Cegah Perdagangan Orang dengan Berdayakan Perempuan Desa

Cegah Perdagangan Orang dengan Berdayakan Perempuan Desa (kemenpppa.go.id)

PALEMBANG, WongKito.co - Kekinian kasus perdagangan orang atau TPPO semakin ramai terungkap. Meskipun mayoritas perempuan tetapi korban laki-laki pun ditemukan.

Upaya mencegah perdagangan orang tersebut, harus terus dilakukan agar tidak adalagi korban yang menderita akibat masalah yang menerpa mereka.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga dalam kunjungannya ke Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengungkapkan pentingnya pemberdayaan perempuan di desa untuk mencegah kejahatan perdagangan orang.

“Nusa Tenggara Timur ini adalah salah satu provinsi yang banyak memasok tenaga kerja migran non-prosedural. Kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka para pekerja migran ini karena kondisi ekonomi keluarga," kata Menteri Bintang, dalam siaran pers belum lama ini.  

Baca Juga:

Dia menjelaskan pentingnya pemberdayaan perempuan desa untuk mengantisipasi praktek perdagangan orang.

Perempuan menjadi kunci melawan praktek kejahatan yang telah banyak korbannya tersebut, ujar dia.

Dengan pemberdayaan perempuan desa ia menambahkan perekonomian keluarga akan meningkat sehingga kebutuhan untuk mencari penghidupan lebih dapat diminimalisir.

Apalagi, Flores Timur salah satu kawasan yang memiliki beragam kerajinan yang unik dan etnik sangat diminati pembeli baik nasional maupun mancanegara, kata dia lagi.

Dalam kesempatan kunjungan ke Desa Wulublolong Menteri Bintang mengapresiasi Du Anyam, pelaku UMKM pada pemberdayaan perempuan dengan cara meningkatkan kesejahteraan melalui hasil kerajinan tangan di Indonesia. Du Anyam mulai melakukan intervensi di Flores Timur pada tahun 2015.

“Saya mengapresiasi yang tinggi kepada Du Anyam yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi membantu meningkatkan kesejahteraan para perempuan di Flores Timur. Mereka tekun melatih kelompok perempuan untuk menghasilkan anyaman yang berkualitas dan membantu mencarikan pangsa pasar agar produk anyaman tersebut bisa dijual dengan harga yang pantas. Lahirnya Du Anyam berangkat dari tingginya masalah sosial ekonomi di Flores Timur untuk membantu perempuan agar mandiri secara finansial dan mendapat kehidupan yang sejahtera,” ungkap Menteri PPPA.

Baca Juga:

Hanna Keraf, salah satu pendiri Du Anyam menyatakan pihaknya ingin melihat perempuan di Nusa Tenggara Timur menjadi perempuan mandiri dan berdaya.

“Kegiatan menganyam ini adalah salah satu cara untuk mengakomodir keahlian mereka dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekeliling mereka. Menganyam sudah bukan lagi mengisi waktu luang tetapi juga pekerjaan utama yang bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Ada yang menganyam sambil menunggu pasien di puskesmas atau menjemput anak sekolah. Ketekunan mama mama penganyam di sini patut kita hargai,” ujar Hanna.

Mama Hadjar, salah satu warga desa Wulublolong memilih untuk memaksimalkan potensinya di desa.

“Saya mengikuti pelatihan Du Anyam tahun 2015. Perempuan harus bisa berdaya,mandiri dan mengembangkan potensi diri cukup dari desa. Saya memilih tetap di desa, tidak mau merantau karena di desa kami bisa berkarya dan mendapatkan penghasilan,” ujar Hadjar.(*)


Related Stories