris tahun 2024, sebanyak 63% Gen Z pernah membeli pakaian atau aksesori bekas (baik dari toko barang bekas maupun marketplace resale), lebih tinggi dibandingkan 47% orang dewasa di AS secara keseluruhan.
Belanja barang bekas mulai dari pakaian, perlengkapan rumah, hingga barang lainnya dapat membantu menghemat anggaran karena harganya jauh lebih murah dibandingkan toko ritel biasa.
Selain itu, thrifting juga memberi manfaat lain, seperti mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan serta membuka peluang menemukan gaya vintage atau koleksi lama yang sudah tidak diproduksi.
6. Memulai Pekerjaan Sampingan (Side Hustle)
Mengurangi pengeluaran memang bisa menambah tabungan, tetapi tetap ada batasnya. Sebaliknya, potensi penghasilan bersifat tidak terbatas.
Karena itu, memulai pekerjaan sampingan menjadi cara cerdas untuk meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat tercapainya tujuan finansial.
Menurut survei dari Self, perusahaan penyedia layanan pembangunan kredit, lebih dari 4 dari 5 Gen Z (81,9%) memiliki pekerjaan sampingan.
Rata-rata, mereka yang berusia 18-24 tahun menghasilkan sekitar US$533,43 per bulan, atau lebih dari US$6.400 per tahun dari usaha sampingannya.
“Mereka biasanya menyalurkan penghasilan dari berbagai sumber ke tabungan, sesuatu yang dulu tidak banyak dimiliki generasi sebelumnya,” jelas Thiergartner.
Dengan akses internet, Gen Z bisa menemukan berbagai cara bukan hanya untuk menghasilkan uang, tetapi juga menyimpannya dan membuatnya terus berkembang.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 14 Sep 2025