Ragam
China Lebih Mengedapankan Dialog Untuk Meredakan Ketegangan Dengan AS
BEIJING - China lebih mengedepankan dialog untuk meredakan ketegangan dengan AS, konflik dengan Amerika Serikat (AS) akan menjadi bencana yang tak tertahankan.
Hal itu dikatakan Menteri Pertahanan China Li Shangfu dalam acara dialog Shangri-La di Singapura, Li mengatakan dunia cukup besar bagi China dan AS untuk tumbuh bersama. Uniknya, pernyataan ini dibuat beberapa hari setelah dia menolak untuk bertemu dengan mitranya dari AS untuk pembicaraan langsung.
"China dan AS memiliki sistem yang berbeda dan berbeda dalam banyak hal," ujarnya dalam pertemuan puncak keamanan Asia sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari Reuters Selasa, 6 Juni 2023.
Li Shangfu menambahkan, meski ada perbedaan, hal ini seharusnya tidak menghalangi kedua belah pihak untuk mencari titik temu dan kepentingan bersama. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan hubungan bilateral dan memperdalam kerja sama.
"Tidak dapat disangkal bahwa konflik atau konfrontasi yang parah antara China dan AS akan menjadi bencana yang tak tertahankan bagi dunia," tambahnya.
Hubungan yang Semakin Tegang
Hubungan antara Washington dan Beijing belakangan terakhir sangat tegang karena berbagai masalah. Salah satu pemicu tegangnya hubungan kedua negara adalah Taiwan yang diperintah secara demokratis.
Hal lain yang memicu tensi tinggi antara kedua negara terkait dengan sengketa wilayah di Laut China Selatan dan pembatasan ekspor chip semikonduktor oleh Presiden Joe Biden.
Ketika para delegasi di KTT memperdebatkan risiko kecelakaan dan salah perhitungan di tengah ketegangan itu, Angkatan Laut AS mengatakan sebuah kapal perusak China melakukan manuver berbahaya di dekat kapal perang AS di Selat Taiwan pada Sabtu.
Baca juga
- Tinggal Menghitung Hari, Messi Bermain Liga Arab
- Ingin Beli Tiket Indonesia Vs Argentina Via Penjualan Umum Selasa-Rabu, Ikuti cara berikut
- 3 Tips Perusahaan Rintisan Berbasis Teknologi agar Berkembang dan Eksis
Atas pernyataan yang diberikan, Militer China malah mengkritik Amerika Serikat dan Kanada karena sengaja memprovokasi risiko kedaulatan setelah kapal perang mereka melakukan pelayaran bersama yang jarang terjadi melalui selat sensitif itu.
Di sisi lain, Komando Indo-Pasifik AS mengatakan kapal AS dan Kanada beroperasi secara rutin dan berada di bawah kebebasan laut lepas.
Menteri Pertahanan Kanada Anita Anand mengatakan Kanada akan terus berlayar di mana hukum internasional mengizinkan, termasuk selat. Selain itu, ia menambahkan bahwa para pelaku di kawasan ini harus terlibat secara bertanggung jawab.
Tak Akan Biarkan Patroli Kebebasan Navigasi
Masih terkait ketegangan AS dan China, dalam pidatonya, Li mengatakan negaranya tidak akan membiarkan patroli kebebasan navigasi oleh Amerika Serikat dan sekutunya menjadi dalih untuk melakukan hegemoni navigasi.
Setelah sambutannya, cendekiawan regional berulang kali bertanya kepada Li tentang insiden tersebut serta penempatan maritim ekstensif China di Laut China Selatan yang disengketakan.
Dia tidak menjawabnya secara langsung. Ia hanya mengatakan tindakan negara-negara di luar kawasan meningkatkan ketegangan.
Baca juga
- Cerita Kezka Printing Perluas Pasar Jasa Sublimasi dengan Cara ini
- Baznas Palembang Sambut Kolaborasi dengan Perwakilan PKBI Sumut
- RUPST 2023 PGN Setujui Dividen 70 Persen, Simak Penjelasannya
Menanggapi hal tersebut, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan upaya negaranya untuk meningkatkan kemampuan dan kehadiran militernya di kawasan itu ditujukan untuk memainkan peran dalam berkontribusi pada keamanan kolektif Pasifik dan pemeliharaan tatanan berbasis aturan.
“Ini adalah poin yang saya buat yang telah berulang kali kami sampaikan ke kawasan dan dunia sejak kami mengumumkan jalur optimal untuk memperoleh kemampuan kapal selam bertenaga nuklir,” katanya di sela-sela pertemuan keamanan, merujuk pada pakta AUKUS dengan Amerika Serikat dan Inggris.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menegur China dalam pidatonya di KTT karena menolak mengadakan pembicaraan militer. Inilah yang membuat negara adidaya menemui jalan buntu karena perbedaan mereka.
"Dialog bukanlah hadiah, tapi kebutuhan," ujar Austin kala itu.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 06 Jun 2023